Menteri Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir berpesan kepada 4.000 mahasiswa bidik misi Universitas Brawijayan(UB) agar tidak hanya menggunakan ijazah untuk mencari kerja. Namun juga memrioritaskan keahlian.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir berpesan kepada 4.000 mahasiswa bidik misi Universitas Brawijaya agar tidak hanya menggunakan ijazah untuk mencari kerja, tetapi juga memprioritaskan keahlian.
Demikian disampaikan Mohamad Nasir dalam Kuliah Umum bertema ”Kebijakan Kementerian Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0” di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya (UB), Rabu (27/3/2019). ”Menjadi lulusan perguruan tinggi harus mempunyai kemampuan. Sebab, saat ini adalah era revolusi industri 4.0, di mana dibutuhkan bukan hanya ijazah, tapi juga keahlian,” katanya.
Nasir mengatakan, di zaman revolusi industri, tenaga manusia secara perlahan pasti akan tergerus dan tergantikan oleh mesin atau cyber physical system. Hal ini bisa dilihat pada jalan tol yang sudah menggunakan e-money untuk transaksi pembayaran.
Tidak hanya itu, dalam era revolusi industri 4.0 juga dibutuhkan kreativitas yang akan menghasilkan inovasi-inovasi. Dari inovasi-inovasi tersebut akan muncul wirausaha muda yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan.
Menjamurnya start-up unicorn di Indonesia saat ini, menurut dia, merupakan salah satu contoh hasil kreativitas anak muda di era revolusi industri 4.0.
Selain itu, untuk lebih meningkatkan mutu atau kualitas lulusan, Kementerian Ristek dan Dikti akan memberlakukan program pembelajaran jarak jauh sehingga bisa diakses lewat mobile phone.
Menjadi lulusan perguruan tinggi harus mempunyai kemampuan. Sebab, saat ini adalah era revolusi industri 4.0., di mana dibutuhkan bukan hanya ijazah, tapi juga keahlian.
”Dalam distance learning ini mahasiswa bisa kuliah di mana saja dan kapan saja. Satu dosen bisa mengajar hingga 1.000 mahasiswa. Peraturan menterinya masih kami kerjakan,” katanya.
Sementara itu, sejalan dengan program Ristek dan Dikti tersebut, saat ini UB telah menjalankan program perkuliahan 3 in1. Artinya, satu mata kuliah diajar oleh tiga dosen berbeda yang berasal dari praktisi, dosen UB, dan dosen asing.
Program tersebut saat ini sudah mulai dijalankan di beberapa fakultas di UB, seperti Fakultas Pertanian, Fakultas Peternakan, Fakultas Ilmu Bahasa (FIB), dan Fakultas Ilmu Komputer (Filkom).