BEKASI, KOMPAS — Kejuaraan Enerpac Master dan Yunior 2019 benar-benar menjadi ajang pembuktian salah satu pecatur putri terbaik Indonesia, WIM Chelsie Monica Sihite. Setelah melalui belasan pertandingan selama 25-30 Maret, pecatur kelahiran Balikpapan, Kalimantan Timur, 2 November 1995, itu akhirnya keluar sebagai juara kategori putri.
Gelar itu seolah menjadi tanda bahwa Chelsie masih ada setelah beberapa tahun terakhir redup. Hal itu juga memberikan secercah harapan untuk Indonesia jelang Kualifikasi Piala Dunia Catur 2019 di Ulaanbaatar, Mongolia, 6-16 April. Chelsie menjadi satu dari tiga pecatur putri yang dikirim Indonesia ke kualifikasi tersebut.
Dalam final Kejuaraan Enerpac Master kategori putri, Chelsie bertemu dengan WIM Dewi AA Citra. Pada laga yang berlangsung di Sekolah Catur Utut Adianto, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (29/3/2019), Chelsie berhasil unggul dengan skor 3-1 berkat remis di catur klasik (menang 3 poin) dan menang di catur cepat (menang 2 poin). Untuk itu, pada laga pamungkas, Sabtu (30/3/2019), Chelsie hanya butuh sekali menang pada pertandingan catur klasik untuk memastikan gelar juara.
Dari awal hingga pertengahan laga catur klasik itu, Chelsie yang memegang buah putih dan Citra buah hitam cenderung imbang. Namun, pada langkah ke-38, Citra melakukan kesalahan. Dia mendorong pion ke A4. Langkah itu memberikan Chelsie peluang mendorong pion ke D7 dan memakan kuda Citra. Chelsie pun unggul satu perwira.
Dengan keunggulan itu, Chelsie main aman sembari mencari celah untuk menyerang. Beruntung, pada langkah ke-52, Citra kembali membuat kesalahan. Dia membuka menterinya jalan ke E4. Chelsie pun memilih mengadu menteri dengan mendorong menterinya ke G7. Karena itu, pertahanan Citra mulai longgar.
Pada langkah ke-62, Citra justru memainkan raja ke sayap. Keputusan itu membuat rajanya menjauhi pion bebas Chelsie. Berkat itu, Chelsie ada kesempatan memajukan raja untuk membantu pion bebasnya. Sementara pion bebas Citra masih terlalu jauh untuk promosi. ”Sejak itu saya bisa terus menekan Citra. Puncaknya, saya bisa promosi satu pion menjadi menteri. Pada langkah ke-70, saya bisa menskak mati raja Citra,” ujarnya.
Bagi Chelsie, kemenangan itu memberikan motivasi dan kepercayaan diri baru. Dia mengakui bahwa karier caturnya sempat terganggu dengan urusan nonteknis, antara lain kesibukan kuliah. ”Tahun ini saya lulus kuliah. Setelah itu, saya ingin fokus lagi ke catur,” katanya.
Chelsie adalah teman satu angkatan WGM Medina Warda Aulia dan Citra. Mereka bertiga dibentuk sebagai Tim Catur Putri Impian Indonesia sejak 2009. Bahkan, pada awalnya, karier Chelsie lebih menonjol daripada Medina dan Citra. Ia bisa menjadi WIM lebih awal sejak 2011 setelah memenangi Kejuaraan Catur ASEAN Kelompok Umur 20 Tahun di Tarakan, Kalimantan Timur. Saat itu, umurnya masih 16 tahun.
Namun, setelah itu, Chelsie tidak bisa fokus ke catur. Akibatnya, karirnya disusul oleh Medina yang menjadi WGM sejak 2013 dan Citra yang menjadi WIM pada 2017. ”Sekarang saya berusaha setidaknya bisa mengejar menjadi WGM. Saya sudah dapat satu norma WGM pada Olimpiade Catur di Turki pada 2012 lalu. Di Kualifikasi Piala Dunia Catur 2019 nanti, saya berusaha dapat norma WGM lagi,” tuturnya.
Citra menyampaikan, dalam kejuaraan ini, dirinya lebih fokus mencari variasi pembukaan baru. Bahkan, setiap pertandingan, ia mencoba variasi pembukaan baru. Dari kesempatan itu, ia mendapatkan setidaknya tiga pakem pembukaan baru, yakni Skandinavia, B6, dan London. Biasanya ia hanya memainkan pembukaan Sisilia.
”Kejuaraan ini, kan, tidak memakai sistem rating. Jadi, ini kesempatan saya untuk menguji latihan saya dengan lepas tanpa beban. Saya ingin mencoba variasi pembukaan baru agar pada kejuaraan internasional saya bisa memiliki banyak taktik untuk menghadapi lawan,” ujarnya.
Novendra tak sabar
Sementara itu, pecatur harapan Indonesia, IM Novendra Priasmoro, justru menyia-nyiakan kesempatan menang atas IM Muhammad Luthfi Ali saat laga catur klasik kedua. Novendra yang memegang buah putih sejatinya sudah unggul pada awal pertandingan. Namun, ia justru membongkar lagi taktiknya. Akhirnya, pertandingan itu berakhir remis.
Pada laga catur cepat kedua atau laga penentuan, Novendra yang memegang buah hitam bermain sangat terbuka sebab, remis saja, dia akan tetap kalah. Untuk itu, ia memilih main sangat agresif untuk menang. Namun, Luthfi yang sabar bisa mengantisipasi semua serangan sehingga akhirnya menang.
Pada Jumat, Luthfi sudah unggul dengan skor 3-2 berkat menang di catur klasik dan kalah di catur cepat. ”Pas catur klasik kedua tadi, saya sebenarnya sudah unggul sejak awal. Tetapi, saya enggak sabar untuk menang cepat. Jadi, saya putar-putar lagi buah saya untuk cari taktik menang cepat. Tetapi, akhirnya justru susah menang dan jadi remis,” kata Novendra yang masih tertinggal 21 poin untuk mencapai poin rating sebagai GM.
Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PB Percasi Kristianus Liem menyampaikan, hasil yang diraih Chelsie diharapkan bisa memupuk kepercayaan dirinya sehingga tampil optimal pada kualifikasi nanti. Untuk Novendra, Kristianus berharap pecatur muda tersebut bisa lebih sabar dalam bermain.
”Jiwa Novendra masih menggebu-gebu. Akibatnya, sering ceroboh. Kalau dia tidak bisa mengubah sikapnya, mentalitas dia belum layak menjadi GM walaupun dia sudah memenuhi syarat secara teknis menjadi GM,” ujarnya.
Indonesia akan mengirim enam atlet ke Kualifikasi Piala Dunia Catur 2019. Selain Chelsie, Indonesia mengirim IM Irene Kharisma Sukandar dan Medina untuk kategori putri. Selain Novendra, Indonesia mengirim GM Susanto Megaranto dan NB Surya Wahyudi untuk kategori putra. Satu di antara mereka diharapkan bisa lolos ke Piala Dunia Catur 2019 di Khanty-Mansyisk, Rusia, pada 9 September-2 Oktober mendatang.