Setelah sempat surut, banjir kembali melanda Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Bahkan, banjir akibat luapan yang didominasi dari Sungai Citarum dan Cikapundung kali ini mencakup empat kecamatan dan berdampak pada lebih dari 40.000 warga.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
SOREANG, KOMPAS — Setelah sempat surut, banjir kembali melanda Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (8/4/2019). Bahkan, banjir akibat luapan yang didominasi dari Sungai Citarum dan Cikapundung kali ini mencakup empat kecamatan dan berdampak pada lebih dari 40.000 warga.
Akibat banjir ini, akses jalan utama penghubung Banjaran-Kota Bandung kembali terputus total, terutama di Kecamatan Dayeuhkolot dan Baleendah. Genangan air juga menghambat perjalanan di sebagian ruas jalan utama Kabupaten Bandung di Kecamatan Rancaekek dan Kecamatan Ciparay.
Genangan setinggi hampir 1 meter ini memaksa warga untuk melintasi jalan dengan menggunakan rakit atau delman, sedangkan sebagian lainnya berjalan berhati-hati melewati banjir setinggi lebih dari paha orang dewasa.
Stephen (37), warga Palasari, Kecamatan Dayeuhkolot, terpaksa menggunakan rakit yang disediakan warga untuk menyeberangkan dua anaknya dari sekolah menuju rumah. Ia berujar, untuk sampai di sekolah anaknya, mereka menyeberang dengan menggunakan rakit hingga tiga kali.
”Kalau begini, sepertinya besok anak-anak saya tidak sekolah. Mereka capek, saya juga capek. Belum lagi uang yang dikeluarkan setiap menggunakan rakit, bisa sampai Rp 50.000,” tuturnya sambil menaikkan anak-anaknya di rakit untuk melintasi banjir di Jalan Dayeuhkolot.
Tidak hanya warga yang melintas, banjir susulan ini kembali merendam warga di Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, yang bersebelahan dengan aliran Sungai Cikapundung. Bahkan, di sejumlah lokasi, banjir mencapai atap rumah yang tidak bertingkat.
Rakit darurat
Di kawasan ini, warga tidak bisa berjalan ke luar rumah tanpa bantuan perahu atau ban bekas yang dimodifikasi menjadi rakit darurat. Padahal, sebelumnya di kawasan ini banjir telah surut hingga kurang dari 50 sentimeter.
Asep Rahmat (48), warga RW 002 Desa Citeureup, bahkan berniat untuk membersihkan lumpur di rumahnya akibat banjir yang menggenang sejak Kamis lalu. ”Tetapi, tadi pagi sekitar pukul 05.00, air tiba-tiba naik. Saya tidak jadi turun ke lantai satu,” ujarnya.
Seno (39), Ketua RT 001 RW 002 Desa Citeureup, berujar, lebih dari 100 warga RT 001 masih bertahan di rumah karena gang yang sempit menyulitkan warga. Ia mengatakan, warga yang bertahan di rumah tersebut membutuhkan bahan makanan dan air bersih.
”Bantuan yang datang sangat terbatas. Bayangkan saja, RW 002 baru mendapatkan lima dus mi instan dan satu dus air mineral. Bagaimana mau dibagikan, padahal ada ratusan warga yang memilih bertahan di rumah. Kami juga membutuhkan bantuan,” katanya.
Hal serupa diungkapkan oleh Dabas (60), Ketua RW 001 Desa Citeureup. Posisi permukiman yang bersebelahan dengan aliran Sungai Cikapundung membuat kawasan ini terendam lebih lama. Di sini bermukim lebih dari 500 warga. Menurut dia, warga membutuhkan makanan dan selimut.
”Kawasan ini masih saja terendam banjir sejak Kamis lalu, tetapi bantuan belum juga datang. Di sini ada 350 kepala keluarga. Hanya sedikit yang mengungsi, kebanyakan bertahan dengan menumpang ke rumah warga yang memiliki lantai dua,” ujarnya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung Sudrajat memaparkan, banjir susulan ini melanda Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, Bojongsoang, dan Banjaran. Banjir ini berdampak pada 44.973 warga di kecamatan tersebut. Selain itu, beberapa jalur utama penghubung Kabupaten Bandung dengan Kota Bandung terputus, seperti Jalan Dayeuhkolot, Sapan, di Kecamatan Ciparay serta Jalan Rancaekek.
Kawasan ini masih saja terendam banjir sejak Kamis lalu, tetapi bantuan belum juga datang. Di sini ada 350 kepala keluarga. Hanya sedikit yang mengungsi, kebanyakan bertahan dengan menumpang ke rumah warga yang memiliki lantai dua.
Kamis sebelumnya, banjir berdampak pada 37.731 warga dan belum berdampak di Kecamatan Banjaran. ”Banjir meluas. Kami akan terus memantau dan menginformasikan perkembangannya,” ucap Sudrajat.
Bantuan perahu
Untuk membantu warga menyeberangi banjir di Kecamatan Dayeuhkolot dan Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, Pangkalan TNI AL (Lanal) Bandung meluncurkan tiga perahu karet dan 30 personel. Koordinator Satuan Tugas Banjir Dayeuhkolot dan Baleendah Lanal Bandung Kapten Agus Wadyo menyatakan, perahu karet yang disediakan ini untuk membantu warga yang kerap menyeberang di jalur yang tergenang banjir ini.
”Dua perahu ditempatkan di Dayeuhkolot dan satu di Kelurahan Andir. Kedua lokasi ini terdampak banjir yang dalam. Kami akan bersiaga di sini sampai air surut dan sesuai dengan perintah atasan,” katanya.