SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya terus menambah bozem atau waduk buatan untuk menampung air hujan sebagai langkah pencegahan banjir. Tahun ini, ada tujuh bozem yang akan dibangun di sejumlah lokasi yang rawan banjir.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Pematusan Kota Surabaya Erna Purnawati, Rabu (3/4/2019), di Surabaya, mengatakan, bozem dibangun untuk mencegah banjir yang menggenang ketika curah hujan tinggi. Sebab, beberapa kali sejumlah kawasan di Surabaya masih tergenang saat musim hujan, seperti yang terjadi di kawasan Surabaya Barat akhir Januari lalu.
Ketujuh bozem yang dibangun tahun ini berlokasi di tujuh lokasi berbeda. Tiga di antaranya berada di Surabaya Barat, yakni Bozem Sumberrejo, Bozem Rejosari, dan Bozem Bandarrejo. Dua bozem berada di Surabaya Selatan, yakni Bozem Bundaran PTC dan Bozem Waru Gunung. Sementara dua bozem lainnya ada di Surabaya Timur dan Surabaya Utara, yakni Bozem Kosagra dan Bozem Tambakwedi.
”Pembangunan bozem merupakan salah satu upaya penting untuk pencegahan banjir selain terus membersihkan gorong-gorong dan pengerukan sungai,” katanya.
Erna menuturkan, dari ketujuh bozem itu, dua sudah mulai dibangun, yakni Bozem Bundaran PTC dan Bozem Bandarrejo. Adapun lima bozem lainnya akan dibangun secara bergantian.
Pembangunan satu bozem ditargetkan selesai dalam tiga bulan karena dikerjakan secara swakelola tanpa melalui proses lelang, yang biasanya memerlukan waktu lama dan anggaran lebih besar.
Penambahan tujuh bozem baru itu membuat total bozem yang ada di kota seluas 350 kilometer persegi tersebut menjadi 147,5 hektar atau 1,475 kilometer persegi, yang mampu menampung air hingga 6,1 juta meter kubik. Ukuran setiap bozem berbeda sesuai ketersediaan lahan, mulai dari 0,12 kilometer persegi hingga 0,8 kilometer persegi.
Menabungair
Erna menyebutkan, saat ini masyarakat semakin sadar dengan keberadaan bozem untuk menampung air saat curah hujan tinggi. Bahkan, mulai muncul permintaan dari warga yang daerahnya ingin dibangun bozem. Padahal, beberapa tahun lalu warga menolak keberadaan bozem dengan menolak pembebasan lahan.
”Sekarang mulai banyak warga yang sadar fungsi bozem. Bahkan, ada warga yang meminta untuk dibuatkan jembatan dan gazebo di tengah-tengah bozem itu sehingga bisa dijadikan tempat untuk pemancingan,” ucapnya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menambahkan, banjir di Surabaya tidak hanya dipicu curah hujan tinggi, tetapi juga pasang air laut. Sebab, lokasi Surabaya hanya berada 5 meter di bawah permukaan air laut sehingga ancaman banjir rob cukup tinggi.
Oleh karena itu, pihaknya kini terus berupaya mempercepat pembangunan rumah pompa di pesisir pantai utara Surabaya. Rumah pompa berada di hilir Sungai Kalimas yang berbatasan langsung dengan pantai utara Surabaya. Rumah pompa itu untuk mengantisipasi jika terjadi air pasang agar tidak meluap ke permukiman warga.
”Rumah pompa indukan bisa mengontrol debit air. Jika curah hujan tinggi, air dari sungai bisa segera dialirkan ke laut. Namun, ketika terjadi pasang, air laut tidak meluap ke kota,” ucap Risma.