Bandar udara baru di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, ditargetkan siap beroperasi secara minimum pada akhir April 2019 untuk melayani penerbangan internasional.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
SLEMAN, KOMPAS – Bandar udara baru di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, ditargetkan siap beroperasi secara minimum pada akhir April 2019 untuk melayani penerbangan internasional. Pekan ini, Kementerian Perhubungan melakukan verifikasi untuk menilai kesiapan operasional bandara yang disebut New Yogyakarta International Airport itu.
“Target kami, pada akhir April sudah ada penerbangan internasional di bandara baru ini,” kata Juru Bicara Proyek Pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA) PT Angkasa Pura I, Agus Pandu Purnama, Kamis (4/4/2019), di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2017 tentang Percepatan Pembangunan dan Pengoperasian Bandar Udara Baru di Kabupaten Kulon Progo, NYIA memang ditargetkan beroperasi mulai April 2019. Oleh karena itu, sejak beberapa bulan lalu PT Angkasa Pura I terus mempercepat proses pembangunan bandara yang berlokasi di Kecamatan Temon, Kulon Progo, tersebut.
Pandu menjelaskan, apabila dibandingkan dengan target penyelesaian bandara secara keseluruhan, perkembangan pembangunan Bandara Kulon Progo saat ini baru mencapai 45 persen. Namun, apabila dibandingkan dengan target operasi minimum pada April ini, perkembangan pembangunan sudah mencapai 93 persen. “Artinya, sisa 7 persen dengan perkembangan pekerjaan per hari bisa mencapai 1,5 persen,” ujarnya.
Pandu memaparkan, pada pertengahan April, pembangunan sisi udara (air side) bandara itu ditargetkan selesai. Sisi udara meliputi landasan pacu atau runway sepanjang 3.250 meter dengan tiga lapis aspal, apron atau tempat parkir pesawat, taxiway atau jalan penghubung landasan pacu dengan apron, serta berbagai peralatan pendukung.
Saat ini, menurut Pandu, pihaknya juga telah memasang empat garbarata untuk memudahkan naik turun penumpang pesawat. Garbarata merupakan jembatan tertutup yang menghubungkan ruang tunggu penumpang dengan pintu pesawat.
Selain itu, pada pertengahan April ini, PT Angkasa Pura I juga menargetkan menyelesaikan pembangunan sejumlah fasilitas sisi darat (land side), termasuk gedung terminal seluas 12.920 meter persegi. Gedung terminal itu akan digunakan untuk melayani para penumpang penerbangan internasional pada masa operasi minimum.
“Kami meyakini, kalau secara fisik, kami sudah siap pada 15 April,” ungkap Pandu.
Verifikasi
Pandu menambahkan, pada 4-6 April ini, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melakukan verifikasi untuk menilai kesiapan operasional Bandara Kulon Progo. Verifikasi dilakukan untuk melihat aspek keselamatan, keamanan, dan pelayanan, baik di sisi udara maupun sisi darat.
Verifikasi itu melibatkan tiga direktorat di Kemenhub, yakni Direktorat Bandar Udara, Direktorat Keamanan Penerbangan, dan Direktorat Navigasi Penerbangan. Setelah verifikasi selesai, Kemenhub akan memberikan sejumlah catatan untuk perbaikan kepada PT Angkasa Pura I.
“Catatan-catatan itu harus diselesaikan oleh PT Angkasa Pura I. Biasanya diberi waktu 10 hari sampai dua minggu,” tutur Pandu.
Pandu mengatakan, pada masa operasi minimum, Bandara Kulon Progo akan melayani penerbangan internasional lebih dulu. Untuk itu, penerbangan internasional di Bandara Internasional Adisutjipto, Sleman, akan dipindahkan ke Bandara Kulon Progo. Saat ini, ada enam penerbangan internasional dalam sehari di Bandara Adisutjipto dengan tujuan Malaysia dan Singapura.
Pandu berharap, Bandara Kulon Progo bisa segera beroperasi sehingga penerbangan internasional di Bandara Adisutjipto bisa segera dipindahkan. Pemindahan itu dinilai penting untuk mengurangi kepadatan penerbangan di Bandara Adisutjipto yang kerap menyebabkan pesawat mengalami holding atau tertahan saat hendak mendarat maupun lepas landas.
“Hampir setiap hari pesawat kami (di Bandara Adisutjipto) holding antara 20 menit sampai 45 menit,” ujar Pandu yang juga menjabat General Manager Bandara Internasional Adisutjipto.
Jangan dipaksakan
Sementara itu, anggota Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Alvin Lie mengatakan, Bandara Kulon Progo sebaiknya tidak dipaksakan untuk beroperasi pada April ini. Hal itu mengingat pengoperasian sebuah bandara tidak hanya membutuhkan bangunan fisik, tetapi juga harus didukung sistem yang berkait dengan berbagai aspek.
“Kami yakin, secara konstruksi bisa selesai. Tapi, kan bandara ini bukan hanya konstruksi, melainkan juga sistem. Sistem ini harus diuji berkali-kali dan dipastikan bekerja dengan baik,” ujar Alvin yang juga dikenal sebagai pengamat penerbangan.
Alvin menuturkan, apabila dioperasikan dalam kondisi belum selesai, Bandara Kulon Progo justru bisa menimbulkan kesan yang buruk di mata para penumpang, terutama yang berasal dari luar negeri. “Penumpang internasional itu kan dari Bandara Changi (Singapura) dan Kuala Lumpur (Malaysia). Di sana mewahnya seperti apa, tapi begitu mendarat, ini kok bandara belum siap,” tuturnya.
Oleh karena itu, Alvin menyarankan, Bandara Kulon Progo baru dioperasikan apabila seluruh bagian dari bandara tersebut benar-benar telah selesai. “Semuanya ini kan sebetulnya satu sistem. Jadi, kalau masih ada yang belum selesai, sebetulnya sistem itu belum layak digunakan. Apa tidak lebih baik tuntaskan dulu semua, baru dioperasikan,” ungkapnya.