Kedua Kandidat Janjikan Pendidikan Pancasila Sejak Dini
Oleh
Kristian Oka Prasetyadi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kedua calon presiden, Joko Widodo dan Prabowo Subianto, sepakat pemahaman tentang Pancasila harus dibangun melalui pendidikan. Pendidikan Pancasila harus menjadi kurikulum di setiap jenjang pendidikan.
Ini mereka sampaikan saat debat keempat di Pemilu Presiden 2019, di Jakarta, Sabtu (30/3/2019), ketika pertanyaan kepada para calon presiden (capres) mengangkat soal ideologi Pancasila. Seperti diketahui debat keempat hanya menghadirkan capres sebagai pesertanya. Debat mengangkat tema ideologi, pemerintahan, pertahanan dan keamanan, dan hubungan internasional.
Calon Presiden (Capres) nomor urut 02 Prabowo yang memperoleh kesempatan pertama untuk menjawab, mengatakan hanya melalui pendidikan, generasi penerus bisa mendapatkan pemahaman yang utuh tentang Pancasila. Karena itu, Pancasila harus dimasukkan dalam kurikulum sejak tingkat taman kanak-kanak.
“Pancasila adalah kesepakatan bangsa yang menjadikan kita merdeka. Generasi penerus harus paham dari mana asal Bangsa Indonesia. Kalau sudah ada di kurikulum, baru kita bisa menanamkan Pancasila ke generasi-generasi penerus kita,” kata Prabowo.
Selain itu, dia menilai elit politik harus bisa memberi contoh pengamalan Pancasila di kehidupan sehari-hari. Misalnya, pemilihan orang untuk mengisi suatu jabatan tidak boleh berdasarkan suku, agama atau ras.
Sementara Jokowi mengatakan pengenalan tentang Pancasila sudah diberikan sejak usia dini, bahkan sejak di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Tak hanya itu, pendidikan Pancasila hingga pendidikan tinggi setingkat strata 3.
Di pemerintahannya juga sudah dibentuk badan pembinaan ideologi Pancasila sebagai upaya menguatkan Pancasila di masyarakat.
“Namun, yang paling penting adalah bagaimana memberikan pendidikan Pancasila dalam kehidupan bernegara. Anak-anak kita harus tahu bagaimana bertoleransi dengan 714 suku di Indonesia. Mereka juga harus bisa berkawan dan bersaudara dengan sesamanya yang berbeda, karena kita punya 1.100 bahasa daerah dan berbeda-beda agama,” kata Jokowi.
Cara pendidikan pun harus kekinian, bukan indoktrinasasi. “Ini bisa dilakukan dengan visualisasi di Facebook, Instagram, dan Twitter sehingga relevansi antara Pancasila dengan anak-anak muda bisa tersambung,” ujar Jokowi.