Waspadai Guguran Lava dan Lahar Hujan di Karangetang
Aktivitas Gunung Karangetang di Pulau Siau, Sulawesi Utara, saat ini berpusat di kawah II di sisi utara. Erupsi yang mungkin terjadi bersifat efusif (guguran lava dan awan panas) serta eksplosif strombolian (lontaran batu atau lava pijar disertai abu).
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Aktivitas Gunung Karangetang di Pulau Siau, Sulawesi Utara, saat ini berpusat di kawah II di sisi utara. Erupsi yang mungkin terjadi bersifat efusif berupa guguran lava dan awan panas serta eksplosif strombolian berupa lontaran batu atau lava pijar disertai abu.
“Masyarakat di sekitar bantaran sungai yang berhulu di Karangetang juga perlu meningkatkan kesiapsiagaan akan potensi ancaman lahar hujan dan banjir bandang,” ujar Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan di Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (22/3/2019).
Hendra mengatakan, saat curah hujan tinggi, aktivitas gunung api berpotensi tidak stabil. Air hujan akan membawa lahar dan mengalir melalui sungai yang berhulu di gunung.
Tingkat aktivitas Gunung Karangetang berada pada level III. Gunung berketinggian 1.784 meter di atas permukaan laut itu kembali memasuki periode erupsi sejak 25 November 2018.
Sejak Kamis (21/3), Karangetang tertutup kabut. Asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tebal setinggi 400 meter. Angin bertiup lemah ke arah timur laut dan barat.
Rekaman seismograf, Kamis, mencatat terjadi empat gempa guguran, 134 gempa hybrid, dan enam gempa vulkanik dangkal. Selain itu juga terjadi 15 gempa hembusan, lima gempa tektonik jauh, dan tremor menerus dengan amplitudo 0,25 mm.
PVMBG merekomendasikan agar masyarakat tidak beraktivitas di dalam radius 2,5 km dari puncak kawah utama di selatan dan kawah II
Aktivitas Karangetang terkini mengindikasikan adanya potensi landaan guguran lava maupun awan panas ke arah barat laut hingga utara sejauh lebih dari 3 kilometer. Kemungkinan terjadinya erupsi eksplosif skala besar untuk saat ini masih kecil.
PVMBG merekomendasikan agar masyarakat tidak beraktivitas di dalam radius 2,5 km dari puncak kawah utama di selatan dan kawah II. “Area perluasan sektoral dari kawah II ke arah barat hingga barat laut sejauh 3 km dan ke arah barat laut hingga utara sejauh 4 km,” ujar Hendra.
Hendra mengatakan, di dalam radius tersebut terdapat beberapa desa. Namun, pemerintah setempat sudah mengungsikan penduduk di luar zona bahaya.
Masyarakat di sekitar Gunung Karangetang dianjurkan menyiapkan masker penutup hidung. Hal ini untuk mengantisipasi hujan abu yang dapat mengganggu saluran pernapasan.
Gunung Agung
PVMBG juga mengeluarkan rekomendasi mewaspadai ancaman lahar hujan di Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali. Pada November 2017 lalu, aliran lahar hujan melalui sungai mencapai lebih 20 km dari kawah.
Masyarakat diimbau tidak beraktivitas dalam radius 4 km dari kawah puncak Gunung Agung. Zona perkiraan bahaya terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu karena aktivitas gunung masih fluktuatif.
Kepala PVMBG Kasbani mengatakan status level III (siaga) Gunung Agung hanya berlaku di radius 4 km. Di luar radius itu, masyarakat dapat beraktivitas normal dan masih tetap aman, namun harus tetap mewaspadai peningkatan aktivitas gunung.