JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah diminta mempercepat kerja sama perdagangan bebas dengan negara-negara lain, terutama Uni Eropa. Kerja sama itu diharapkan bisa membuat bea masuk tekstil dan produk tekstil Indonesia ke pasar Eropa lebih rendah.
Dengan demikian, produk tekstil Indonesia bisa bersaing dengan produk serupa dari negara-negara pesaing.
Permintaan itu disampaikan pelaku usaha di bidang tekstil yang tergabung dalam Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API).
”Harus diupayakan akselerasi perundingan kerja sama perdagangan RI dengan Uni Eropa karena Uni Eropa menjadi pasar yang besar,” kata Ketua Umum API Ade Sudrajat di sela-sela pameran industri tekstil Indo Intertex di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, Kamis (28/3/2019).
Pameran industri tekstil Indo Intertex 2019 diikuti 500 perusahaan. Peserta pameran itu berasal dari 20 negara, antara lain China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, India, Singapura, Hong Kong, Jerman, Italia, dan Turki.
Pada pameran Indo Intertex 2017, transaksi bisnis yang dibukukan sebesar 75 juta dollar AS, sedangkan pada pameran 2018 sebesar 120 juta dollar AS. Pada pameran tahun ini, transaksi ditargetkan mencapai 150 juta dollar AS.
Menurut Ade, melalui kerja sama perdagangan dengan Uni Eropa, tekstil dan produk tekstil (TPT) bisa mendapat tarif bea masuk rendah. Jika kerja sama perdagangan bebas dengan Uni Eropa belum terealisasi, produk TPT Indonesia dikhawatirkan sulit bersaing dengan produk TPT dari negara-negara kompetitor, di antaranya Bangladesh dan Vietnam.
”Perbedaan tarif bea masuk bisa 11 persen,” kata Ade.
Berdasarkan data API, nilai ekspor TPT ke pasar Uni Eropa pada 2018 sebesar 1,64 miliar euro, yang pada 2017 meningkat menjadi 1,73 miliar euro.
Secara keseluruhan, nilai ekspor produk TPT pada 2018 sebesar 13,27 miliar dollar AS, sedangkan impor 8,68 miliar dollar AS. Pada 2017, nilai ekspor produk TPT sebesar 12,54 miliar dollar AS, sedangkan impor 8,8 miliar dollar AS.
Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian Muhdori mengungkapkan, ekspor produk TPT pada tahun ini ditargetkan sebesar 15 miliar dollar AS. Untuk mencapai target itu, Kementerian Perindustrian mendorong diversifikasi produk TPT dan memperbarui produk-produk hilir.
”Saya yakin (target) bisa tercapai. Hal ini juga menjadi tugas API,” kata Muhdori.
Investasi
Muhdori menambahkan, situasi perang dagang Amerika Serikat dengan China juga dapat dimanfaatkan karena ada peluang investasi dari China masuk ke Indonesia.
Ade menyebutkan, ada perusahaan China yang berinvestasi di kawasan industri Kendal, Jawa Tengah, dengan nilai investasi sekitar Rp 6 triliun. Perusahaan TPT dari China itu ditargetkan beroperasi pada akhir 2020.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal, penanaman modal asing (PMA) di industri tekstil pada 2018 sebesar 305,39 juta dollar AS. PMA itu terdiri atas 715 proyek.