Kerusakan di jalur kereta rel listrik atau KRL membutuhkan perbaikan mendasar. Tanpa itu, pelayanan penumpang jadi terus menjadi korban.
Oleh
Dian Dewi Purnamasari/Stefanus Ato
·4 menit baca
Kerusakan di jalur kereta rel listrik atau KRL membutuhkan perbaikan mendasar. Tanpa itu, pelayanan penumpang jadi terus menjadi korban.
JAKARTA, KOMPAS - Selama 1-3 April 2019, tercatat 13 gangguan perjalanan terjadi di berbagai rute KRL. Penyebabnya beragam, baik kerusakan kereta maupun gangguan prasarana. Keterlambatan dan pembatalan perjalanan KRL tak terhindarkan.
Pada Rabu (3/4), akun Twitter @CommuterLine yang juga merupakan akun resmi PT KAI Commuter Indonesia (KAI) selaku operator KRL, menyampaikan informasi 4 gangguan. Dua gangguan pada rel terjadi di antara Stasiun Cilebut-Bojonggede dan antara Stasiun Universitas Indonesia-Universitas Pancasila. Gangguan pada wesel terjadi di Stasiun Depok, dan gangguan persinyalan di antara Stasiun Citeras dan Rangkasbitung.
Sehari sebelumnya, 5 gangguan terjadi. Listrik aliran atas (LAA) yang menyuplai pasokan listrik ke KRL, mengalami gangguan di antara Stasiun Tambun dan Bekasi. Di hari yang sama, rel patah terjadi di antara Stasiun Cakung-Bekasi. Kedua gangguan itu membuat perjalanan KRL terhambat. Sejumlah perjalanan KRL rute Jakarta Kota-Bekasi dipangkas tujuannya, dan ada pula yang dibatalkan.
Gangguan persinyalan di hari Selasa, terjadi di antara Stasiun Universitas Indonesia-Pondok Cina. Rel di antara Stasiun Bojonggede-Cilebut juga sempat mengalami gangguan.
Selain itu, satu KRL rute Jakarta Kota-Cikarang sempat mengalami kerusakan di Stasiun Jakarta Kota.
Hari Senin (1/4), terjadi 4 gangguan perjalanan. Gangguan pada rel terjadi di antara Bojonggede-Cilebut. Selain itu, LAA di antara Stasiun Kebayoran-Pondok Ranji rusak, diduga tersambar petir.
Dua perjalanan KRL di hari Minggu juga terganggu secara beruntun. Gangguan pertama terjadi sekitar pukul 15.30 pada KRL 2008 rute Tanah Abang-Maja di Stasiun Sudimara. Sekitar sepuluh menit kemudian, gangguan terjadi pada KRL 2010 rute Tanah Abang-Parung Panjang.
Bulan Maret, sejumlah gangguan perjalanan juga terjadi di jalur KRL. Salah satu kejadian besar adalah anjloknya KRL di Kebon Pedes, antara Stasiun Cilebut dan Bogor, 10 Maret.
Evaluasi menyeluruh
Vice President Communication PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Anne Purba mengatakan, kejadian beberapa hari terakhir ini sudah dievaluasi baik oleh PT KCI maupun PT KAI Daop 1 selaku pengelola prasarana kereta api.
Menurut Anne, hujan disertai petir di kawasan Jabodetabek ikut berpengaruh pada gangguan LAA.
Di Sudimara, ada indikasi jaringan LAA tersambar petir dan terjadi korsleting sehingga listrik harus dimatikan. “Masih kami evaluasi apa saja penyebab gangguan di Sudimara dan Bekasi. Namun, pasca gangguan, kami segera mengirimkan tim, melakukan evakuasi penumpang, dan memperbaiki layanan,” ujar Anne, Rabu.
Senior Manager Humas PT KAI Daop 1 Eva Chairunisa membenarkan, salah satu faktor penyebab gangguan LAA beberapa hari terakhir adalah cuaca buruk dan petir.
PT KAI Daop 1 sebenarnya sudah memasang sistem proteksi seperti alat penangkal petir pada sistem LAA. Namun, sistem ini perlu dievaluasi dan disempurnakan mengingat beberapa lokasi termasuk jalur yang dilintasi area petir ekstrem. “Ada banyak faktor yang menyebabkan gangguan prasarana KRL beberapa waktu terakhir. Selain karena cuaca ekstrem juga ada penyebab eksternal seperti LAA tersangkut layangan. Ini kami evaluasi terus dan cari solusinya.”
Pemeriksaan dan perawatan rutin juga sudah dilaksanakan oleh tim khusus baik dengan cara menyusuri rel, maupun penggantian komponen tertentu. Pemeriksaan dilakukan secara berkala baik harian, mingguan, bulanan sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
Pada saat cuaca ekstrem seperti saat ini, pengecekan dilakukan secara lebih intens oleh petugas di lapangan.
Korbankan pelayanan
Febriyan (29), warga Marga Mulya, Kota Bekasi, di Stasiun Bekasi, mengatakan KRL jadi andalan sejak bekerja di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, awal tahun 2015. Ia berharap, gangguan perjalanan KRL bisa dikurangi agar tidak merugikan pengguna.
"Saya harap gangguan KRL tidak terjadi lagi. Kalau pakai sepeda motor, sering kena macet. Tahu sendiri kan macetnya jalan raya dari Bekasi ke Jakarta," katanya.
Perjalanan dengan KRL ke tempat kerja dari Bekasi ke Stasiun Jakarta Kota membutuhkan waktu paling lama satu jam. “Kalau pakai motor, butuh waktu hampir 2 jam. Di kereta, saya juga bisa menghemat tenaga,” ucapnya.
Harapan untuk menikmati pelayanan KRL yang bebas gangguan disampaikan Iwan (30), warga Pekayon, Kota Bekasi. Dia memanfaatkan KRL sebagai transportasi andalan ke Jakarta untuk menghindari kemacetan yang terjadi setiap hari di Jalan Raya Kalimalang. Selain itu, KRL menjadi angkutan umum dengan tarif terjangkau. (Agnes Rita Sulistyawaty)