CAGLIARI, RABU — Moise Kean, striker Juventus dan bintang masa depan tim nasional Italia, menjadi korban rasisme berikutnya saat mengalahkan Cagliari, 2-0, di Stadion Sardegna Arena, Cagliari, Rabu (3/4/2019) dini hari WIB. Pemain berusia 19 tahun itu dihina suporter tuan rumah, bahkan dituduh bersalah oleh rekannya sendiri. Dengan membiarkan rasisme berkembang, Italia secara tidak langsung ”membunuh” masa depannya.
Kean, pemain keturunan Afrika itu, sudah mendapat teror dari pendukung tuan rumah sejak awal laga. Namun, Juventus masih bisa tampil menekan. Bahkan, bek Juventus, Leonardo Bonucci, mencetak gol pertama pada menit ke-22.
Kean lalu mencetak gol kedua Juventus pada menit ke-85 setelah mendapat umpan dari Rodrigo Bentancur. Setelah mencetak gol, Kean berdiri menghadap tribune penonton dan merentangkan tangannya. Ia kemudian mengunggah foto selebrasi itu di media sosial dan menulis, ”Cara terbaik merespons rasisme”.
Namun, selebrasi itu memicu reaksi lebih keras dari fans Cagliari sehingga Bonucci segera menarik Kean ketika selebrasi itu berlangsung. ”Ada seruan bernada rasial setelah gol itu. Saya rasa dua-duanya salah. Kean seharusnya tidak melakukan selebrasi itu dan fans Cagliari seharusnya tidak bereaksi seperti itu,” ujar Bonucci.
Pernyataan Bonucci itu menambah masalah karena banyak pihak berbalik mengecamnya. ”Rekan satu tim mengatakan, dia (Kean) seharusnya tidak melakukan selebrasi itu. Ini memalukan. Semua harus menanggapi rasisme dengan serius,” kata mantan gelandang Barcelona dan Manchester City, Yaya Toure.
Raheem Sterling, pemain City yang kerap menjadi target rasisme, ikut bersuara melalui media sosial. ”Yang bisa kamu lakukan kini hanyalah tertawa,” tulis Sterling dalam akun Instagram merujuk komentar Bonucci.
Kean seolah berjuang sendiri. Pelatih Juventus Massimiliano Allegri juga terkesan menyalahkan Kean meski juga menentang rasisme. ”Anda butuh kecerdasan menghadapi situasi semacam ini dan seharusnya tidak melakukan hal yang provokatif,” ujarnya, seperti dikutip laman Football-Italia.
Presiden Cagliari Tommaso Giulini bahkan membela diri. ”Jika ada seruan bernada rasial, tentu fans kami yang salah. Namun, reaksi ini muncul karena selebrasi itu,” katanya.
Setelah kritik membanjir, Bonucci mengklarifikasi sikapnya melalui Instagram. Ia mengunggah foto dirinya memeluk Kean dengan seragam Italia dan menyatakan penolakannya terhadap rasisme.
Aset berharga
Tidak semua pemain Juventus menyalahkan Kean. Bek veteran, Giorgio Chiellini (34), mengingatkan, Kean adalah aset berharga Italia. ”Kita harus menganggap Kean sama seperti Nicolo Zaniolo (AS Roma), Federico Chiesa (Fiorentina), dan Nicolo Barella (Cagliari) sebagai sosok penting dalam sepak bola Italia,” ujarnya.
Kean sudah mencetak empat gol untuk Juventus musim ini dari enam penampilan. Di timnas, ia mencetak dua gol dari dua laga. Kean sudah banyak belajar sejak bergabung dengan timnas Italia U-15.
Talenta muda seperti Kean ini menjadi harapan Italia untuk memperbaiki harga diri mereka di panggung dunia. Setelah gagal mengikuti Piala Dunia Rusia 2018, Italia kini berusaha bangkit di ajang Piala Eropa 2020. ”Dia masih mudah dan tidak pantas mendapat penghinaan seperti ini,” kata Chiellini.
Kean bukan korban pertama karena rasisme sudah menjadi masalah serius di Italia yang merambah ke sepak bola. Lunaria, organisasi antirasisme, seperti dikutip laman The National, mencatat, jumlah serangan yang didasari rasisme di Italia meningkat dari 46 kasus pada 2017 menjadi 126 kasus tahun 2018.
Organisasi antidiskriminasi sepak bola eropa (FARE), setelah insiden di Cagliari, juga menyebut rasisme sudah menjadi epidemi di Italia. Masalah ini tidak dapat diselesaikan jika rakyat Italia belum bisa menerima perbedaan ras yang disebabkan oleh datangnya para imigran.
”Bahkan, kami memiliki para pemain berkulit putih dan hitam di timnas. Harus ada perubahan karena banyak orang tidak mendapat pendidikan yang tepat (sehingga memicu berkembangnya rasisme),” kata Pelatih Italia Roberto Mancini, seperti dikutip laman Calciomercato. (AFP/REUTERS)