Pada Selasa (26/3/2019), satelit pemantau masih memperlihatkan 16 titik panas di wilayah Riau, terutama di wilayah pesisir pantai timur Sumatera, dari Dumai, Bengkalis, Meranti, sampai ke Indagiri Hilir.
Oleh
SYAHNAN RANGKUTI
·3 menit baca
PEKANBARU, KOMPAS - Hujan yang mulai turun di wilayah Provinsi Riau dalam dua hari terakhir belum mampu memadamkan seluruh kebakaran lahan dan hutan. Pada Selasa (26/3/2019), satelit pemantau masih memperlihatkan 16 titik panas di wilayah Riau, terutama di wilayah pesisir pantai timur Sumatera, dari Dumai, Bengkalis, Meranti, sampai ke Indagiri Hilir.
“Hari ini kami memusatkan pemadaman menggunakan helikopter di Dumai. Ada empat lokasi yang terbakar di Dumai, tapi seluruhnya sudah dapat dikendalikan,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Edwar Sanger, saat dihubungi di Pekanbaru, Selasa.
Secara keseluruhan, dari awal Januari sampai akhir Maret ini, luas lahan terbakar di Riau mencapai 2.778 hektar. Kabupaten Bengkalis merupakan daerah paling banyak mengalami kebakaran lahan, yakni seluas 1.271 hektar. Berikutnya disusul Rokan Hilir (409 hektar), Siak (321 hektar), Kepulauan Meranti (222 hektar), Dumai (220 hektar), dan Indragiri Hilir (112 hektar).
Menurut Edwar, kebakaran juga melanda desa binaan Badan Restorasi Gambut (BRG) di Desa Bantan, Kecamatan Siak Kecil, Bengkalis. Beberapa hari sebelumnya, desa binaan BRG lainnya, yakni Desa Lukun, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kepulauan Meranti, juga terbakar.
Kepala BPBD Dumai Afrilagan mengungkapkan, luas lahan terbakar di Dumai sejak kemarin mencapai 188 hektar. Kebakaran berlangsung di wilayah Palas, Teluk Makmur, Guntung, dan Bukit Timah.
“Tim gabungan dari Satgas Karhutla, TNI, Polri, dan BPBD masih melakukan pendinginan di empat lokasi itu. Api belum dapat padam sepenuhnya karena cuaca sangat panas dan angin kencang,” kata Afrilagan.
Deputi Penelitian dan Pengembangan BRG Haris Gunawan, saat dihubungi secara terpisah, mengakui terjadi kebakaran di Desa Lukun, Kepulauan Meranti, beberapa hari lalu. Namun, lokasi yang terbakar berada sejauh tujuh kilometer dari lokasi yang dikelola BRG.
“Desa Lukun memang bagian dari binaan BRG. Namun, belum seluruh lokasi desa dikelola BRG. Kegiatan yang kami lakukan di sana bertahap dan belum memasuki daerah yang terbakar,” kata Haris.
Warga di lokasi kebakaran di Desa Lukun itu, ujar Haris, belum dapat menerima kehadiran BRG. Beberapa kelompok warga masih melakukan kegiatan pembalakan liar untuk mengambil kayu hutan. “Sebelum kebakaran, kondisi ilog (illegal logging) di sana sangat parah. Kayu berseliweran. Tahun 2018 lalu lokasi itu pernah terbakar juga,” ujar Haris.
Haris mengatakan, dari pengamatan lapangan, lokasi kebakaran di Lukun berada di luar kampung sagu warga dan hutan rakyat. Tiga kilometer dari batas hutan rakyat, kondisi poros jalan sudah berubah menjadi semak belukar tanpa pepohonan. Seluas mata memandang, terlihat hamparan semak di lahan gambut kering.
Menurut Haris, pihaknya sudah melakukan pemetaan kebakaran di beberapa lokasi di Riau, seperti di Pulau Rupat dan Pulau Rangsang. Dari pemantauan udara, lokasi kebakaran sebagian besar terjadi di sekitar kanal yang sudah dibuat beberapa tahun sebelumnya. Kanal itu seluruhnya dalam kondisi kering dan gampang terbakar.
“Pola di Rupat dan Rangsang sama. Kanal-kanal mengeringkan air gambut. Pola berbeda kami temukan di Lukun, kebakaran jauh dari kanal,” ungkap Haris.
Haris menambahkan, seluruh desa yang telah dikelola oleh BRG di Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan tidak pernah lagi mengalami kebakaran sejak tahun 2016. Meski demikian, di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, beberapa desa binaan masih mengalami kebakaran, meski skalanya kecil.
Kepala Bidang Data dan Informasi Stasiun Meteorogi BMKG Pekanbaru Marzuki mengatakan, secara umum, wilayah Riau sudah memasuki musim hujan. Curah hujan sudah mulai turun meski belum merata.
“Musim hujan di Riau sedikit terlambat karena ada badai Veronika yang menarik massa udara Riau ke pusat badai. Itulah yang menyebabkan kekeringan dalam sepekan terakhir. Namun, badai itu sekarang sudah melemah. Dalam dua hari ke depan, cuaca Riau kembali normal dan hujan akan semakin banyak,” kata Marzuki.