Nelayan Keluhkan Lenyapnya Ikan Lemuru dari Perairan Muncar
Nelayan di sekitar Pelabuhan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur, mengeluhkan lenyapnya ikan lemuru di perairan itu akibat masifnya rumpon di Selat Bali. Penggunaan lampu dalam pencarian ikan juga dinilai menjadi penyebab hilangnya lemuru.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·4 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Para nelayan di sekitar Pelabuhan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur, mengeluhkan lenyapnya ikan lemuru di perairan tersebut akibat masifnya rumpon di Selat Bali. Selain itu, penggunaan lampu dalam pencarian ikan juga dinilai menjadi penyebab hilangnya ikan tersebut.
Hal itu mengemuka dalam dialog antara nelayan Pelabuhan Muncar dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Kamis (4/4/2019). Susi meminta nelayan melaporkan koordinat posisi rumpon dan juga identitas kapal pengangkut rumpon beserta pemiliknya.
Rumpon adalah tempat tinggal ikan atau tempat berkembang biak ikan yang sengaja diciptakan untuk mempermudah penangkapan ikan. Diduga, keberadaan rumpon yang terlalu banyak menyebabkan migrasi ikan lemuru terganggu sehingga enggan ke perairan Banyuwangi.
”Ikan lemuru berkurang karena banyaknya lampu atau juga karena rumpon. Kalau Anda menemukan rumpon, laporkan ke saya, kirim koordinatnya, kirim nama kapalnya,” ujar Susi. Dia lantas mengumumkan nomor telepon pribadinya untuk memudahkan nelayan melapor.
Susi mengatakan, pihaknya pernah melakukan pemetaan rumpon menggunakan satelit. Hasil pemetaan menemukan lebih dari 100.000 rumpon di pesisir selatan Jawa.
Kemungkinan lain, lemuru bermigrasi ke perairan lain yang suhunya sesuai dengan habitatnya.
Kementerian Kelautan dan Perikanan, lanjut Susi, sebenarnya ingin menertibkan rumpon-rumpon tersebut. Namun, dia tetap meminta bantuan nelayan untuk melaporkan titik koordinatnya.
Tak hanya rumpon, Susi menilai, hilangnya komoditas ikan lemuru disebabkan banyaknya penangkapan benih lobster. Penyebabnya, penangkapan benih lobster memakai lampu-lampu yang juga mengganggu migrasi ikan lemuru.
”Lampu yang digunakan untuk mengambil benih lobster juga mengganggu lemuru. Lampu-lampu itu yang membuat lemuru tidak mau ke pinggir. Pemerintah dan kepolisian harus bekerja sama untuk menindaklanjuti hal ini,” kata Susi.
Keluhan tentang hilangnya ikan lemuru disampaikan nelayan di Muncar, Umar Hasan Zen. Sebelum menyampaikan keluhannya kepada Susi, pekan lalu, Umar juga menyampaikan keluhan yang sama di hadapan Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.
”Pada 1980-an hingga 1990-an tidak ada rumpon, baru tahun 2000-an rumpon muncul di sekitar Selat Bali. Ikan lemuru tidak lagi ke perairan Banyuwangi karena dihadang rumpon di Selat Bali,” ucapnya.
Umar mengatakan, lemuru yang tertarik hidup di sekitar rumpon menjadi makanan ikan-ikan besar di dalam rumpon. Ikan lemuru tertarik ke rumpon karena lampu-lampu yang digunakan di rumpon tersebut.
Sementara ikan-ikan besar seperti cakalang dan tuna yang ditangkap di sekitar rumpon ditangkap kapal-kapal besar. Hanya sesekali kapal yang mengambil ikan di rumpon-rumpon tersebut bersandar di Muncar.
”Jumlahnya banyak, mungkin ratusan. Kalau malam lampunya menyala, seperti kota di tengah lautan,” ucap Umar.
Secara terpisah, Wakil Dekan I Fakultas Pertanian dan Perikanan Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 Banyuwangi Ervina W Setyaningrum mengatakan, keberadaan rumpon yang masif bisa menjadi salah satu faktor penyebab hilangnya lemuru dari perairan Muncar. Namun, ada faktor lain yang lebih memberikan pengaruh terhadap hilangnya lemuru di Muncar.
”Bisa jadi karena rumpon yang juga menjadi alat bantu pengumpul ikan. Lemuru yang seharusnya sampai ke perairan Muncar tidak sampai ke sana karena sudah ditangkap atau dimangsa ikan lain,” tuturnya.
Namun, penyebab lain juga harus dipikirkan. Menurut Ervina, menyusutnya populasi ikan lemuru lebih karena pemanasan global dan penggunaan alat tangkap yang tak terkendali. Selain itu, ada juga faktor kondisi perairan yang kotor.
Menyusutnya populasi ikan lemuru lebih karena pemanasan global dan penggunaan alat tangkap yang tak terkendali.
Ervina mengatakan, lemuru sebagai ikan permukaan sangat bergantung pada suhu dan salinitas (kadar keasinan). Kenaikan suhu permukaan air membuat ikan lemuru berpindah tempat.
”Ruaya atau perjalanan ikan lemuru jenis Sardenilla lemuru seperti yang ada di Muncar memang berakhir di Muncar. Karena kondisi suhu perairan yang semakin hangat, mungkin mereka semakin ke dalam sehingga alat tangkap nelayan tak mampu menjangkaunya,” tutur Ervina.
Ervina menjelaskan, teori tersebut mendapat bantahan dari peneliti lain. Tidak mungkin Sardenilla lemuru berenang lebih dalam karena tubuhnya tidak untuk habitat di perairan dalam. ”Kemungkinan lain, lemuru bermigrasi ke perairan lain yang suhunya sesuai dengan habitatnya,” ucapnya.
Dugaan lain penyebab hilangnya ikan lemuru ialah penggunaan alat tangkap yang tak terkendali. Ervina menduga, penggunaan alat tanggap purse sein (pukat cincin) yang terlalu banyak dengan ukuran mata jaring sangat kecil juga menyebabkan populasi lemuru hilang.
Surat Keputusan Bersama Gubernur Jawa Timur dan Bali Tahun 1992 Nomor 38/1992/673/1992 tentang penetapan jumlah alat tangkap purse seine di Selat Bali pernah membatasi jumlah alat tangkap tersebut. Saat itu, disepakati kapal purse seine di Jawa Timur sebanyak 190 unit, sedangkan di Bali sebanyak 83 unit.
”Mungkin saat ini jumlahnya sudah lebih dari kesepakatan itu. Ukuran mata jaring juga harus dipantau, jangan sampai lemuru kecil juga ditangkap sehingga tidak ada regenerasi karena tidak sempat ada pemijahan ikan lemuru di alam,” tuturnya.
Faktor terakhir yang mungkin membuat lemuru hilang adalah kondisi lingkungan perairan yang tidak lagi bersih. Limbah industri pengalengan dan juga limbah rumah tangga yang masuk ke laut membuat lemuru hilang.
”Dahulu pernah diusulkan ada IPAL (industri pengolahan air limbah) terpadu di Muncar. Namun, hal itu mendapat penolakan. Padahal, IPAL ini perlu untuk memulihkan perairan Muncar,” ujar Ervina.