Program Beasiswa Jadi Jembatan Hubungan Jepang-Indonesia
Oleh
Ayu Pratiwi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pemberian beasiswa terhadap terhadap generasi muda Indonesia menjadi bagian dari upaya Pemerintah Jepang untuk terus mempererat hubungannya dengan Indonesia. Pada 2019, dari total sekitar 2.500 pendaftar, ada 61 mahasiswa Indonesia yang menerima beasiswa Monbukagakusho. Antusias anak muda Indonesia untuk belajar ke Jepang cukup tinggi.
"Semua penerima beasiswa adalah duta bangsa. Saya berharap, mereka menjadi jembatan hubungan antara Indonesia dan Jepang," kata Wakil Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Keichii Ono, saat pelepasan penerima beasiswa Monbukagakusho di Kedutaan Besar Jepang, Jakarta, Senin (25/3/2019).
Menurut Ono, tahun ini ditandai dengan sejumlah momentum historis. Pada 30 April 2019, Kaisar Jepang Akihito akan turun takhta dan mengakhiri era Heisei yang telah berlangsung sejak 1989. Ada pula Rugby World Cup yang akan digelar pada September-November 2019, dan diikuti dengan Olimpiade Musim Panas pada Juli-Agustus 2020.
Ono berharap, mahasiswa Indonesia yang belajar ke Jepang dapat menyerap ilmu dan pengetahuan yang dapat berguna untuk Indonesia pada masa depan. Mereka diberikan kebebasan untuk mempelajari bidang yang sesuai dengan minat atau ketertarikan mereka.
Bidang yang dipilih oleh mahasiswa Indonesia penerima beasiswa Monbukagakusho cukup beragam. Ada yang memilih teknik, kedokteran, sastra, kemanusiaan, pendidikan, dan lingkungan.
Mahasiswa Indonesia itu tersebar di sejumlah universitas yang berada di 10 daerah di seluruh Jepang. Beberapa di antaranya adalah University of Tokyo, Kyoto University, Osaka University, Tohaku University, dan Nagoya University.
Nadhifa Diptya Ardacandra adalah perempuan asal Jakarta yang berhasil lolos seleksi beasiswa itu. Nadhifa mengikuti ujian tes bahasa Inggris, bahasa Jepang, dan matematika untuk mendapatkan bea siswa itu.
Meskipun ia merasa kurang yakin atas kemampuan bahasa Inggris dan matematikanya, kemampuan berbahasa Jepangnya cukup bagus. Ia pernah hidup beberapa tahun di Jepang saat TK dan SD.
"Saya pikir yang dilihat (ketika tes) itu bahasa Jepangnya. Jadi saya memantapkan bahasa Jepang saya. Akhirnya saya lolos tes dan wawancara" ujar Nadhifa.
Ia tertarik belajar ke Jepang karena suka dengan lingkungan dan budayanya. Ia terutama menyukai budaya pop Jepang, khususnya komik Jepang manga dan kartun Jepang anime.
Nadhifa berharap, setelah belajar bahasa Jepang di sana, ia dapat mengajar bahasa Jepang di Indonesia. "Mungkin bisa jadi penerjemah juga," tambah perempuan kelahiran 1999 itu.