Dampak Sebotol Anggur Setara 5-10 Batang Rokok
Alkohol adalah zat karsinogenik atau pemicu kanker yang nyata.
Masyarakat banyak menyadari bahwa rokok bisa memicu kanker. Namun, dampak minuman beralkohol terhadap peningkatan risiko kanker, kurang dipahami. Padahal, alkohol adalah zat karsinogenik atau pemicu kanker yang nyata.
Dalam banyak budaya dan komunitas, minum alkohol dalam tingkat moderat dianggap hal yang kurang berbahaya dibanding rokok. Survei yang dilakukan Masyarakat Onkologi Klinik Amerika (ASCO) pada 2017 menunjukkan, 70 persen warga AS tidak tahu bahwa minuman beralkohol adalah faktor risiko kanker.
Situasi serupa juga terjadi di Inggris. Banyak orang tidak memahami kaitan antara minuman beralkohol dengan kanker.
Studi yang dipimpin Theresa Hydes dari Departemen Gastroenterologi dan Hepatologi Rumah Sakit Pendidikan Southampton (UHS) NHS Foundation Trust, Inggris yang dipublikasikan di British Medical Journal (BMJ) Public Health, Kamis (28/3/2019), menunjukkan, minum sebotol atau 750 mililiter anggur seminggu meningkatkan risiko kanker yang sama dengan mengonsumsi 5 batang rokok seminggu pada laki-laki dan 10 batang rokok seminggu pada perempuan.
Minum sebotol atau 750 mililiter anggur seminggu meningkatkan risiko kanker yang sama dengan mengonsumsi 5 batang rokok seminggu pada laki-laki dan 10 batang rokok seminggu pada perempuan.
Jenis kanker yang sering muncul akibat konsumsi alkohol itu pada perempuan adalah kanker payudara dan pada lelaki adalah kanker saluran pencernaan dan kanker hati.
“Perkiraan risiko rokok yang setara dengan minuman beralkohol itu memberikan ukuran yang memudahkan untuk mengomunikasikan risiko kanker,” kata Hydes seperti dikutip dari Livescience.
Penggunaan rokok sebagai pembanding itu diharapkan bisa mengomunikasikan dampak minuman beralkohol secara lebih efektif dan membantu masyarakat lebih mudah membuat pilihan gaya hidup sehat. Pola itu juga diharapkan bisa mengikuti keberhasilan kampanye dampak rokok terhadap kesehatan yang kini menunjukkan hasil menggembirakan di negara-negara maju.
Studi itu dilakukan dengan mengamati 1.000 laki-laki yang tidak merokok dan 1.000 perempuan yang tidak merokok namun minuman anggur satu botol atau 750 ml per minggu. Hasilnya, 10 laki-laki dan 14 perempuan berpeluang mengembangkan kanker jenis apapun selama hidupnya.
Data responden itu diambil para peneliti dari Universitas Southampton dan Universitas Bangor, Inggris menggunakan data risiko kanker milik Cancer Research Inggris dan jumlah penderita kanker dalam populasi yang terkait dengan rokok dan alkohol.
Batasan
Peneliti lainnya dari Institut Riset Kanker (ICR), London, Inggris, Minouk Schoemaker menambahkan studi ini yang menawarkan wawasan yang menarik. Namun, gambaran tentang kanker memang tidak sesederhana itu.
“Kanker adalah persoalan yang sangat komplek. Jadi, penting diingat bahwa studi berangkat dari asumsi tertentu,” katanya seperti dikutip BBC.
Salah satu batasan itu adalah sulit untuk mengurai dampak dari alkohol atau rokok secara keseluruhan. Studi ini juga tidak memperhitungkan durasi seseorang merokok atau berapa lama jeda waktu antara merokok dengan merokok berikutnya.
Data tentang jumlah penderita kanker dalam populasi umum itu juga tidak memperhitungkan faktor risiko lain yang juga bisa menyebabkan kanker, seperti usia, genetika keluarga, pola makan hingga gaya hidup lainnya.
Meski demikian, Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas Boston, AS yang tidak terlibat penelitian mengatakan perbandingan antara minuman beralkohol dan rokok itu masuk akal.
“Risiko kanker akibat alkohol jauh dari perhatian. Perbandingan ini memudahkan untuk mengomunikasikan dampak kesehatan dari alkohol,” katanya.
Peneliti memberi catatan, sama seperti penelitian lain, tentu ada batasan dari hasil yang diperoleh. Perbandingan itu tidak menunjukkan bahwa minum minuman beralkohol dalam tingkat moderat sama dengan merokok. Studi itu hanya mempertimbangkan risiko kanker akibat alkohol dan rokok, dan bukan risiko kesehatan yang lain seperti penyakit jantung.
Selain itu, jumlah risiko kanker seumur hidup yang diperoleh peneliti didasarkan pada jumlah penderita kanker pada populasi umum. Karena itu, angka itu bisa jadi berbeda dengan risiko kanker yang dialami seseorang akibat minum alkohol atau merokok.
Lebih berbahaya
Direktur Pusat Studi Tembakau dan Alkohol, Universitas Nottingham, Inggris yang juga tidak terlibat dalam riset mengatakan, meski sudah ada perbandingan antara dampak merokok dan minuman beralkohol, dia tidak yakin orang akan mempertimbangkan untuk merokok atau minum minuman beralkohol berdasarkan dampaknya.
Meski sudah ada perbandingan antara dampak merokok dan minuman beralkohol, dia tidak yakin orang akan mempertimbangkan untuk merokok atau minum minuman beralkohol berdasarkan dampaknya.
Karena itu, wajar jika sejumlah orang juga mempertanyakan manfaat dari riset ini. “Studi ini menunjukkan, secara substansial, merokok jauh lebih berbahaya dari minuman beralkohol dalam kaitannya dengan risiko penyakit kanker atau penyakit lain,” katanya.
Jika perokok mengkhawatirkan kesehatan mereka, satu-satunya cara yang bisa mereka lakukan adalah berhenti merokok. Sementara mereka yang mengonsumsi alkohol, masih bisa mematuhi pedoman konsumsi alkohol yang direkomendasikan.
Pemerintah Inggris merekomendasikan, seorang laki-laki maksimum boleh mengonsumsi minumal beralkohol sebanyak 14 unit per minggu. Jumlah itu setara dengan enam gelas bir dengan kadar alkohol 4 persen, tujuh gelas anggur 11,5 persen, atau 40 sloki spirit 40 persen dalam seminggu. Namun, pedoman itu sejatinya juga tidak menyebut adanya batas aman dalam konsumsi alkohol.
Namun, apapun pendapat para ahli terkait studi yang menyetarakan dampak buruk minuman alkohol dengan rokok itu, semua sepakat, rokok dan alkohol adalah sama-sama faktor risiko kanker. Jadi gaya hidup sehat jadi kunci agar terhindar dari berbagai penyakit.