Semakin sulit menjalani laga, semakin manis kemenangan yang dirasa. Itulah yang dirasakan petenis berusia 18 tahun asal Kanada, Bianca Andreescu, saat tampil pada babak pertama turnamen WTA Miami, AS, Kamis (21/3/2019), waktu setempat.
Gelar juara yang didapat di Indian Wells, AS, pekan lalu, hampir saja menjadi sebuah kebetulan ketika Andreescu berada di ambang kekalahan saat berhadapan dengan Irina-Camelia Begu (Romania).
Di Stadion Hard Rock, yang baru kali ini digunakan untuk turnamen ATP/WTA Miami, Andreescu kalah pada set pertama dan tertinggal 1-5 pada set kedua. Kondisi tersebut diperburuk dengan match point yang diraih Begu.
Namun, Andreescu, yang mengalahkan Begu pada babak pertama di Indian Wells, tak peduli dengan keadaan tersebut. Fokus pada setiap perebutan poin, dia berbalik menang, 4-6, 7-6 (2), 6-2.
”Dalam setiap perebutan poin, saya membawa pola pikir bahwa itu seperti perebutan poin pertama,” kata Andreescu, dalam laman resmi Asosiasi Tenis Putri (WTA), menuturkan kunci kemenangannya.
Namun, tak dipungkiri, Andreescu frustasi ketika tertinggal 1-4 pada set kedua. Dia pun mengungkapkan itu pada pelatihnya, Silvain Bruneau, yang mendatangi saat jeda pergantian sisi lapangan. WTA memperbolehkan coaching on court, yaitu momen saat pelatih memberi arahan dalam pertandingan pada waktu-waktu yang ditentukan.
”Setiap kali mencoba melakukan dengan benar, hasilnya tak seperti yang kuinginkan. Aku sangat marah pada diri sendiri,” kata Andreescu.
Momen diskusi dengan Bruneau itu ternyata berpengaruh besar pada Andreescu, seperti yang dialami saat melawan Angelique Kerber pada final Indian Wells. Dia pun bangkit.
Petenis peringkat ke-24 dunia tersebut mendapat banyak pelajaran dari laga itu. ”Kemenangan yang didapat dalam laga sulit terasa sangat manis. Namun, saya berharap tak harus menghadapi match point lawan lagi untuk memenangi pertandingan,” kata petenis keturunan Romania itu.
Melalui kemenangan yang diperoleh dalam waktu 2 jam 33 menit itu, Andreescu ingin membuktikan bahwa kejutan yang dibuat di Indian Wells, pekan lalu, bukan sekadar kebetulan. Petenis yang memulai karier dalam kompetisi profesional pada 2017 tersebut, meraih gelar pertamanya di dalam turnamen yang mendapat julukan ”Grand Slam Kelima” itu.
Menuju gelar juara, Andreescu, yang tampil di Indian Wells karena mendapat wild card, mengalahkan beberapa unggulan, di antaranya Elina Svitolina (6) dan Kerber (8) pada semifinal dan final.
”Sunshine Double”
Kini, dia pun punya kesempatan untuk menciptakan ”Sunshine Double”, istilah saat seorang petenis menjuarai turnamen Indian Wells dan Miami dalam musim yang sama. Tantangan untuk mendapatkan itu sangat besar karena turnamen digelar berurutan dalam waktu tiga pekan. Di putri, hanya ada tiga petenis yang pernah melakukannya, yaitu Steffi Graf, Kim Clijsters, dan Victoria Azarenka.
Andreescu pun membayangkan betapa indahnya jika dia menciptakan sejarah lain dalam perjalanan kariernya. ”Tentu menyenangkan sekali jika bisa juara di sini. Nama saya akan sejajar dengan petenis-petenis besar,” katanya.
Akan tetapi, petenis yang mengidolakan Clijsters dan Simona Halep itu, tak ingin memandang terlalu jauh. Dia ingin permainan dan sikapnya sebagai atlet terus berkembang dalam setiap pertandingan.
Apalagi, hasil yang diperolehnya saat ini masih menjadi bagian awal dari perjalanan kariernya di papan atas tenis dunia, setelah setahun lalu berkutat di Turnamen Sirkuit ITF dan berperingkat 200-an dunia.