Argumentasi, Mahasiswa Mengatasi Galau
Galau? Ayo Ikut Organisasi!
Gregorius Jhonathan Ariya Chrisna, Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Organisasi, ya, berorganisasi adalah kuncinya. Tetapi, mengapa harus itu? Tidak adakah cara yang lain? Orang-orang mungkin bertanya-tanya, kenapa harus berorganisasi untuk mengatasi kegalauan, padahal ada banyak cara di luar sana, seperti melakukan suatu pekerjaan yang menyenangkan dan mendalami hobi. Kenapa harus ikut organisasi? Memang apa efeknya?
Berorganisasi bukanlah sekadar sesuatu yang kita lakukan untuk melampiaskan kegalauan kita, tetapi ada efek yang sangat besar bagi diri kita di dalamnya, salah satunya adalah mengobati rasa galau itu sendiri.
Memang, kita boleh melakukan apa hobi kita, main gim, bersepeda, jalan-jalan. Tetapi, apakah semua itu bisa menghilangkan rasa galau untuk jangka waktu yang lama? Oleh karena itu, jika hobi tersebut dijadikan suatu organisasi, mungkinkah bisa menutupi rasa galau untuk jangka waktu yang lama? Tentu saja!
Mengapa demikian? Dengan kita berorganisasi, kita terlibat penuh dan memegang peranan penting dalam organisasi tersebut. Walaupun sebagai anggota biasa, kita tentu juga berperan aktif dalam kemajuan organisasi tersebut karena organisasi tidak akan berjalan tanpa anggota.
Terlebih saat hobi kita dijadikan sebagai suatu organisasi, tentu akan lebih terstruktur dan lebih menyenangkan. Kita dapat berkompetisi, berlatih, dan berdiskusi tentang hobi kita bersama dengan orang banyak. Dalam organisasi, kita juga bisa bertukar pikiran dan pendapat, memberi solusi, dan mencari kebenaran.
Banyak organisasi di Indonesia yang anggotanya terdiri atas para pemuda, seperti Pramuka, Menwa, Karang Taruna, dan lain-lain. Nah, di sini tentu saja akan banyak remaja seumuran kita yang siap membantu dan berbagi cerita kepada kita, baik tentang keorganisasian maupun hal-hal kehidupan yang lain.
Dalam berorganisasi, kita akan belajar menjadi pribadi yang aktif dan siap sedia untuk menghadapi dan memulai gebrakan serta tantangan baru. Oleh karena itu, kita tentu tidak akan punya waktu untuk bergalau-galau lagi.
Bangkit Memulai Hal yang Baru
Alfonsus Hia, Mahasiswa Jurusan Filsafat Universitas Katolik St Thomas, Medan, Sumatera Utara
Semua orang pasti pernah dihinggapi perasaan resah tak menentu alias galau. Bukan hanya karena masalah percintaan saja, melainkan juga permasalahan hidup lain. Terkadang kita tiba-tiba galau tentang masa depan yang belum jelas, atau juga galau tentang suatu pilihan yang penting dalam hidup kita. Hal itu tentunya sebuah hal yang wajar. Namun, kita enggak boleh terus-menerus terjebak dalam perasaan itu. Hal itu justru akan membuat diri kita tenggelam dalam kekhawatiran dan menderita.
Sebagai mahasiswa (kaum muda), hal pertama yang harus saya lakukan adalah mengetahui dan menyadari apa yang membuat saya sedang galau. Jika hal yang membuat galau sudah jelas, cara paling ampuh untuk menghadapi dan menyikapi adalah mengolah perasaan itu sebaik mungkin dan tidak tinggal terlalu larut dalam kegalauan itu. Saya mengambil tekad untuk bangkit dan memulai hal-hal baru yang membuat hidup saya bermakna dan berarti. Terkadang apa yang kita takutkan dalam hidup ini tidaklah seburuk seperti apa yang kita bayangkan.
Refleksi
Candika Putra Purba, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Pendidikan Universitas Pelita Harapan, Tangerang
Memang permasalahan dan tantangan akan selalu datang. Tetapi, yang seharusnya diperhatikan lebih adalah respons terhadap masalah tersebut dan bukan lebih terfokus pada masalahnya karena semakin terfokus pada masalah, yang didapat bukanlah solusi, melainkan masalah yang lebih rumit lagi. Dalam menghadapi masalah, mahasiswa memiliki keunikan yang berbeda-beda.
Cara-cara yang digunakan berbeda-beda. Mungkin ada mahasiswa yang memilih makan banyak ketika memikirkan masalah, atau ada juga mahasiswa yang memilih bercerita kepada orang lain untuk mencari bantuan.
Untuk menyikapi rasa galau dan gelisah karena permasalahan, cara yang biasanya saya lakukan adalah merefleksikan diri. Saya beropini bahwa hal itu penting karena melalui refleksi, kita dapat mengetahui dan melihat akar dari permasalahan yang sedang kita alami. Namun, bukan hanya itu, setelah melakukan refleksi dan akar permasalahan telah ditemukan, hal selanjutnya yang saya lakukan adalah membuat solusi dan bangkit dari kegalauan.
Rasa gelisah dan galau akan suatu permasalahan, jika tidak segera diselesaikan, dapat memicu kegalauan dan kegelisahan yang lain dan akan memengaruhi cara pandang kita terhadap lingkungan sekitar. Pada akhirnya, kegiatan yang dilakukan akan terhalangi dan tujuan yang sudah ditetapkan tidak dapat tercapai dengan baik.