Daun gelinggang (Cassia alata) kembali diekspor ke Jepang dari Kalimantan Selatan, Sabtu (30/3/2019). Potensi pasar daun gelinggang di luar negeri masih terbuka sangat lebar.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARBARU, KOMPAS – Daun gelinggang (Cassia alata) asal Kalimantan Selatan kembali diekspor ke Jepang, Sabtu (30/3/2019). Kini, potensi daun gelinggang di pasar luar negeri masih terbuka sangat lebar.
Daung gelinggang adalah tanaman perdu dengan tinggi bisa mencapai lima meter. Bentuk daunnya lonjong dan menyirip genap dengan bunga berwarna kuning. Tanaman ini banyak tumbuh liar di daerah lembab atau rawa tapi sebagian sudah dibudidayakan. Di Pulau Kalimantan, tanaman ini banyak terdapat di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Daun gelinggang biasanya diracik menjadi teh yang berkhasiat untuk melancarkan buang air besar. Selain itu, daun gelinggang digunakan untuk campuran produk makanan tertentu karena bisa meningkatkan cita rasa dan aroma suatu produk.
Acara pelepasan ekspor tiga ton daun gelinggang itu dilakukan di Banjarbaru, Kalsel. Turut hadir dalam acara itu Wali Kota Banjarbaru Nadjmi Adhani, Kepala Dinas Perdagangan Kalsel Birhasani, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalsel Suparmi, dan Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin Achmad Gozali. Ada juga perwakilan PT Sarikaya Sega Utama, eksportir daun gelinggang ke Jepang.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor dalam sambutan tertulis yang disampaikan Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel Syamsir Rahman mengapresiasi langkah PT Sarikaya Sega Utama. Perusahaan itu mampu mengangkat potensi daerah menjadi bernilai ekonomi tinggi untuk menembus pasar ekspor.
”Keberhasilan daun gelinggang menembus pasar internasional menjadi penanda pemerintah tidak bekerja sendiri. Upaya mengembangkan potensi-potensi daerah juga dilakukan industri-industri lokal di Kalimantan Selatan,” katanya.
Berdasarkan data Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin, sepanjang Triwulan I 2019, ekspor daun gelinggang sudah dilakukan sebanyak 15 kali dengan tonase lebih dari 37 ton. Jika harganya 4.650 dollar AS per ton, total nilai ekspor daun gelinggang mencapai 172.050 dollar AS atau sekitar Rp 2,4 miliar.
”Tentu kalau bisa mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya, potensi daun gelinggang bisa semakin baik. Jika saat ini negara tujuan ekspor baru ke Jepang, maka ke depan diharapkan bisa berkembang lagi ke negara-negara lain,” kata Syamsir.
Selain daun gelinggang, Kalsel juga mengekspor gaharu. Dua komoditas itu menjadi diversifikasi komoditas ekspor yang sudah ada sebelumnya, seperti batubara, biji besi, sawit, karet, dan rotan.
”Ke depan, kami berharap ada inovasi-inovasi baru sehingga tanaman pertanian dan kehutanan di Kalsel bisa dimanfaatkan untuk ekspor, menggantikan produk tambang yang suatu saat akan habis,” ujarnya.
Perwakilan PT Sarikaya Sega Utama Michael Febrian Soemarko menyampaikan, ekspor daun gelinggang ke Jepang sudah dimulai sejak 2003. Namun saat itu, jumlahnya masih kecil. Permintaan dari luar baru meningkat dalam tiga tahun terakhir.
”Saat ini, ekspor daun gelinggang ke Jepang mencapai 150 ton per tahun,” ungkapnya.
Ke depannya, Michael mengatakan, peluang ekonomi daun gelinggang masih sangat terbuka untuk dikembangkan. "Pangsa pasar daun gelinggang sebenarnya tidak hanya Jepang, tetapi juga Taiwan, China, dan Korea Selatan. Ke depan, kami berharap produk daun gelinggang bisa masuk ke negara-negara tersebut dengan bantuan pemerintah," tuturnya.
Kepala Pusat Kepatuhan, Kerja Sama, dan Informasi Perkarantinaan Badan Karantina Pertanian Sujarwanto mengatakan, memiliki program Ayo Galakkan Ekspor Generasi Milenial Bangsa (Agro Gemilang). "Kami bertugas mengembangkan ekspor produk pertanian karena potensinya luar biasa. Kalau potensi yang ada diidentifikasi, maka Indonesia bisa jadi lumbung pangan dunia pada 2045,” katanya.
Menurut Sujarwanto, pelepasan ekspor daun gelinggang ke Jepang bisa jadi momentum meningkatkan kepedulian ekspor serta mengidentifikasi potensi yang ada supaya bisa dikembangkan untuk ekspor. ”Kerja sama di antara semua lembaga untuk mendorong ekspor sangat diperlukan,” ujarnya.