DEPOK, KOMPAS — Dian Djuriah Rais, pemilik sekaligus pendiri Masjid Dian Al Mahri atau yang lebih banyak dikenal sebagai Masjid Kubah Emas, tutup usia. Perempuan yang kerap dipanggil Dian Al Mahri ini meninggal lantaran sakit.
Dihubungi dari Jakarta, Jumat (29/3/2019), Eko Sutarno, penjaga Masjid Dian Al Mahri, Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat, mengatakan, Dian meninggal pada Jumat pukul 02.20. Dian meninggal di Rumah Sakit Pondok Indah.
”Bu Hajah (Dian) meninggal pada usia 70 tahun. Akan dimakamkan hari ini, setelah shalat Jumat,” kata Eko.
Saat ini, jenazah Dian masih berada di rumah duka di kawasan Petukangan, Jakarta Selatan. Menurut rencana, Dian akan dimakamkan di Masjid Dian Al Mahri.
Sosok monumental
Kabar kematian Dian sampai kepada Wakil Wali Kota Depok Pradi Supriatna, Jumat pagi. Pradi menyampaikan dukacita yang mendalam kepada keluarga yang ditinggalkan.
Dian dianggap sebagai sosok yang monumental oleh Pradi. Sebab, Masjid Kubah Emas yang dibangun Dian membuat Kota Depok semakin dikenal sebagai kota yang religius.
”Depok benar-benar kehilangan sosok monumental seperti beliau (Dian). Kami berharap ke depan akan ada lagi sosok-sosok seperti Dian,” ucap Pradi.
Depok benar-benar kehilangan sosok monumental seperti beliau (Dian). Kami berharap ke depan akan ada lagi sosok-sosok seperti Dian.
Dian Djuriah dikenal sebagai pengusaha asal Banten. Dian membeli tanah di Kelurahan Meruyung sejak tahun 1996 untuk membangun Masjid Kubah Emas itu. Masjid berarsitektur indah itu dibangun pada tahun 2001 (Kompas, 22/8/2006).
Masjid berkubah emas ini dibangun pada lahan sekitar 2 hektar, tetapi bangunannya berukuran 60 meter x 120 meter atau sekitar 7.200 meter persegi.
Kubah utama masjid ini berdiameter 16 meter dan tinggi 20 meter yang berlapis emas murni 24 karat. Kubah utama dikelilingi empat kubah yang lebih kecil, juga bertatahkan logam mulia. Tidak cukup sampai di situ. Setiap pilar yang menyangga atap, lampu kristal raksasa, ornamen mihrab, semua berlapis emas (Kompas, 26/10/2006).
Dian mengimpor semua material untuk masjidnya dari negara-negara Eropa. Emas, lampu, dan granit dari Italia. Adapun beberapa material lain dari Spanyol, Norwegia, juga Brasil.
”Saya tergerak untuk membangun masjid emas setelah menunaikan ibadah haji yang ke-34. Seperti begitu saja mendapat hidayah dari Allah, begitu juga lokasinya, inspirasi datang begitu saja,” ungkap Dian dalam sebuah wawancara dengan Kompas yang dipublikasikan pada akhir Oktober 2006. (KRISTI DWI UTAMI)