Kebakaran kembali terjadi di wilayah padat penduduk Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Sedikitnya 89 rumah terbakar dan membuat 302 orang mengungsi ke beberapa posko darurat yang dibangun warga juga pemerintah.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Kebakaran kembali terjadi di wilayah padat penduduk Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Sedikitnya 89 rumah terbakar dan membuat 302 orang mengungsi ke beberapa posko darurat yang dibangun warga juga pemerintah.
Kebakaran tersebut terjadi pada Sabtu (30/3/2019) sekitar pukul 03.00 di Gang Rindang Banua, Jalan Riau, Kecamatan Pahandut, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Api diduga berasal dari salah satu rumah warga yang merupakan pedagang soto keliling.
Samsudin (50), salah satu saksi mata yang rumahnya sekitar 100 meter dari sumber api, mengaku dirinya tidak mendengar adanya ledakan. Hanya teriakan saat api dengan cepat membesar dari rumah pedagang yang menurut dia bernama Yanti.
”Di sana ada banyak tabung LPG 3 kilogram, tetapi tak ada ledakan, kemungkinan memang korsleting listrik,” kata Samsudin saat mencari sisa harta benda di rumahnya yang juga ludes terbakar, Senin (1/4/2019).
Meskipun tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, sedikitnya sebuah mobil, belasan motor, dan harta benda lainnya hangus terbakar. ”Saya hanya bisa selamatkan anak dan istri kalau harta ludes semua. Hanya tersisa surat tanah yang kebetulan ada di tas yang saya bawa. Kalau ijazah sekolah saya dan istri ludes terbakar,” ungkap Samsudin.
Saya hanya bisa selamatkan anak dan istri kalau harta ludes semua. Hanya tersisa surat tanah yang kebetulan ada di tas yang saya bawa. Kalau ijazah sekolah saya dan istri ludes terbakar.
Dari data Kecamatan Pahandut, terdapat tiga wilayah rukun tetangga (RT) yang terdampak kebakaran. Rinciannya, RT 002 sebanyak 53 keluarga atau 107 orang, RT 003 ada 40 keluarga atau 155 orang, dan RT 005 ada 10 keluarga dengan 40 orang terdampak. Totalnya 302 orang, dari 89 rumah yang terbakar.
Kepala Kepolisian Resor Kota Palangkaraya Ajun Komisaris Besar Timbul RK Siregar mengatakan, sumber api berasal dari warung dan dapur yang diduga ditinggal tidur pemiliknya. Pihaknya masih menyelidiki kasus itu dan mengumpulkan barang bukti.
”Api berasal dari dapur. Apakah itu karena kompor atau kompor gas maupun korsleting listrik belum diketahui. Masih dalam penyelidikan,” kata Timbul.
Timbul menambahkan, api bisa dipadamkan sekitar 2 jam 30 menit. Pemadaman sempat terkendala jalan sempit, sumber air kurang, dan padatnya rumah penduduk.
”Bangunan di sini sebagian besar terbuat dari kayu. Itu membuat api lebih cepat merambat ke bangunan lainnya,” tambah Timbul.
Kepala Seksi Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Dinas Sosial Provinsi Kalteng Fatrudin Noor memastikan pemerintah telah mempersiapkan bantuan makan untuk korban dan langsung membuka dapur darurat. Pihaknya juga membuat dua tenda darurat di Pelabuhan Rambag yang dekat dengan lokasi kebakaran untuk tempat mengungsi.
Pada Senin sore, dua tenda itu baru dibuat dan belum ditempati. Banyak korban kebakaran yang kehilangan tempat tinggal memilih mengungsi ke rumah-rumah keluarga. Beberapa membuat posko darurat.
”Logistik yang ada di provinsi akan didorong ke kota. Sudah disiapkan peralatan dapur termasuk bantuan lain,” kata Fatrudin.
Pada sore yang sama, Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran juga mengunjungi lokasi kebakaran dan memberikan sejumlah bantuan. Ia juga memantau langsung pemberian bantuan dari dinas sosial.
”Ini harus dikaji lebih lanjut karena area ini sangat padat penduduk. Harus ada penataan lagi karena ini kejadiannya sudah berulang,” ungkap Sugianto.