Jumlah Penderita Turun Drastis, Kewaspadaan Tetap Tinggi
Meski angka kasus demam berdarah dengue turun drastis, pemberantasan sarang nyamuk melalui berbagai langkah tetap dioptimalkan mengingat musim hujan belum berakhir.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KEDIRI, KOMPAS — Angka kasus demam berdarah dengue di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, selama Maret turun drastis dibandingkan dua bulan sebelumnya. Meski begitu, pemberantasan sarang nyamuk melalui berbagai langkah tetap dioptimalkan mengingat musim hujan belum berakhir.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, Kamis (28/3/2019), pada 1-28 Maret, terdapat 100 kasus demam berdarah dengue (DBD) dengan korban meninggal 3 orang. Jumlah itu turun dibandingkan Februari yang mencapai 338 kasus dengan jumlah korban meninggal 7 orang.
Penurunan lebih drastis lagi jika dibandingkan pada Januari saat jumlah kasus DBD mencapai 569 dengan korban meninggal 13 orang. Adapun jumlah total kasus DBD di Kabupaten Kediri selama 2019 mencapai 1.007 kasus dengan korban meninggal 23 orang.
Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri Nur Munawaroh, Kamis, mengatakan, meski angka kasus DBD turun, pihaknya tetap meminta warga waspada karena musim hujan belum berakhir. Upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) pun harus tetap dilakukan.
”Selama masih ada hujan dan ada genangan air, potensi penularan nyamuk masih terus ada. Karena itu, masyarakat kami imbau untuk tetap memperhatikan lingkungan, tetap melakukan PSN di wilayah tempat tinggal masing-masing,” ujar Munawaroh.
Lonjakan kasus DBD selama Januari 2019 di Kediri tidak terlepas dari kesadaran masyarakat. Menurut Munawaroh, sebelum ada peningkatan kasus, kesadaran masyarakat untuk membersihkan lingkungan masih rendah. Mereka hanya tergerak melakukan PSN saat kasus DBD merebak. Padahal, sosialisasi mengenai PSN sudah sering dilakukan sejak jauh hari.
”Kalau ada wabah seperti sekarang, baru masyarakat ribut PSN. Selama ini, sebagian masyarakat enggan PSN jika tidak diopyak-opyak (dipaksa). Itu pun, petugas yang disuruh membersihkan sendiri benda-benda yang berpotensi sebagai sarang nyamuk,” katanya.
Berdasarkan catatan dinas kesehatan setempat, kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan lingkungan berdampak pada rendahnya angka bebas jentik. Pada pertengahan Januari, angka bebas jentik di salah satu daerah di Kecamatan Kandat hanya 45 persen. Artinya, dari 100 rumah yang disurvei, ada 55 rumah yang masih terdapat jentik nyamuk.
Namun, setelah dilakukan PSN secara masif, angka bebas jentik perlahan naik. Jika pada 29 Januari 2019 angka bebas jentik rata-rata masih 42,78 persen, pada 8 Februari angkanya naik menjadi 52,87 persen.
Imbauan agar warga tetap waspada DBD juga dilakukan Pemerintah Kabupaten Blitar, tetangga Kediri. Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Krisna Yekti menyebutkan, pihaknya belum bisa memperkirakan kapan kasus DBD benar-benar hilang dari wilayahnya.
Seperti di Kabupaten Kediri, Yekti mengatakan, angka kasus DBD di Kabupaten Blitar selama Maret juga jauh lebih rendah dari Januari dan Februari. Namun, dia belum bisa merinci angka-angkanya. Berdasarkan catatan Kompas, sejak Januari hingga pertengahan Februari, terdapat 307 kasus dengan jumlah korban meninggal 5 orang di Blitar.