Pasar Uang Negara Berkembang Terimbas Sentimen AS dan Inggris
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pasar mata uang di negara-negara berkembang atau emerging market cenderung melemah selama sepekan terakhir. Pelemahan ini merupakan imbas dari sentimen global terkait sinyal resesi Amerika Serikat serta ketidakpastian Brexit dari Inggris.
Menurut analis pasar uang dari Asia Tradepoint Future, Deddy Yusuf Siregar, pelaku pasar uang, tengah memperhitungkan kembali investasinya di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, Malaysia, Turki, dan Argentina. ”Sinyal resesi AS dan ketidakpastian keputusan Brexit menjadi sentimen yang memengaruhi,” ujar Deddy saat dihubungi, Sabtu (30/3/2019).
Di tengah sentimen global yang seperti itu, Deddy mengatakan, pasar uang di negara-negara berkembang tampak berisiko mengalami depresiasi. Akibatnya, investor beralih ke dollar AS sebagai bentuk kehati-hatian.
Sinyal resesi AS dan ketidakpastian keputusan Brexit menjadi sentimen yang memengaruhi.
Akan tetapi, Deddy memperkirakan, pekan depan investor akan kembali melirik pasar uang negara berkembang sehingga ada potensi penguatan. Hal ini disebabkan oleh dollar AS tengah menguat sehingga pelaku akan melakukan aksi ambil untung dan berpotensi beralih ke negara berkembang.
Berdasarkan referensi kurs Bank Indonesia, pada awal pekan ini (25 Maret 2019) nilai tukar rupiah terhadap satu dollar AS sebesar Rp 14.223. Namun, pada 29 Maret 2019 nilainya menjadi Rp 14.244.
Dilansir dari pergerakan pasar mata uang dunia di Reuters sejak awal pekan ini, nilai tukar satu dollar AS berkisar 42 peso Argentina (ARS). Saat ini, nilai mata uang Argentina tersebut melemah menjadi 43,28 peso Argentina terhadap dollar AS.
Pelemahan peso Argentina, menurut Deddy, terjadi akibat kekhawatiran investor terhadap inflasi dalam negara tersebut. ”Sentimen ini tidak akan bepengaruh pada Indonesia sebagai sesama emerging market,” ucapnya.
Pelemahan nilai tukar terhadap dollar AS juga terjadi pada Malaysia. Pada awal pekan, nilai tukar satu dollar AS sekitar 4.070 ringgit Malaysia. Saat ini, nilainya bergerak di angka 4.080 ringgit Malaysia.
Di sisi lain, nilai tukar satu dollar AS terhadap lira Turki pada awal pekan ini sekitar 5,7 lira Turki. Kini, nilai mata uang Turki menguat menjadi 5,54 lira Turki terhadap satu dollar AS.
Secara keseluruhan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan, fundamental perekonomian Indonesia saat ini cukup kuat, dari segi inflasi, angka kemiskinan, dan angka ketimpangan. Oleh karena itu, dia optimistis nilai tukar rupiah lebih berdaya tahan dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, seperti Argentina. (REUTERS/JUD)