Mengikuti Festival Literasi hingga Berpartisipasi dalam Earth Hour 2019
Oleh
Dian Dewi Purnamasari
·3 menit baca
Akhir pekan ini, Sabtu (30/3/2019), Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jakarta Selatan menyelenggarakan Festival Literasi Jaksel bertajuk Sebulan Sastra dan Literasi (Serasi). Bagi pencinta karya sastra, festival yang berisi pelatihan, story telling, parenting, dan festival ini tentu sayang dilewatkan.
Dian Mardiana dari panitia Festival Literasi Jaksel mengatakan, gerakan itu dibuat salah satunya untuk menumbuhkan minat baca pada masyarakat. Selain itu, juga untuk menyosialisasikan bahwa perpustakaan daerah bisa digunakan sebagai pusat aktivitas masyarakat.
Acara itu merupakan kolaborasi antara Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jaksel dan berbagai komunitas, yaitu Ayo Dongeng Indonesia, Mainan Kardus, NCC Food Photography Club, Indonesia Writing Edu Center (IWEC), dan penerbit Gagas Media.
Berbagai acara menarik yang dapat diikuti dalam festival itu di antaranya dongeng, art, dan craft untuk anak usia 5-10 tahun; kelas mendongeng untuk peserta umum; kelas menulis untuk pelajar dan mahasiswa; kelas food photography untuk umum; dan bedah buku serta diskusi bersama penulis Wulanfadi dan Adithya Mulya.
Menurut rencana, acara ini akan dihadiri 200 peserta dari berbagai usia.
”Menurut rencana, acara ini akan dihadiri 200 peserta dari berbagai usia,” ujar Dian melalui keterangan tertulisnya, Kamis (28/3/2019).
Bagi Anda yang berminat datang, acara itu dimulai pada Sabtu pukul 08.30 di Perpustakaan Umum Jakarta Selatan, Jalan Gandaria Tengah V/3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kelas food photography dijadwalkan pukul 09.00-12.00, bedah buku pukul 09.00-10.30, dan diakhiri dengan acara penutup dan makan siang pukul 12.00-13.00.
Selain itu, pada Sabtu pukul 20.30, Jakarta juga akan menyelenggarakan Earth Hour. Earth Hour adalah gerakan alas rumput terbesar untuk lingkungan yang menyatukan jutaan orang seluruh dunia untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap planet Bumi.
Tantangan perubahan iklim, keanekaragaman hayati global yang menurun membuat masyarakat sadar untuk berkontribusi meski sekecil mungkin pada tindakan yang menginspirasi penurunan gas emisi untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
WWF-Indonesia dan Komunitas Earth Hour di 30 kota mengajak Presiden RI, pemimpin kota, pemerintah lokal, pimpinan perusahaan, dan masyarakat luas untuk menjadi bagian dari gerakan Earth Hour 2019 ini.
WWF berharap gerakan ini bisa meningkatkan kesadaran lebih dari 5 juta anak muda agar mengadopsi gaya hidup yang lebih hijau dan berkelanjutan pada 2020. Salah satunya adalah penggunaan transportasi umum demi mengurangi emisi gas rumah kaca.
”Pemerintah Indonesia berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca sebanyak 29 persen pada 2030 dan 11 persennya adalah dari transportasi publik. Untuk itu, publik juga harus ikut serta dengan cara menggunakan transportasi publik” ujar Rizal Malik, CEO WWF-Indonesia, melalui keterangan tertulis, Rabu (27/3/2018).
Operator transportasi massal di Jakarta, MRT dan Transjakarta, mendukung gerakan Earth Hour. Direktur Utama PT MRT Jakarta William P Sabandar mengemukakan, MRT Jakarta berkomitmen mendukung gerakan Earth Hour 2019 guna mengurangi dampak pemanasan global.
MRT Jakarta aktif mengajak masyarakat Indonesia bersama-sama menerapkan gaya hidup ramah lingkungan. Contohnya dengan beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum dan mengutamakan penghematan energi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Agung Wicaksono, Direktur Transjakarta, juga menyatakan, emisi CO2 dari transportasi berkontribusi sampai 46 persen terhadap emisi di perkotaan, apalagi kalau menggunakan kendaraan pribadi. Transjakarta berjuang untuk memudahkan warga naik transportasi massal dengan mengintegrasikan rute dan halte dengan MRT, LRT, dan KRL.
Baik rute pengumpan dari kawasan permukiman di selatan ke Lebak Bulus dan Fatmawati maupun rute lanjutan dari MRT di tengah kota seperti Dukuh Atas dan HI. Ke depannya bahkan electric mobility bisa menjadi pilihan untuk menekan lagi emisi dengan melalui uji coba terlebih dahulu.
Selain itu, karena bersamaan dengan penyelenggaraan debat pemilu presiden, DKI Jakarta tidak menginstruksikan masyarakat untuk mematikan lampu selama satu jam seperti tahun-tahun sebelumnya.
Secara seremonial akan ada tujuh titik monumen yang secara simbolis dimatikan pada pukul 20.30-21.30. Lampu yang akan dimatikan itu di antaranya di Patung Jenderal Sudirman, Tugu Monumen Nasional, Gedung Balai Kota, Patung Kuda Arjuna Wiwaha, dan Air Mancur Bundaran HI.