Korban Pembacokan Kesulitan Bayar Tagihan Rumah Sakit
Oleh
M Fajar Marta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seorang korban luka dalam peristiwa pengeroyokan di Jalan Kartini Dalam XIII, Kelurahan Kartini, Sawah Besar, Jakarta Pusat, kesulitan melunasi biaya perawatan sebesar Rp 50 juta. Setelah didesak sejumlah warga, pihak kelurahan akhirnya turun tangan membantu korban mendapatkan keringanan biaya.
Peristiwa pengeroyokan yang terjadi pada Kamis (7/3/2019) dini hari itu mengakibatkan dua warga Kelurahan Karanganyar, Sawah Besar, Jakarta Pusat, terluka. Kedua korban, Riki (34) dan Haryadi (24), mengalami luka bacok akibat sabetan celurit.
Kedua korban, saat ditemui di rumah mereka di RT 001 RW 008 Kelurahan Karanganyar, Rabu (26/3), menyatakan tidak mengenal 15 pelaku yang tiba-tiba mendatangi mereka di sebuah warung kopi. Mereka mengatakan tak sempat melarikan diri karena pelaku langsung menyerang secara membabi buta.
Korban tidak mengenal 15 pelaku yang tiba-tiba mendatangi mereka di sebuah warung kopi.
Akibat peristiwa itu, tangan kiri Riki nyaris putus dibabat celurit salah seorang pelaku. Adapun Haryadi kini kesulitan berjalan karena mengalami luka bacok di kaki kiri. Kedua korban saat itu dilarikan warga ke Rumah Sakit Umum Pusat dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk mendapatkan perawatan intensif.
”Proses pembayaran tagihan rumah sakit sedang diurus salah satu petugas kelurahan. Kedua korban akan dibantu berobat agar pulih seperti semula,” kata Lurah Karanganyar Heru Supriyanto saat berkunjung dan menyerahkan bantuan ke rumah kedua korban.
Berbeda dengan kondisi Haryadi yang telah mulai membaik, keadaan Riki justru belum banyak berkembang. Tangan kiri ayah beranak satu itu belum bisa digerakkan karena masih bengkak dan mati rasa.
”Sehari-hari saya bekerja serabutan. Sudah tiga minggu saya menganggur karena tangan tidak bisa digerakkan bekerja. Kalau tidak segera sembuh, saya khawatir anak istri saya enggak bisa makan,” ujar Riki.
Berdasarkan informasi terakhir yang didapat Heru, petugas Polsek Sawah Besar berhasil mengidentifikasi dua pelaku dari rekaman CCTV di lokasi kejadian. Dua terduga pelaku itu dikenali sejumlah saksi sebagai warga RW 002 Kelurahan Karanganyar.
Tawuran
Ketua RW 008 Kelurahan Karanganyar Yunus mengatakan, RW 008 dan RW 002 di Kelurahan Karanganyar memang memiliki riwayat permusuhan. Sebelumnya, pernah dilakukan pertemuan 13 ketua RW untuk menyelesaikan masalah itu.
Seorang warga, Eva (46), mengatakan, permusuhan antarwilayah RW itu sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu. Situasi biasanya akan memanas jelang bulan puasa karena dipicu perang petasan dan saling ejek saat sahur.
Gerombolan pemuda warga RW 002 dikenal sebagai Geng Gempas atau Gembel Pasar karena lokasinya berdekatan dengan pasar. Adapun kelompok remaja RW 008 disebut sebagai MCK karena mereka tinggal di wilayah yang kumuh dan terdapat banyak WC umum.
”Sebenarnya sudah lama tidak ada lagi keributan antarwarga. Saya juga belum tahu apa yang menyebabkan perselisihan antarwarga ini kembali terjadi. Yang pasti jangan ada aksi balas dendam agar hal serupa tak terus berlanjut,” kata Yunus.
Ia mengatakan, saat ini semua ketua RW di Kelurahan Karanganyar sepakat untuk meningkatkan kesiagaan di wilayahnya. Untuk mencegah agar aksi serupa tidak kembali terulang, petugas ronda ditugaskan membubarkan para remaja yang berkumpul hingga larut malam. (PANDU WIYOGA)