JAKARTA, KOMPAS — Bank Indonesia konsisten membangun sinergi untuk mendorong perekonomian RI dan menghadapi tantangan perekonomian dunia. Tahun ini, prospek perekonomian diyakini lebih baik.
Prospek yang baik menjadi dasar penguatan ekonomi RI jangka menengah. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI 2019 berkisar 5-5,4 persen, didukung permintaan domestik yang kuat. Pada 2024, perekonomian RI diperkirakan tumbuh 5,5-6,1 persen. Pada 2018, produk domestik bruto (PDB) RI tumbuh 5,17 persen.
Tahun lalu, sinergi dan kebijakan membuat stabilitas ekonomi domestik terjaga dari gejolak ekonomi global. ”Sepanjang tahun ini perekonomian masih menghadapi tantangan struktural, baik dari global maupun domestik, yang tetap harus diwaspadai,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia 2018 di Jakarta, Rabu (27/3/2019).
Sinergi menjadi kunci dalam menghadapi tantangan sekaligus mempercepat reformasi struktural untuk memastikan kesinambungan pertumbuhan ekonomi.
”Kami akan terus bersinergi dengan pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan, dan dunia usaha,” katanya menambahkan.
Untuk mencapai proyeksi ini, BI mendorong empat struktur penopang ekonomi, yakni peningkatan daya saing, pertumbuhan industrialisasi, pengembangan ekonomi digital, serta perluasan sumber pembiayaan.
Terkait dengan upaya mendorong industrialisasi, Perry menegaskan, pola pikir ekspor perlu diubah dari komoditas menjadi barang produk industri. Reformasi struktural dibutuhkan untuk mendorong industri otomotif, garmen, elektronik, serta alas kaki sehingga mulai memprioritaskan ekspor.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengemukakan, BI mengimbau pemerintah dan mendorong swasta untuk menggenjot dan mendiversifikasi ekspor. BI berharap impor energi fosil dapat ditekan dan diganti dengan energi terbarukan, seperti air, bayu, dan surya. Langkah ini untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan, yang pada 2018 sebesar 31,06 miliar dollar AS atau 2,98 persen PDB.
BI juga berbagi peran dengan pemerintah dalam mengakselerasi pencapaian target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara pada 2019 dengan penerimaan devisa 17,6 miliar dollar AS. Untuk mencapai target itu, pembangunan infrastruktur dipercepat, atraksi wisata dikembangkan, dan kualitas amenitas lokasi wisata ditingkatkan.
Sektor riil
Direktur PT Astra International Tbk Henry Tanoto menuturkan, potensi ekspor otomotif Indonesia masih besar. ”Indonesia bisa mengekspor jauh lebih banyak jika produk ekspor nasional memiliki nilai tambah tinggi,” ujarnya.
Henry menambahkan, penyederhanaan aturan ekspor yang diterapkan pemerintah sejak Februari 2019 dapat merangsang industri otomotif dalam meningkatkan ekspor. Syaratnya, pelonggaran kebijakan harus disertai pelonggaran likuiditas agar industri otomotif tidak sulit mencari pembiayaan.
Ekonom Bank Pembangunan Asia, Eric Sugandi, menyatakan, kendati bukan ranah BI, BI berwenang menentukan kebijakan moneter yang berpihak pada kepentingan industri domestik. (DIM)