Di negara asal Mohamed Salah, Mesir, terdapat dua musim dalam setahun, yaitu musim dingin dan panas. Kondisi perubahan cuaca itu seperti menggambarkan perjalanan Salah bersama Liverpool tahun ini. Sempat subur pada awal hingga tengah musim, “Si Raja Mesir” kini mengalami kekeringan jumlah gol dan asis.
Salah tetap menjadi andalan utama saat Liverpool menaklukkan Tottenham Hotspurs, 2-1, pada Minggu (31/3/2019) malam WIB, di Stadion Anfield. Penyerang sayap itu menciptakan momentum gol penentu kemenangan “The Reds”. Sundulannya pada menit ke-89 membuahkan kemelut yang mengakibatkan bunuh diri bek Spurs, Toby Alderweireld.
Sundulan itu merupakan kontribusi terbaik Salah sepanjang laga. Total dia mencatatkan lima tendangan, tetapi hanya satu tendangan yang mengarah ke arah gawang. Dia membuang peluang terbaiknya saat situasi dua lawan dua dalam serangan balik di babak kedua.
Salah kembali gagal menyudahi paceklik golnya. Pemain kelahiran Basyoun, Mesir, itu memperpanjang tren tanpa golnya menjadi delapan pertandingan beruntun di seluruh kompetisi. Saat bersamaan, dia hanya menyumbangkan satu asis.
“Pemain bertahan sudah tahu apa yang akan Salah lakukan. Dia selalu ingin memotong dari kanan ke arah dalam. Pengaruhnya dalam laga besar juga tidak sebesar dulu,” kata legenda Liga Primer Alan Shearer kepada Mirror.
Sebagai pencetak gol terbanyak Liga Primer sepanjang masa (260 gol), Shearer melihat Salah mulai kehilangan percaya diri belakangan ini. “Dia memperlihatkan keragu-raguan di beberapa situasi dalam laga,” ucap mantan pemain Newcastle itu.
Performa meragukan Salah mulai terlihat menurun pada awal tahun. Sejak Januari 2019, dia baru menghasilkan 4 gol dan 1 asis dalam 15 pertandingan.
Produktivitas rata-rata gol dan asis per pertandingannya menurun hampir tiga kali lipat dibandingkan paruh pertama musim ini. Pada 26 laga sebelum pergantian tahun, Salah menghasilkan 16 gol dan 7 asis.
Khusus di Liga Primer, Salah baru mencatatkan 17 gol dan 7 asis musim ini dari 31 laga. Jumlah itu jauh dari musim lalu, saat musim debut bersama Liverpool, dengan raihan 32 gol dan 10 asis dalam 36 laga.
“Dia memang cukup baik musim ini. Tetapi tidak mampu mengejar penampilan musim lalu. Padahal musim ini sangat penting ketika Liverpool sedang mengejar trofi juara,” lanjut Shearer.
Menolak label
Label keajaiban dalam satu musim atau one season wonder pun kembali mendekati Salah. Label itu sempat disematkan pada Roque Santa Cruz dan Michu yang bersinar dengan raihan dua digit gol dalam semusim, tetapi tidak mampu mengulang hal sama pada musim berikutnya.
Meski begitu, mantan pemain Chelsea tersebut menolak label itu. Dia menilai tidak ada yang salah dalam penampilannya saat ini meski sedang paceklik gol maupun asis.
“Saya dikritik karena tidak mencetak gol di beberapa pertandingan. Tetapi, ada beberapa pemain yang memiliki jumlah gol sama seperti saya, mereka dikatakan sedang dalam musim terbaiknya,” balas Salah kepada pengkritiknya.
Salah melihat masalahnya adalah ekspektasi. Torehan luar biasa musim lalu membuat banyak orang berpikir dia akan mengulangi performa tersebut dengan mudah.
Padahal, jika dilihat dari keseluruhan musim ini, penampilannya sangat luar biasa. Salah berada di posisi kedua pencetak gol terbanyak Liga Primer, hanya kalah dari Sergio Aguero (19 gol). Jumlah gol itu sama dengan Pierre Emerick-Aubameyang, Harry Kane, dan rekan setimnya, Sadio Mane.
Pemain setinggi 1,75 meter itu mengungguli penyerang sayap ternama, Raheem Sterling (15 gol) dan Eden Hazard (13 gol). “Hanya saya yang dikatakan dalam musim buruk di antara beberapa pemain itu. Musim ini saya hanya ingin memenangkan Liga Primer. Itu yang terpenting untuk saya,” tutur Salah.
Walaupun paceklik gol, Salah berhasil mengantarkan Liverpool untuk sementara memuncaki klasemen Liga Primer dengan 79 poin. Mereka unggul dua poin dari Manchester City yang masih menyisakan satu pertandingan.
Kehadirannya di lapangan begitu penting. Meski tidak mencetak gol, dia selalu menjadi magnet barisan pertahanan lawan. Kondisi itu berhasil dimanfaatkan dua rekannya, Mane dan Roberto Firmino, yang sudah mengombinasikan 10 gol dalam masa paceklik Salah.
Mantan bek Liverpool Jammie Carragher membela Salah. “Kamu tidak harus selalu bermain bagus. Tetapi hal terpenting adalah tim meraih tiga poin. Dan hal itu bisa terus dilakukan Liverpool,” ucapnya.
Dalam wawancara dengan Fourfourtwo pada 2018, Salah mengungkapkan Liverpool merupakan tim idolanya sejak kecil. Motivasinya begitu besar untuk mengakhiri puasa gelar liga “The Reds selama 29 tahun.
Namun, “Si Raja Mesir” tentunya harus menyudahi kekeringan golnya pada beberapa pertandingan tersisa. Hanya dengan itu, Salah akan memudahkan Liverpool memanen gelar juara pada akhir musim nanti. (REUTERS)