Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo mengingatkan agar relawan juga mengambil peran dalam upaya pencegahan bencana. Selama ini, relawan masih beranggapan eksistensinya hanya ketika bencana terjadi.
Oleh
Ayu Sulistyowati
·3 menit baca
BULELENG, KOMPAS — Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo mengingatkan agar sukarelawan juga mengambil peran dalam upaya pencegahan bencana. Selama ini, sukarelawan masih beranggapan eksistensinya hanya ketika bencana terjadi.
Hal itu dikemukakan Doni saat bertemu dengan para perwakilan sukarelawan se-Indonesia di Kabupaten Buleleng, Bali, Kamis (28/3/2019). Doni mengharapkan pertemuan perdana perwakilan sukarelawan ini mampu meningkatkan kapasitas sukarelawan, bukan hanya dalam menangani kebencanaan, tetapi juga pencegahan bencana.
Gerakan pencegahan bencana menjadi fokus Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun ini. ”Harapan ke depan, relawan harus mampu meningkatkan kapasitasnya. Relawan harus ikut peduli dalam upaya pengurangan risiko bencana dan tidak hanya terampil saat adanya bencana,” kata Doni di depan para sukarelawan.
Karena itu, Doni berpesan agar sukarelawan mulai membangun pemahaman bahwa aspek pencegahan itu penting. Ia mengajak para relawan untuk mempelajari risiko bencana yang dimulai dari lingkungan tempat tinggal masing-masing. Selanjutnya, sukarelawan mengajak masyarakat sekitarnya untuk menjaga alam.
Para peserta dalam pertemuan itu pun bersepakat untuk meningkatkan kapasitas. Sukarelawan perlu memiliki spesifikasi kemampuan dan bersertifikasi. Sertifikasi sukarelawan, yang juga menjadi salah satu perhatian dalam pertemuan ini, akan dimatangkan sesuai kemampuan relawan tersebut.
Selain menemui sukarelawan, pada kesempatan itu Doni juga melantik pengurus Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Bali. Forum ini sudah terbentuk di 25 provinsi di Indonesia dengan anggota terdiri dari unsur pemerintah, akademisi, media, dunia usaha, dan masyarakat.
Pertemuan sukarelawan yang berlangsung 26-28 Maret ini juga dihadiri Sekretaris Utama BNPB Dody Ruswandi, Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB B Wisnu Widjaja, dan Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Indra. Doni juga menyerahkan piagam penghargaan untuk enam sukarelawan yang gugur saat bertugas di daerah bencana.
Siaga bencana
Usai temu sukarelawan di Buleleng, Doni Monardo menghadiri Deklarasi Kampus Siaga Bencana di Gedung Auditorium Universitas Warmadewa, Kota Denpasar. Deklarasi itu ditandai dengan pembacaan ikrar serta penandatanganan prasasti.
Dalam sambutannya, Doni mengapresiasi kesanggupan Warmadewa menjadi Kampus Siaga Bencana pertama di Bali. Ia berharap hal ini menjadi contoh bagi kampus-kampus lainnya di Bali untuk membangun kesadaran melakukan gerakan pencegahan bencana dengan aksi jaga alam.
Doni mengatakan, saat ini BNPB lebih fokus pada aspek pencegahan bencana. Salah satunya adalah berupaya mencegah pembiaran, misalnya dalam penebangan pohon hingga persoalan sampah.
Dia pun mengapresiasi Pemerintah Provinsi Bali dan Kota Denpasar yang sudah menerapkan aturan melarang penggunaan plastik. Hal ini harus menjadi contoh bagi daerah lain.
Ia juga berharap deklarasi ini tidak hanya sebatas seremonial, tetapi diwujudkan dalam hal-hal nyata melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi, terutama pada sisi penelitian dan pengabdian masyarakat.
Simulasi kesiapsiagaan untuk daerah rawan tsunami dilakukan tiap tanggal 26.
Seluruh komponen kampus harus memikirkan bagaimana hidup harmonis dengan potensi bencana. Doni meminta agar kampus mampu melakukan upaya pencegahan dengan edukasi kepada masyarakat.
”Saya memberi apresiasi kepada Bali, khususnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali, yang telah membangun sistem peringatan dini tsunami dan melatihkannya pada setiap tanggal 26,” ujar Doni.
Kepala Pelaksana BPBD Bali I Made Rentin mengatakan, simulasi kesiapsiagaan untuk daerah rawan tsunami dilakukan tiap tanggal 26. Karena itu, ia mencanangkan hari simulasi bencana setiap tanggal 26.