Sanksi AS Persulit Iran Menanggulangi Bencana Banjir
Oleh
Kris Mada
·4 menit baca
TEHERAN, RABU -- Iran menuding, sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat menyebabkan penanggulangan bencana di Iran terhambat. Sebab, dana bantuan tidak bisa dikirim, dan Iran tidak bisa membeli helikopter yang dibutuhkan dalam proses penanggulangan bencana.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyatakan, rangkaian sanksi AS membuat negaranya kesulitan menanggulangi dampak bencana. Sejak pertengahan Maret 2019, sudah 60 orang tewas akibat banjir melanda Iran. Sementara ratusan orang lainnya terluka dan ribuan orang mengungsi.
Sanksi AS membuat Iran tidak mampu membeli perlengkapan, termasuk helikopter pengangkut bantuan. "Ini bukan perang ekonomi. Ini terorisme ekonomi,” ujar Zarif, Rabu (3/4/2019).
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo membantah tudingan itu. Ia menyebut korban tinggi karena pemerintah Iran salah kelola dan tidak cakap.
Iran kini tengah dilanda banjir di berbagai penjuru. Di beberapa lokasi bencana, pemerintah setempat sudah menyatakan keadaan darurat.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Ghasemi mengatakan, semua rekening luar negeri milik Bulan Sabit Merah Iran diblokir gara-gara sanksi AS. Tidak ada lembaga bantuan asing bisa mengirim dana gara-gara sanksi itu.
Pemerintah daerah di lokasi bencana berulang kali meminta tambahan helikopter untuk mencapai daerah terpencil. Media Iran melaporkan, belasan helikopter militer dan Bulan Sabit Merah Iran sudah dikerahkan. Jerman dan Inggris menawarkan bantuan, termasuk perahu dan peralatan keselamatan.
Media Iran menyebut banjir telah memutus hingga 80 persen jalan antarkota dan jalan ke hampir 2.200 desa. Pasokan listrik dan layanan telekomunikasi juga terhenti.
Gubernur Khuzestan, Gholamreza Shariati, mengatakan bahwa hampir 140.000 penduduk di tiga kota diperintahkan mengungsi. Perintah itu karena prediksi banjir akan semakin meluas.
Dampak sanksi
Terpisah, Utusan Khusus AS untuk Iran Brian Hook mengatakan, ada tiga negara yang setuju menghapus kuota pembelian minyak dari Iran. "November lalu, kami mengizinkan delapan negara (membeli minyak Iran) untuk mencegah lonjakan harga minyak. Hari ini saya memastikan tiga di antaranya kini nol (tidak membeli minyak Iran lagi),” ujarnya.
Sanksi AS membuat Iran tidak mampu membeli perlengkapan, termasuk helikopter pengangkut bantuan.
Pada November 2018, AS mengumumkan sanksi baru terhadap Iran. Inti sanksi itu adalah melarang penjualan minyak Iran, sumber utama pendapatan negara itu. Meskipun demikian, AS mengizinkan China, India, Italia, Taiwan, Yunani, Jepang, Turki, dan Korea Selatan tetap membeli minyak Iran untuk sementara waktu. Hook tidak menjelaskan negara mana yang dari delapan itu yang akhirnya tidak lagi membeli minyak Iran.
Sejumlah analis menduga bahwa Taiwan, Yunani, dan Italia adalah negara yang tidak lagi membeli minyak Iran. Sementara lima negara lain mengimpor hingga 1,1 juta barel dari Iran setiap hari.
AS memberlakukan lagi sanksi terhadap Iran setelah mundur dari kesepakatan nuklir (JCPOA). Kesepakatan itu dibuat Iran dengan AS dan sejumlah negara lain pada 2015. Dengan kesepakatan tersebut, Iran setuju fasilitas nuklirnya diperiksa untuk memastikan fasilitas itu hanya dipakai untuk keperluan sipil. Sebagai imbalannya, sanksi internasional Iran dikurang secara perlahan.
Belakangan, AS keluar dari JCPOA dengan alasan Iran tetap mengembangkan nuklir untuk tujuan militer. Iran juga dituding menyokong kelompok bersenjata di berbagai negara di Timur Tengah.
"Sekarang kondisi pasar lebih baik sehingga kami bisa mempercepat langkah menjadikan (penjualan minyak Iran) hingga nol (persen). Kami tidak mempertimbangkan memberi keringanan atau pengecualian lagi dari sanksi kami,” kata Hook.
Sanksi AS membuat penjualan minyak Iran berkurang hingga 1,5 juta barel per hari sejak Mei 2018. “Hal itu mencegah pemerintah (Iran) mengakses pendapatan hingga 10 miliar dolllar AS dari minyak, kerugian setara 30 juta dollar AS per hari,” tambah Hook.
Harga minyak dalam perdagangan, Selasa (2/4/2019), menyentuh 70 dollar AS per barel untuk pasar minyak mentah brent. Pemangkasan kuota produksi serta gabungan sanksi AS terhadap Iran dan Venezuela, dua produsen utama minyak global, dikhawatirkan membuat harga minyak terus naik.
"Dengan harga minyak lebih rendah dibandingkan saat kami mengumumkan sanksi dan produksi global stabil, kami terus mempercepat langkah menghentikan pembelian minyak Iran,” kata Hook.
Seorang pejabat AS, yang menolak namanya dipublikasikan, menyatakan bahwa AS ini sedang mempersiapkan sanksi tambahan terhadap Iran. Kali ini, Washington menyasar sektor-sektor yang belum tercakup sanksi sebelumnya