Siang itu, ikan-ikan sebesar lengan orang dewasa mengelilingi saung yang berada di atas kolam seluas 5.000 meter persegi. Badan ikan mas, patin, dan gurami yang saling berimpitan itu memicu gemericik air. Mulut mereka membulat, menunggu sisa makanan para pengunjung Telaga Sindur.
Tempat wisata yang berada di Jalan Raya Pemuda, Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ini menawarkan pengalaman yang menyenangkan. Tidak perlu jauh-jauh menikmati makan yang nikmat, udara segar, olahraga air, kegiatan luar ruang (mancakrida), dan wahana hiburan untuk anak-anak. Telaga Sindur menyediakan itu semua tanpa harus menguras terlalu banyak uang Anda.
Berjarak sekitar 30 kilometer dari Ibu Kota, seakan tempat itu tersembunyi di antara tempat wisata terkenal lain. Di lokasi yang dibuka pada 2015 ini, Anda akan terlindung dari bising suara mesin kendaraan. Terik matahari terhalang tajuk pohon yang tumbuh di tepi kolam. Sering kali angin semilir membelai wajah menyejukkan suasana.
Menu ikan
Sesampainya di saung, sejumlah menu ikan dapat Anda pilih. Adapun harga menu ikan ini berkisar Rp 50.000 hingga Rp 100.000. Pada Rabu (20/3/2019) siang, Kompas mencicipi ikan patin bakar, satu buah kelapa muda untuk melepas dahaga, dan nasi putih sekepalan tinju. Daging ikan itu terasa lembut di lidah. Hasil pembakaran dan bumbunya terasa pas.
Di balik kulit patin itu, daging putih kemerahan itu bercampur dengan bumbu rasa manis dan sedikit pedas. Rasanya makin lengkap dengan taburan acar mentimun di sekeliling ikan. Selain patin bakar, pengunjung dapat menikmati patin kukus, gurami saus mangga, dan sup gurami.
”Semua ikan dipasok dari kolam,” kata Furqon (52), pemilik tempat wisata.
Sebagai pendamping masakan ikan, pengunjung dapat memilih tumis taoge, kangkung, dan bunga pepaya. Jika ingin menikmati sensasi lain, ada juga terung saus balado dan semur jengkol.
Sembari menunggu makanan matang, pengunjung dapat menikmati petualangan kecil menjelajahi kolam dengan perahu bebek. Petualangan ini cukup membuat anak-anak tertantang dengan tarif Rp 30.000 per perahu. Namun, jika ingin bermain dengan ikan-ikan kolam, Anda dapat membeli pelet atau makanan ikan Rp 5.000 untuk dua kantong pelet seukuran es lilin.
Perahu bebek di kolam itu akan maksimal jika dikayuh berdua. Jika mengayuh sendirian, perahu itu berjalan miring. Namun, kayuhan yang tidak berimbang dapat membalikkan perahu. Meski kedalaman air kolam 1 meter, ini dapat membahayakan bagi anak-anak yang tidak dapat berenang. Karena itu, perlu pengawasan orangtua jika petualangan ini dinikmati bersama anak-anak.
Saat perahu bergerak di permukaan kolam, ikan-ikan bergerombol mendekat. Mereka seakan tahu penumpang perahu membawa pelet yang akan dilahap sekali tabur. Hanya dalam hitungan detik mengapung, pelet itu menjadi rebutan ikan. Sebagian ikan yang terlalu gesit gerakannya menabrak badan perahu di tengah perebutan pelet.
Tempat wisata ini, kata Furqon, memang disiapkan untuk pengunjung rombongan, lebih cocok lagi jika datang bersama keluarga. Tempat parkirnya luas. Saung utama restoran juga lapang. Selain saung utama yang membelah kolam, ada juga saung-saung kecil yang berjejer di tepi kolam. Pengunjung harus memesan minimal Rp 250.000 agar bisa duduk di saung berukuran 2 meter x 2 meter dan Rp 500.000 untuk saung berukuran 4 meter x 4 meter.
Setelah perut kenyang, lantas mau ke mana? Tenang. Ada kolam renang untuk membakar lemak. Tak perlu takut tersesat. Ada rambu-rambu jalan yang akan memandu. Jarak kolam renang dari restoran sekitar 100 meter.
Kolam renang itu terdiri dari empat petak yang dilengkapi perosotan. Kolam renang untuk perempuan dewasa dipagar dengan fiber setinggi 3 meter.
”Untuk menjaga ibu-ibu pengajian yang mandi di kolam renang agar tidak risih,” kata Furqon.
Furqon menambahkan, tempat wisata ini juga menyediakan paket mancakrida. Per orang dipatok Rp 150.000. Rinciannya permainan flying fox, jembatan titian kayu, dan belajar menanam padi di sawah. Ada juga enam ekor kerbau bergelimang lumpur yang menunggu untuk dimandikan. Suasana terasa seperti pedesaan yang tak bakal ditemui di Ibu Kota. Bagaimana? Tertarik? (Insan Alfajri)