Sebelum ajang balapan Formula E digelar, orang masih meragukan keandalan mobil listrik, bahkan menganggapnya sebagai kendaraan yang tidak memiliki masa depan. Namun, kemajuan teknologi mengubah citra mobil listrik. Hingga musim kelima Formula E, 2018-2019 ini, ajang balapan mobil listrik ini semakin berkembang. Bahkan, mulai musim ini ada ajang pendukungnya, yaitu I-Pace Jaguar eTrophy.
Pembicaraan untuk menyelenggarakan Formula E berawal dari obrolan di sebuah restoran di Paris, antara Presiden Federasi Otomobil Internasional (FIA) Jean Todt dan pengusaha Spanyol, Alejandro Agag, pada 3 Maret 2011. Keduanya sepakat memajukan mobilitas berkelanjutan untuk menciptakan dunia yang lebih bersih. Dengan kerja keras dan tekad kuat untuk bisa menghadirkan prototipe mobil balap elektrik, Formula E diperkenalkan di Taman Olimpiade Beijing, China, pada 2014. Sejak itu, Formula E terus berkembang dan kini diikuti 11 tim dengan 22 pebalap.
”Dulu orang bersikap sinis dan skeptis terhadap Formula E. Namun, memasuki musim kelima, dengan mobil yang lebih andal dan organisasi yang lebih baik, saya bisa menunjukkan, Formula E adalah masa depan balap mobil dunia,” ujar mantan pebalap Formula 1 yang menjadi salah satu pelopor Formula E, Lucas Di Grassi, seusai seri Formula E ke-50 di Sirkuit Jalan Raya Hong Kong, 10 Maret 2019.
Formula E patut berbangga karena saat ini sembilan pabrikan mobil dunia mengikuti ajang tersebut, antara lain Jaguar, Nissan, BMW, Audi dan Mahindra. Mercedes pun dikabarkan tengah menyiapkan diri untuk terjun di Formula E setelah meraih kesuksesan besar di F1 pada lima musim terakhir.
Formula E pun menjadi ajang para pembuat mobil global untuk menguji sekaligus mengembangkan teknologi elektrik terkait dengan transportasi jalan raya. Karena itulah, sejak awal balapan ini didesain menggunakan jalan raya yang dikondisikan menjadi sirkuit sehingga bisa diketahui langsung apa yang harus diperbaiki dari pengoperasian mobil elektrik itu di jalan raya.
”Mobil elektrik saat ini sudah sangat maju, tidak lagi seperti dulu yang daya tahan baterainya cukup pendek. Mobil produksi kami saja, Jaguar I-Pace, bisa digunakan hingga lebih dari 400 kilometer. Itu artinya, kalau untuk perjalanan bolak-balik Bandung-Jakarta tidak perlu mengisi baterai lagi,” ungkap Jentri Izhar, Brand Director Jaguar Land Rover Indonesia.
Tanpa ”pit stop”
Musim 2018-2019 menjadi era baru balapan Formula E. Perkembangan pesat teknologi mobil elektrik telah menghasilkan mobil Formula E generasi kedua (Gen2), yang kapasitas baterainya dua kali lipat generasi pertama. Mobil Gen2 ini mempunyai tenaga 250 kW, berakselerasi dari 0 hingga 100 km per jam hanya dalam 2,8 detik, serta kecepatan tertinggi 280 km per jam. Hal itu menjadikan mobil Formula E sebagai puncak pencapaian teknologi mobil elektrik.
Hal lain yang membedakan mobil Gen2 dengan pendahulunya adalah komponen tambahan untuk meningkatkan performa mobil, yang dikenal dengan sebutan attack mode. Seperti DRS (drag reduction system) pada mobil F1, penggunaan attack mode pun diatur hanya bisa dilakukan pada lintasan tertentu sirkuit, dan tidak terlalu sering karena akan cepat menghabiskan baterai. Dengan menggunakan attack mode ini, seorang pebalap mendapat tambahan tenaga 25 kW untuk menyalip pebalap lain di lintasan lurus, melalui jalur yang disediakan khusus.
Untuk membuktikan keandalan mobil Formula E masa kini, format balapan Formula E sengaja dibuat tanpa pemberhentian di pit (pit stop). Terkait dengan hal itu, pilihan ban pun hanya satu yang bisa digunakan pada kondisi lintasan basah ataupun kering. Ban produksi Michelin itu dibuat menggunakan dua compound berdampingan sehingga bisa digunakan pada kondisi trek basah ataupun kering.
Terbukti, dengan format balapan selama 45 menit ditambah satu putaran, mobil Formula E mampu melaju kencang di trek dan sebagian besar peserta balapan bisa menyelesaikan balapan dengan baik.
Bahkan, dibandingkan dengan F1, balapan Formula E berlangsung sangat ketat dengan jarak antarpebalap sangat rapat. Insiden senggolan antarpebalap kerap kali terjadi. Badan mobil dari plastik serat kaca yang saling bertubrukan dan hancur menghasilkan suara yang lebih keras dibandingkan dengan suara mobil Formula E itu sendiri. Suara mesin mobil Formula E hanya mengeluarkan bunyi mirip dengung yang melengking. Karena tidak ada pit stop, banyak mobil yang terus melaju di lintasan dengan sebagian badan mobilnya rusak.
Menjaga baterai
Sebagaimana diperlihatkan pada lomba, teknologi baterai kini memungkinkan mobil elektrik dipakai untuk jarak jauh. Teknologi pengisian baterai pun bisa dilakukan sangat cepat. Dengan perangkat pengisian baterai khusus, hanya perlu 2 jam untuk mengisi baterai hingga 80 persen.
”Yang penting adalah bagaimana menjaga baterai selama pemakaian, yaitu mempertahankannya selalu dalam kondisi terisi 30 sampai 90 persen, dan menjaga suhu baterai tersebut jangan sampai terlalu panas. Untuk mobil Jaguar I-Pace ini, suhu maksimum baterai diperbolehkan sampai 60 derajat. Namun, jangan khawatir karena kami sudah memasang sistem yang menurunkan performa mobil secara otomatis apabila suhu baterai melebih batas optimal sehingga suhu baterai akan turun,” kata Adam Jones, Vehicle Engineering Manager Jaguar Land Rover, yang mengurusi semua mobil di kelas balapan I-Pace Jaguar eTrophy.