Tahun 2025, Inalum Akan Bangun Smelter Baru di Kalimantan Utara
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·2 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS - PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) terus meningkatkan kapasitas produksi alumunium dengan membangun pabrik peleburan atau smelter baru di Kalimantan Utara pada tahun 2025. Jika pabrik tersebut sudah terbangun, produksi alumunium dalam negeri ditaksir bisa mencapai 1,5 juta ton alumunium per tahun.
"Kami berencana mengembangkan kapasitas produksi alumunium sampai 1,5 juta ton. Jadi, 500 ribu ton dari Kuala Tanjung (Sumatera Utara), dan 1 juta ton diharapkan nanti dari pabrik smelter Kalimantan Utara," ujar Direktur Pelaksana PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Oggy Achmad Kosasih di Pontianak, Kalimantan Barat, Jumat (5/4/2019).
Selama ini, Inalum hanya memiliki satu pabrik smelter yang terletak di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara. Melalui smelter itu, Inalum dapat memproduksi aluminium sebanyak 500 ribu ton.
Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan produksi, Inalum akan membangun smelter baru di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, pada 2025, dengan nilai investasi mencapai 6 miliar dollar AS. Pabrik smelter tersebut ditargetkan bisa memproduki aluminium hingga 1 juta ton. Adapun, saat ini, proyek tersebut masih dalam tahap studi kelayakan (feasibility study).
Oggy menjelaskan, pemilihan lokasi Kalimantan Utara sendiri karena di sana terdapat Sungai Kayan yang memiliki potensi energi yang cukup baik. Potensi energi itu bisa mencapai 1.000 megawatt yang memungkinkan untuk memproduksi 1 juta ton aluminium.
"Smelter sangat terkait dengan energi. Nah, energi itu yang harus kami dapatkan, harus murah, dan potensi itu ada di Sungai Kayan," kata Oggy.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno juga menuturkan, mata rantai produksi aluminium dalam negeri harus dijaga. Apalagi, Indonesia disebutnya memiliki cadangan bauksit terbesar keenam di dunia.
"Kita punya bahan baku, kita bisa proses lanjutan, kemudian menjadi produk akhir, sehingga nilai tambahnya semua dirasakan di Indonesia," ujar Rini.