Liverpool semakin memperlihatkan sikap pantang menyerah di setiap laga. Meski kebobolan lebih dulu, mereka masih bisa bangkit dan membalikkan keadaan. Persaingan dengan Manchester City untuk merebut gelar juara Liga Inggris pun kian menarik.
SOUTHAMPTON, SABTU – Naby Keita berlari ke pinggir lapangan seusai mencetak gol pertama Liverpool ke gawang Southampton di Stadion Saint Mary, Sabtu (6/4/2019) dini hari WIB. Dari semua pemain ”The Reds”, hanya Sadio Mane yang langsung menghampirinya dan ikut melakukan selebrasi.
Gol pada menit ke-36 dari pemain seharga 52,5 juta poundsterling atau sekitar Rp 965 miliar itu sangat vital bagi Liverpool. Berkat gol itu, Liverpool mampu menyamakan kedudukan menjadi 1-1 setelah Southampton unggul lebih dulu lewat gol Shane Long pada menit ke-9. Keita berhasil membuka harapan dan memompa semangat rekan-rekannya.
Biasanya gol penting semacam itu dirayakan meriah dengan sebagian besar pemain saling berpelukan. Namun, Liverpool malam itu melanggar ”tradisi” selebrasi. Peristiwa ini terlihat sepele, tetapi justru menjadi kunci untuk melihat bagaimana Liverpool menyikapi perburuan gelar Liga Inggris musim ini. Mereka selalu ingin menjadi tim yang tertawa paling keras ketika laga berakhir.
”Skor waktu itu masih 1-1, masih babak pertama, dan tim ingin menang. Jadi, para pemain jelas tidak ingin merayakan gol itu secara berlebihan karena mereka masih punya pekerjaan untuk diselesaikan,” ujar Pelatih Liverpool Juergen Klopp, seperti dikutip laman Liverpool Echo, ketika mengomentari selebrasi Keita.
Pelatih asal Jerman itu lalu menceritakan, Keita tetap saja menjadi sasaran peluk dari para pemain lain di kamar ganti saat jeda setelah babak pertama. Optimisme dan semangat tim kembali terpompa sebelum babak kedua berjalan.
Tepat seperti yang diharapkan, Liverpool bisa membalik keadaan pada babak kedua itu. Mohamed Salah mengakhiri paceklik golnya pada menit ke-80. Kali ini, selebrasi berlangsung meriah. Pemain berjuluk ”Raja Mesir” itu sampai melepas bajunya untuk merayakan golnya yang ke-50 di Liga Inggris untuk The Reds. Prestasi itu ia capai dalam 69 laga sejak musim lalu.
Para pemain Liverpool kembali melakukan selebrasi meriah ketika Jordan Henderson mencetak gol kemenangan pada menit ke-86. Liverpool akhirnya menang 3-1 dan kembali ke puncak klasemen Liga Inggris dengan 82 poin. Mereka menggusur Manchester City yang sekarang berada di posisi kedua dengan 80 poin.
Kian menegangkan
Persaingan ketat melawan City dalam perburuan gelar juara membuat Liverpool terjebak dalam situasi yang menegangkan. The Reds sudah menanti selama 29 tahun untuk kembali menjadi juara Liga Inggris. Mereka sudah melihat garis finis di depan mata. Kesalahan kecil akan membuat mereka tersandung dan City bisa saja lebih dulu mencapai garis finis.
Mantan pemain Chelsea, Frank Lampard, pernah merasakan ketegangan itu saat Chelsea menjuarai Liga Inggris pada musim 2004-2005 setelah menanti selama 50 tahun. Lampard merasakan frustrasi yang terpendam dalam benak para pendukung Chelsea.
”Setiap kali saya bertemu fans, mereka ingin saya tahu bahwa gelar juara sangat berarti bagi mereka,” kata Lampard, seperti dikutip laman The Independent.
Begitu pula yang dirasakan Klopp, Henderson, dan para pemain Liverpool lainnya. Namun, Klopp tahu apa yang harus mereka pertahankan. ”Penampilan kami (lawan Southampton) tidak begitu bagus, tetapi bukan itu yang penting. Ini soal bagaimana kami tetap bisa berjuang,” kata Klopp.
Keyakinan dalam diri pemain bahwa mereka masih bisa memenangi laga meski sempat kebobolan lebih dulu merupakan semangat yang sedang dipertahankan The Reds. Liverpool sudah tiga kali beruntun memetik kemenangan melalui gol-gol yang tercipta pada menit-menit akhir, seperti saat mengalahkan Fulham, 2-1, dan Tottenham Hotspur, juga dengan skor 2-1.
Mantan bek AC Milan, Paolo Maldini, pun bercerita bahwa kemampuan Liverpool untuk bangkit dan tertawa di akhir laga menjadi kenangan pahit yang sulit disingkirkan. Waktu itu, pada final Liga Champions musim 2004-2005 di Istanbul, Turki, Milan sudah unggul 3-0. Namun, Liverpool bisa menyamakan kedudukan dan laga harus diakhiri dengan adu penalti. Liverpool pun menjadi juara.
Maldini mengungkapkan, Milan waktu itu bisa mendominasi permainan selama 110 menit dan seharusnya bisa menang. ”Laga itu mengingatkan saya betapa sepak bola bisa menjadi begitu aneh,” katanya kepada Goal.com dan DAZN.
Liverpool menyisakan lima laga pada musim ini di Liga Inggris, sedangkan City masih punya enam laga. The Reds berharap musim ini juga akan berakhir indah seperti laga di Istanbul atau laga kontra Southampton itu. Atau, jangan-jangan justru City yang akan tertawa pada akhir musim ini karena konsistensinya. Tidak ada yang tahu. (AP/AFP/REUTERS)