"Europe on Screen" Jadi Wadah Pengembangan Industri Kreatif Indonesia-UE
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Film menjadi salah satu sarana memperkenalkan budaya suatu daerah atau untuk mencapai tujuan tertentu. Di sisi lain, film menjadi sarana kerja sama dua negara untuk mengembangkan industri kreatif.
Salah satunya mellaui festival Europe on Screen yang akan diadakan di 8 kota di Indonesia pada 18-30 April 2019. Festival yang sudah digelar 19 kali itu akan menampilkan 101 film kontemporer dari 27 negara Eropa. Europe on Screen (EOS) menjadi salah satu festival film internasional di Asia Tenggara.
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Guerend mengatakan, perfilman berkontribusi pada sektor ekonomi dan budaya di Eropa. “Film tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga berpengaruh pada sektor lain,” ujar Guerend dalam konferensi pers EOS di Jakarta, Selasa (2/4/2019).
Seiring dengan perkembangan industri kreatif di Indonesia, EOS menjadi salah satu program yang dapat memupuk kerja sama antara industri kreatif Eropa dan Indonesia. Karena itu, festival ini terbuka untuk umum dan gratis.
“Kami ingin memperoleh penonton sebanyak-banyaknya dan terus ingin meningkatkan jumlah penonton,” ujar Guerend.
Seiring dengan perkembangan industri kreatif di Indonesia, EOS menjadi salah satu program yang dapat memupuk kerja sama antara industri kreatif Eropa dan Indonesia.
Pada tahun lalu, festival ini dihadiri oleh 24.000 penonton. Festival ini menjadi salah satu cara memperkenalkan Eropa kepada masyarakat Indonesia.
Penonton dapat menikmati film yang diproduksi oleh negara-negara dari benua Eropa. Bebera di antaranya adalah Belanda, Jerman, Perancis, Inggris, Serbia, Ukraina, Azerbaijan, Swiss, dan lain-lain.
Melalui festival ini, penonton akan diajak untuk merefleksikan keragaman budaya dan sejarah yang ada di Eropa. Mereka dapat menikmati representasi negara-negara yang ada di Eropa.
Selain pemutaran film, juga diadakan pembuatan film pendek dalam festival ini. EOS Festival Co-Director Nauval Yazid mengatakan, para pembuat film dari Indonesia dapat belajar dari sineas Eropa.
EOS akan mengundang beberapa pekerja film Eropa untuk berbagi pengalaman dan keahlian mereka. Mereka adalah desainer poster film asal Belgia, Amira Daoudi. Ada juga produser film The Guilty, Lina Flint dan penulis naskah film The Guilty, Emil Nygaard Albertsen.
Misi sosial
Pada tahun ini, EOS juga mengemban misi sosial untuk meningkatkan kesadaran masyarakat pada usaha pelestarian lingkungan hidup. Mereka mendedikasikan subsegmen khusus bertema Our Land.
Pada subsegmen ini akan diputar enam film panjang dan empat film dokumenter pendek. Salah satu film tersebut akan menghadirkan cerita tentang isu sengketa tanah. Dua film Indonesia yang dibuat di Eropa yakni The Gift dan Arini juga akan diputar.
“Menurut beberapa testimoni, kedua film ini berpengaruh pada peningkatan jumlah wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Eropa,” ujar Nouval.
Salah satu bagian dari rangkaian acara paling popular dari EOS yakni pemutaran film melalui layar tancap. Mereka akan memutar film bergenre ramah keluarga yang telah dirilis di bioskop Indonesia.
Penonton diperbolehkan menikmati pertunjukan film secara bebas tanpa aturan yang membatasi. Adapun pemutaran layar tancap akan diadakan di Bintaro Xchange, Summarecon Mal Bekasi, Erasmus Huis, dan Alliance Francaise Denpasar.
EOS 2019 juga akan menampilkan sebuah film dokumenter yang dibuat khusus untuk merayakan 100 tahun sekolah seni dan desain Bauhaus yang ada di Jerman. Selain itu, akan ditampilkan instalasi video tentang Bauhaus dan pemutaran rekaman arsip karya yang dibuat sekolah tersebut.