Kalangan pelaku industri dari berbagai sektor melihat potensi peningkatan ekspor ke pasar Australia. Perjanjian kerja sama ekonomi menyeluruh kedua negara atau Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement dinilai bisa menciptakan peluang tersebut.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, neraca perdagangan Indonesia-Australia defisit 249,764 juta dollar AS pada Januari 2019.
"Kami menyambut baik ditandatanganinya perjanjian IA-CEPA. Hal ini menciptakan peluang peningkatan ekspor ke Australia," kata Ketua Pengembangan Sport Shoes dan Hubungan Luar Negeri Dewan Pengurus Nasional Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Budiarto Tjandra saat dimintai tanggapan di Jakarta, Minggu (31/3/2019).
Budiarto berharap industri sepatu tumbuh lebih pesat dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja bagi masyarakat.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal, pada 2018 ada 44 proyek penanaman modal dalam negeri bidang usaha industri barang dari kulit dan alas kaki dengan nilai investasi Rp 282,12 miliar. Adapun penanaman modal asing di bidang usaha itu sebanyak 248 proyek dengan nilai investasi 243,65 juta dollar AS.
Sementara itu, menurut catatan Kementerian Perindustrian, kelompok industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki pada 2018 tumbuh 9,42 persen. Ekspor alas kaki nasional meningkat 4,13 persen, yakni dari 4,91 miliar dollar AS pada 2017 menjadi 5,11 miliar dollar AS pada 2018.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam berbagai kesempatan mendorong pelaku industri memanfaatkan potensi ekspor ke Australia.
Otomotif
Airlangga berharap beberapa sektor industri di dalam negeri dapat diandalkan untuk mengisi pasar Australia. Sektor otomotif, misalnya, dinilai berpeluang menggarap pasar itu.
"Saat ini semua pabrik otomotif di Australia sudah dihentikan produksinya. Hal ini menjadi tambahan peluang untuk mengisi pasar Australia sebanyak 1,2 juta sampai dengan 1,5 juta kendaraan sampai 2025," kata Airlangga.
Co-Chairman Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Rizwan Alamsjah menyampaikan, pelaku industri otomotif terus menggarap peluang ekspor. "Kapasitas industri otomotif di dalam negeri sudah lebih dari 2 juta unit, sedangkan yang terpakai baru 1,35 juta unit," kata Rizwan.
Di sektor industri farmasi, Presiden Direktur Bayer Indonesia Angel Michael Evangelista menuturkan, Australia merupakan pasar penting bagi Bayer Indonesia. Australia, yang memiliki regulasi farmasi ketat, merupakan salah satu satu dari 32 negara di dunia yang selama ini menjadi tujuan ekspor produk pabrik Bayer di Cimanggis, Depok, Jawa Barat.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto, perjanjian kerja sama ekonomi komprehensif Indonesia-Australia membuka pasar baru bagi produk keramik Indonesia.
Adapun Sekretaris Jenderal Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia Abdul Sobur melihat peluang menggenjot ekspor mebel ke Australia. (CAS)