Tiket MRT Digratiskan 6 Hari, Antisipasi Penumpang yang Membeludak
Oleh
Khaerudin
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Moda raya terpadu atau MRT memasuki masa operasi komersial mulai Senin (25/3/2019). Penumpang akan digratiskan selama enam hari pertama. Untuk menghindari membeludaknya penumpang dan kepadatan kendaraan di stasiun, koordinasi lintas sektor dibutuhkan.
Animo masyarakat diprediksi meningkat. Sebab, pada masa uji coba publik MRT, 12-23 Maret 2019, kuota penumpang yang semula 285.600 orang ditambah menjadi 407.040 orang. Semua habis dipesan publik.
Direktur Utama PT MRT, William Sabandar, mengatakan, fase gratis dibuka pada 25-31 Maret 2019. Pada masa itu, penumpang MRT hanya perlu membeli single trip ticket Rp 15.000 dan multitrip ticket Rp 25.000. Saldo kedua tiket itu tidak terpotong saat penumpang masuk dan keluar stasiun.
”Single trip ticket bisa ditukar kembali dengan uang di setiap stasiun dan hanya bisa digunakan sehari. Kalau multitrip ticket bisa diisi ulang. Kami menyediakan singletrip ticket sebanyak 490.000, sementara multitrip ticket sebanyak 300.000,” kata William, Jumat (22/3), saat konferensi pers persiapan operasi MRT di Jakarta.
Sebanyak 7 kereta MRT dan 1 kereta cadangan akan dioperasikan selama fase gratis sejak pukul 05.30-22.30. Setiap kereta datang setiap 10 menit. Seluruh fasilitas juga sudah bisa digunakan.
William mengatakan, operasi komersial berbayar ditargetkan pada 1 April 2019. Sementara itu, pembahasan tarif MRT, yang belum ditentukan oleh DPRD DKI Jakarta, akan dilanjutkan pada hari Senin.
Steril
Semua stasiun MRT akan disterilkan dari kendaraan lain sehingga tidak terjadi kepadatan. Lokasi untuk naik-turun penumpang Jaklingko, angkutan perkotaan, dan ojek daring sudah ditentukan, minimal berjarak 200 meter dari stasiun.
”Kami sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk operator (ojek daring). Di lapangan belum tentu (baik). Untuk itu, nanti kami koordinasi lagi di lapangan dengan teman-teman yang melakukan pengelolaan kawasan,” kata William.
Berdasarkan pemantauan Kompas, sejak Kamis (21/3), di sekitar Stasiun MRT Lebak Bulus terdapat spanduk larangan parkir. Namun, pengemudi angkutan perkotaan masih ada yang memarkirkan kendaraan di sekitar stasiun. Hal itu mengakibatkan laju bus Transjakarta sedikit tersendat setelah menurunkan penumpang di stasiun.
Dihubungi secara terpisah, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Sigit Wijatmoko mengatakan, angkutan perkotaan akan ditata agar tidak terjadi penumpukan kendaraan di sekitar stasiun. Lokasi pastinya masih dibahas dengan pihak-pihak terkait.
”Mengenai angkot, kami sedang diskusikan dengan BPTJ (Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek), Dinas Perhubungan Tangerang Selatan, dan Dinas Perhubungan Tangerang,” kata Sigit.
Tempat parkir
Tempat parkir kendaraan pribadi di Stasiun MRT Lebak Bulus sedang dalam proses finalisasi dan ditargetkan selesai sebelum peresmian MRT pada 24 Maret 2019.
Saat ini, Unit Pengelola Perparkiran Dinas Perhubungan DKI Jakarta sedang memastikan instalasi sistem komputer parkir berjalan dengan baik. Selain itu, lahan parkir sedang dalam tahap pelapisan tanah dengan campuran aspal dan kerikil.
Lahan parkir itu dapat menampung sekitar 150 mobil dan 500 motor. Tarif parkir akan mengacu pada Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 31 Tahun 2017. Tarif parkir kendaraan roda empat Rp 5.000 dan kendaraan roda dua Rp 2.000.
Saefulloh (27), Karyawan Global Islamic School Serpong, berharap kondisi Stasiun MRT Lebak Bulus tertata. Saat ditemui di Stasiun MRT Lebak Bulus, ia tidak nyaman dengan penumpukan kendaraan karena terlihat semrawut.
”Harapannya semakin rapi dan ramah terhadap penumpang, penyandang disabilitas, dan pejalan kaki. Bunyi klakson karena kendaraan padat bikin tidak nyaman,” katanya. (SUCIPTO)