JAKARTA, KOMPAS — Kredit bermasalah industri perbankan tercatat naik menjadi 2,59 persen pada Februari 2019. Selain faktor musiman, sebagian kalangan menilai persoalan ini dipicu oleh restrukturisasi kredit sebagian dengan memberi keringanan cicilan. Karena itu, pihak bank perlu memperketat dalam penyaluran kredit.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Februari 2019 menyebutkan, rasio kredit macet (NPL) gros perbankan 2,59 persen. Sementara NPL neto 1,17 persen. Nilai NPL ini lebih rendah dibandingkan NPL gros perbankan sebesar 2,88 persen secara tahunan pada Februari 2018.
Kendati demikian, NPL pada Februari 2019 tercatat lebih tinggi dibandingkan NPL gros sebesar 2,56 persen pada Januari 2019 jika dibandingkan secara bulanan. Adapun NPL neto 1,13 persen pada Januari 2019.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, menilai kenaikan NPL lebih tinggi Februari karena faktor musiman.
”Kenaikan NPL ini wajar karena faktor musiman setelah libur pergantian tahun. Sebagian bank juga masih tahap restrukturisasi kredit bermasalah melalui perpanjang tenor atau pemberian keringanan cicilan,” kata Bhima, di Jakarta, Rabu (3/4/2019).
Menurut Bhima, kenaikan NPL menjadi sinyal bagi perbankan untuk lebih selektif menyalurkan kredit. Saat ini, penyaluran kredit perlu lebih diperketat di sektor komoditas yang turun harganya, seperti kelapa sawit, batu bara, dan karet.
Secara terpisah, Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Bambang Tribaroto menambahkan, kenaikan NPL pada awal tahun merupakan fenomena yang biasa terjadi pada awal tahun. Adapun BRI menargetkan NPL 2-2,2 persen pada 2019.
”Untuk mencapai target, kami menerapkan strategi pengembangan sistem pengawasan NPL dan pengumpulan yang terintegrasi. Kami juga akan menumbuhkan kredit secara lebih selektif,” kata Bambang.
Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Anggoro Eko Cahyo mengatakan, BNI sekarang menjaga NPL gros berada di angka 1,7 persen. Sementara NPL neto berada di bawah 1 persen.
”Strategi kami menekan NPL adalah lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit, apa pun sektor, jenis kredit, dan penggunaannya. Strategi ini akan dilakukan pada sektor-sektor ekonomi atau lapangan usaha yang mengalami pelambatan pertumbuhan, terutama yang tumbuh negatif,” ujar Anggoro.
Kredit tumbuh
OJK mencatat, penyaluran kredit perbankan meningkat 12,13 persen secara tahunan pada Februari 2019. Pertumbuhan kredit didorong oleh tingginya pembiayaan untuk kegiatan investasi di sektor listrik, gas, dan air bersih (LGA), pertanian, peternakan, serta kehutanan. Adapun penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 6,57 persen secara tahunan pada Februari 2019.
Bhima menilai, pertumbuhan kredit di tengah tantangan likuiditas dan tahun pemilu menunjukkan pelaku usaha domestik lebih optimistis dengan pertumbuhan ekonomi pada 2019. Pada saat bersamaan, perusahaan milik negara juga cukup agresif meminjam ke bank untuk mendorong proyek infrastruktur.