Dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, pasti akan selalu muncul perbedaan. Harapannya, perbedaan itu terus menguatkan bukan lantas melunturkan persaudaraan sesama warga negara.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
MAGELANG, KOMPAS-Dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, pasti akan selalu muncul perbedaan. Harapannya, perbedaan itu terus menguatkan bukan lantas melunturkan persaudaraan sesama warga negara.
“Sekalipun berbeda warna kulit, rezeki, pilihan partai, harus selalu ingat kita semua bersaudara,” ujar Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dalam acara “Selametan Puser Bumi Merawat NKRI Menjaga Indonesia” di puncak Gunung Tidar, Kota Magelang, Jawa Tengah, Minggu (24/3/2019) petang.
Acara ini dihadiri ratusan warga, sebagian besar dari Kota dan Kabupaten Magelang, Jateng. Banyak peserta membawa tumpeng serta gunungan hasil bumi. Untuk merayakan kebersamaan tersebut, hidangan itu kemudian disantap bersama-sama.
Dalam acara ini juga digelar umbul donga atau mengirimkan doa ke atas. Setiap peserta menempelkan lembaran kertas bertuliskan doa atau keinginan ke sebuah bangunan kerucut besar berbahan kertas. Kerucut yang telah ditempeli doa itu kemudian dibakar. Harapannya, doa tersebut sampai cepat hingga ke langit.
Dalam kesempatan itu, Ganjar menghargai kedatangan warga dari berbagai desa berkumpul mendoakan bangsa. Dia mengingatkan, agar kebersamaan tersebut terus langgeng. “Mari kita bersama-sama berdoa agar Negara ini memiliki pemimpin amanah dan hidup merakyat,” ujarnya.
Ketua panitia acara Arianto mengatakan, gelaran ini semacam kenduri desa yang bertujuan mengumpulkan warga dari berbagai desa untuk berdoa bersama. “Jika kenduri desa bertujuan mendoakan kehidupan desa dan warga, di acara ini kami mengajak banyak orang mendoakan negara dan bangsa,” ujarnya.
Arianto mengatakan, jelang pemilu, situasi di desa-desa relatif kondusif dan tanpa gejolak. Namun, suasana yang terjadi tetap tidak menyenangkan. Alasannya, banyak kabar seringkali memancing emosi dan berpotensi juga memancing kericuhan, terutama berasal dari media sosial.
“Berita-berita terkait pemilu yang seringkali tidak jelas dari mana sumbernya kerap menganggu ketenangan pikiran dan perasaan,” ujarnya.