BEKASI, KOMPAS – Kendati sudah masuk pelatnas, pecatur elite nasional tidak boleh terlena. Sebab, Pengurus Besar Pesatuan Catur Seluruh Indonesia terus memantau grafik mereka. Salah satunya, dalam Kejuaraan Catur Enerpac Master di Sekolah Catur Utut Adianto, Bekasi, Jawa Barat, 25-31 Maret. Bila peformanya buruk dibanding atlet non pelatnas, tak menutup kemungkinan pecatur-pecatur pelatnas sekarang terlempar dari pelatnas.
Kejuaraan Catur Enerpac meliputi dua kategori, yakni master yang berlangsung 25-31 Maret dan yunior 30-31 Maret serta 6-7 April. Dalam kategori master, ada 16 pecatur yang berpartisipasi di kelompok terbuka dan 16 pecatur di kelompok putri. Pada kelompok terbuka, ada delapan pecatur pelatnas, yakni WGM Medina Warda Aulia, IM Novendra Priasmoro, IM Anjas Novita, FM Azarya Jodi Setyaki, IM Muhammad Luthfi Ali, IM Yoseph Theolifus Taher, FM Arif Abdul Hafiz, dan IM Farid Firmansyah.
Medina satu-satunya pecatur putri yang ada di kelompok terbuka. Keputusan itu diambil Medina dan didukung PB Percasi agar Medina merasakan persaingan yang lebih ketat ketimbang berada di kelompok putri. Adapun pada kelompok putri, ada enam pecatur pelatnas, yakni WFM Samantha Editsho, WIM Chelsie Monica Sihite, Gracelia Paramesthi Samekto, WIM Dewi AA Citra, WFM Ummi Fisabillah, dan WFM Dita Karenza.
Kendati berstatus atlet pelatnas, pecatur-pecatur elite itu tidak bisa memandang remeh kejuaraan tersebut. Sebab, para peserta non pelatnas mayoritas pecatur berpengalaman dan juga potensial. Bahkan, tak sedikit yang pernah merasakan berada di pelatnas. Untuk itu, persaingan pun sangat ketat. Hal itu tampak jelas dalam kelompok putra.
Di kelompok putra, terdapat sejumlah atlet non pelatnas yang cukup disegani, antara lain pecatur kawakan yang berjaya di era 1980-2000an GM Cerdas Barus dan pecatur belia penuh potensi CM Aditya Bagus Arfan. Bahkan, pada hari pertama kejuaraan, beberapa pecatur pelatnas justru tidak meraih hasil optimal dari pecatur non pelatnas.
Mereka, yakni Farid hanya remis melawan pecatur non pelatnas asal Jawa Barat MN Surya Wahyudi di laga catur klasik dan cepat, Arif remis melawan pecatur asal Jawa Timur FM Mohamad Ervan di catur klasik dan cepat, serta Lutfhi menang melawan pecatur asal Sumatera Selatan FM Maksum Firdaus di catur klasik tapi kalah di catur cepat.
Di kelompok putri, Dita justru kalah melawan pecatur non pelatnas asal DKI Jakarta CM Theodora Walukow di catur klasik dan cepat. Adapun kejuaraan itu memakai sistem gugur dengan memainkan dua kali catur klasik dan dua kali catur cepat per pertandingan. Catur klasik berlangsung 60 menit plus 10 detik dan catur cepat 15 menit plus 5 detik. Kemenangan dari catur klasik menghasilkan tiga poin dan catur cepat dua poin. Apabila poin sama, dilakukan laga penentuan dengan memainkan catur kilat.
Novendra mengatakan, pecatur pelatnas memang tidak boleh lengah dalam laga ini. Sebab, pecatur-pecatur non pelatnas itu punya kualitas yang tidak jauh beda dengan pemain pelatnas sekarang dan cenderung lebih banyak pengalaman. Contohnya GM Cerdas Barus, dia bisa menyulitkan Novendra di catur klasik dan cepat.
Beruntung, dengan fisik lebih prima, Novendra bisa tetap fokus dan memenangi laga. Sedangkan Cerdas cenderung kehilangan fokus di akhir-akhir laga sehingga akhirnya kalah. Padahal, di awal hingga tengah laga, ia selalu bisa mengimbangi lawannya. Adapun Cerdas memang mengidap diabetes beberapa tahun terakhir yang membuat tubuhnya semakin kurus dan peformanya turun.
”Saya punya motivasi tidak mau kalah di sini, terutama dari pecatur non pelatnas. Sebab, saya pasti malu kalau kalah dari mereka. Apalagi kata pengurus PB Percasi, pecatur pelatnas sekarang bisa saja didegradasi kalau peformanya terus turun. Sedangkan saya mau bertahan di pelatnas,” ujar Novendra yang sedang giat menggenapi poin rating menjadi 2.500 guna menyandang predikat GM.
Mantan pecatur pelatnas asal Jawa Timur WFM Aay Aisyah Anisah menuturkan, dirinya punya motivasi besar untuk menunjukkan kapasitas dirinya. Ia pun berusaha untuk mencari peluang ataupun asa kembali ke pelatnas, antara lain lewat prestasi di kejuaraan tersebut. ”Hampir semua pemain pelatnas putri sekarang teman seangkatan saya. Secara kemampuan, kami tidak jauh berbeda. Untuk itu, saya ingin buktikan diri bisa kembali ke pelatnas,” katanya.
Bahan evaluasi
Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PB Percasi Kristianus Liem mengutarakan, kejuaraan ini menjadi bahan evaluasi untuk semua pemain pelatnas. Semua pemain pelatnas sekarang, tidak ada yang benar-benar aman. PB Percasi masih akan melakukan promosi-degradasi dalam waktu dekat.
”Untuk itu, siapa pun pemain pelatnas yang peformanya terus turun, mereka bisa ditendang dari pelatnas. Sebaliknya, pemain non pelatnas yang bisa menunjukkan peforma istimewa, mereka bisa direkrut ke pelatnas,” tutur Kristianus.
Para pemain pelatnas disiapkan untuk berlaga di SEA Games 2019 Filipina. Ada lima nomor yang dipertandingkan dalam pesta olahraga Asia Tenggara ke-30 itu, yakni catur cepat putra-putri, catur kilat putra-putri, dan catur tradisional putra.
Di sisi lain, Kristianus melanjtukan, kejuaraan itu juga menjadi bagian pemanasan untuk para pecatur pelatnas yang akan melakoni kualifikasi Piala Dunia Catur 2019 di Ulaanbaatar, Mongolia, 6-16 April mendatang. ”Ada empat pecatur yang dibawa ke kualifikasi tersebut, yakni GM Susanto Megaranto dan Novendra di kelompok putra, serta IM Irene Kharisma Sukandar dan Medina di kelompok putri,” ujarnya.
Kendati tak ikut Kejuaraan Enerpac, Susanto dan Irene tetap melakukan persiapan menuju kualifikasi Piala Dunia Catur 2019. Saat ini, mereka sedang bergelut di kejuaraan catur Sharjah Terbuka di Uni Emirat Arab, 21-31 Maret. Dari tiga babak yang sudah dilalui, Susanto meraih dua menang dan satu remis, sedangkan Irene dua menang dan satu kalah.
”Ada dua tiket putra dan satu tiket putri yang tersedia dari kualifikasi itu untuk lolos ke Piala Dunia Catur 2019. Kami menargetkan minimal satu pecatur kita bisa lolos ke Piala Dunia Catur yang akan digelar di Khanty-masyisk, Rusia tahun depan,” pungkas Kristianus.