Industri otomotif memiliki banyak dimensi. Maka, dari waktu ke waktu, beragam sorotan melalui berbagai sisi terarah ke sektor industri ini. Sektor industri yang riuh.
Ada saatnya ketika peningkatan jumlah kendaraan bermotor dihadapkan pada isu kemacetan. Pada saat itu, kabar mengenai penambahan jumlah penjualan kendaraan bermotor kerap disandingkan dengan isu lalu lintas yang kian macet. Ada kalanya juga disandingkan dengan isu peningkatan sarana transportasi umum yang penggunaannya belum jadi gaya hidup sebagian besar warga Indonesia.
Di lain waktu, ketika pertumbuhan ekonomi melambat, kinerja penjualan kendaraan bermotor menjadi salah satu indikatornya. Meskipun, ada juga indikator lain yang kerap digunakan, yakni penjualan properti. Sebaliknya, ketika penjualan otomotif membaik, ada asa kondisi perekonomian mulai bergairah.
Peranan industri otomotif dalam mengisi pasar domestik menyerap tenaga kerja secara langsung ataupun tidak langsung, dan memberdayakan industri kecil menengah komponen menjadi bahasan tersendiri. Tentunya, masih banyak upaya untuk mengoptimalkan beberapa peran tersebut.
Populasi Indonesia yang besar dengan rasio kepemilikan mobil yang relatif masih rendah—tak lebih dari 90 unit kendaraan per 1.000 penduduk—dibandingkan dengan beberapa negara tetangga menjadi salah satu potensi dan magnet penarik investasi. Di sisi lain, upaya meningkatkan rasio kepemilikan mobil tak semudah membalikkan telapak tangan.
Ada berbagai faktor yang memengaruhi hal itu, di antaranya daya beli. Alhasil, produksi industri otomotif di Indonesia masih di bawah kapasitas industri.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, kapasitas produksi mobil di Indonesia saat ini sekitar 2.250.000 unit. Namun, yang terpakai baru sekitar 1,4 juta unit. Kapasitas terpakai itu terinci, sekitar 1,1 juta unit untuk memenuhi pasar domestik dan selebihnya untuk ekspor.
Kementerian Perindustrian berpendapat, ekspor merupakan salah satu solusi bagi industri yang memiliki kapasitas berlebih. Ekspor kendaraan bermotor, trailer dan semitrailer, serta alat angkut lain pada 2018 sebanyak 8,59 miliar dollar AS. Maka, menjadi wajar jika ekspor diharapkan terus meningkat.
Akan tetapi, bagi industri otomotif, ada tantangan tersendiri untuk meningkatkan penggarapan pasar global tersebut. Tantangan itu, misalnya, berkaitan dengan jenis kendaraan. Kendaraan yang berkembang dan diproduksi di Indonesia selama ini terutama jenis MPV (multi purpose vehicle). Di lain pihak, jenis yang banyak diminta pasar dunia adalah SUV (sport utility vehicle) dan sedan.
Bicara mengenai kesempatan yang belakangan muncul, perjanjian kerja sama ekonomi komprehensif Indonesia-Australia dinilai membuka peluang tersendiri. Industri otomotif yang memiliki pabrik di Indonesia punya peluang untuk mengisi pasar Australia.
Berbagai tantangan dan peluang lain tentu saja ada. Namun, tantangan dan peluang itu memang berkelindan, tergantung dari sudut mana memandangnya. Yang jelas, tanpa upaya yang fokus dan tepat, peluang hanya tinggal peluang. Tentu bukan itu yang diharapkan. (C Anto Saptowalyono)