LONDON, MINGGU – April dua dekade silam, publik dunia hanya mengenal satu klub di Kota Manchester, yaitu Manchester United. Saat itu, “Setan Merah” tengah menyongsong era terhebatnya sepanjang sejarah seusai membekap Arsenal 2-1 di laga ulang babak semifinal Piala FA Inggris.
Ketika itu, Setan Merah juga tengah bersaing ketat dengan Arsenal dalam perburuan trofi juara Liga Inggris. Sengitnya persaingan mereka di musim 1998-1999 itu identik dengan rivalitas Liverpool dan Manchester City di Liga Inggris saat ini. Publik Manchester pun mulai berani bermimpi soal treble alias tiga gelar semusim.
Mimpi itu menjadi kenyataan. Setan Merah sukses melewati periode sulit sepanjang April hingga Mei. Sejumlah lawan perkasa mereka taklukkan, seperti Newcastle United di final Piala FA dan Juventus di semifinal Liga Champions. Puncaknya, 26 Mei 1999 di Barcelona, Spanyol, MU menyegel treble seusai menang dramatis 2-1 atas Bayern Muenchen di final Liga Champions.
Potret sukses Setan Merah itu masih abadi dalam rekaman foto, memorabilia, dan trofi yang tersimpan di Museum Manchester United di Stadion Old Trafford. Pada 26 Mei mendatang, para legenda MU dari angkatan 1992 seperti Neville bersaudara, Gary dan Phil, serta Nicky Butt bakal bereuni di Old Trafford dengan sejumlah eks pemain Bayern Muenchen untuk mengenang memori emas dua dekade silam itu.
Sejak saat itu, tiada klub Inggris, bahkan MU sendiri, mampu mengulangi kejayaan tim angkatan 1992 asuhan Sir Alex itu. Tepat dua dekade berlalu, publik Manchester kini bak mengalami deja vu. Tim tetangga, City, mendadak jadi idola baru di kota itu. “The Citizens” menjaga peluang meraih treble, bahkan quadruple alias empat gelar semusim, seusai menundukkan Brighton & Hove Albion 2-1 pada laga semifinal Piala FA yang berakhir Minggu (7/4/2019) dini hari WIB di Stadion Wembley, London.
Bertukar nasib
City dan MU pun kini seolah “bertukar nasib”, meskipun tidak benar-benar identik. Dua dekade lalu, tidak seperti MU yang dikagumi dunia, City bak klub sepak bola antah-berantah. Pendukungnya hanya segelintir, itu pun dilakukan diam-diam agar tidak menjadi sasaran persekusi fans klub tetangga, MU, yang bergelimang prestasi. Maklum saja, City saat itu hanyalah tim kasta ketiga yang kini disebut League One.
Ketika Setan Merah berpesta di Barcelona, City baru saja promosi ke Championship, yaitu liga satu divisi di bawah Premier League. Tidak pernah terbayangkan bagi para pemain City saat itu seperti Ian Bishop dan Shaun Goater untuk tenar, apalagi menjadi tim juara Piala FA atau Liga Inggris. Kompetisi antarklub di Eropa, seperti Liga Champions, bahkan medan yang sangat asing. Seperempat abad lamanya mereka absen di Eropa sebelum akhirnya tampil di Liga Europa pada 2003.
Publik Inggris, bahkan dunia, kini mendadak ramai membicarakan City. Pengamat, mantan pemain, hingga media-media negara itu menjagokan mereka meraih quadruple dan melampaui capaian MU dua dekade lalu. City bak kumpulan para bintang dengan jajaran orang tenar seperti Kevin De Bruyne, Sergio Aguero, Raheem Sterling, David Silva, dan tentunya manajer Pep Guardiola - sosok di balik treble Barcelona FC pada 2009 silam.
City memang tengah tancap gas. Total 14 laga terakhir mereka selalu diakhiri dengan kemenangan. Trofi Piala Liga tengah mereka genggam. Satu trofi lainnya, yaitu Piala FA ada di depan mata. City tinggal melewati pemenang antara laga semifinal Piala FA, Watford dan Wolverhampton Wanderes, Minggu malam. Adapun di Liga Inggris, mereka menjadi favorit juara. City memang tertinggal dua poin dari Liverpool di puncak klasemen. Namun, rivalnya itu menjalani satu laga lebih banyak ketimbang City.
Di Liga Champions, mereka dijagokan mampu membekap Tottenham Hotspur, tim yang tengah inkonsisten, pada laga perempat final. Duel pertama babak itu akan digelar pada Rabu (10/4) dini hari di markas Spurs. Juergen Klopp, Manajer Liverpool, bahkan mengakui, rivalnya itu punya kapasitas meraih quadruple, prestasi yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah.
“Dilihat dari luar, Anda bisa melihat agaknya bisa meraih empat gelar. Saya pun juga berpikir hal yang sama. City terlihat seperti tim terbaik di dunia saat ini. Namun, saya tidak peduli dengan anggapan orang, terutama orang-orang yang tidak bersama kami,” tutur Klopp dikutip Metro.co.uk.
Gabriel Jesus, striker penentu kemenangan City di semifinal Piala FA, berkata, timnya akan berupa mati-matian menyapu seluruh gelar musim ini, walaupun itu bakal sulit. “Fans menginginkan itu, begitu pun kami. Untuk itulah, kami bekerja sangat keras. Saat ini, kami fokus memikirkan laga kontra Spurs,” tuturnya kemarin.
Takdir quadruple City bakal ditentukan dari lima laga pada dua pekan ke depan. Selama dua pekan itu, mereka akan tiga kali bertemu Spurs, yaitu dua kali di Liga Champions dan sekali di Liga Inggris. Cilakanya, mereka terancam tidak bisa diperkuat bek sayap kanan andalannya, Kyle Walker, yang mengalami cedera di laga semifinal Piala FA. Guardiola pun cemas.
Ia khawatir masalah cedera pemain dan ketatnya jadwal tanding bisa menggagalkan ambisi target trofi-trofi mereka. “Saya ingin mengumumkan sesuatu ke kalian (pers). Hampir mustahil bisa meraih quadruple. Bisa terus bertahan (di empat kompetisi) saja sudah menjadi keajaiban. Jadikan itu judul utama kalian,” tuturnya dalam jumpa pers seperti dikutip ESPN.