TANGERANG, KOMPAS — Taco Group merangkul pengusaha muda yang bergerak dalam desain interior untuk bisa menjangkau ke e-dagang. Hal tersebut karena Indonesia dinilai mempunyai prospek yang baik untuk industri tersebut.
Menurut VP Corporate Marketing Taco Satria Utama, Indonesia menjadi target pasar industri interior yang menjanjikan. Hal tersebut terbukti dengan bisnis Taco yang tumbuh dua digit per tahun.
“Industri properti naik diatas 10 persen karena banyak pemain baru yang masuk, kalau Taco tentu lebih dari itu karena pemimpin pasar,” ujar Satria dalam bincang-bincang bartajuk “Taco Empowers Creative Milenials” di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (21/3/2019).
Taco merupakan perusahaan distributor penyedia High Pressure Laminates (HPL). Selain HPL, produk solusi dekorasi lainnya adalah sheet, vinyl flooring, dan hardware. Perusahaan lokal yang berdiri sejak 1982 tersebut akhirnya bisa membangun pabrik pertamanya di Cikande, Serang, Banten, tahun 2017.
HPL merupakan material atau lapisan laminasi yang digunakan dalam proses akhir produksi mebel. Proses akhir ini secara umum ada dua macam, yaitu pengecatan (melamine atau melamik, duco) dan pelapisan atau laminate (HPL, veneer, tacon).
Dengan pabrik tersebut, lanjut Satria, ekspansi yang dilakukan lebih mudah dilakukan karena bisa mengurangi biaya impor. Meski sebagian barang masih impor, tetapi beberapa sudah diproduksi dalam pabrik di Indonesia. Selama ini, HPL diimpor dari China, India, Korea dan untuk depo paper-nya dari Amerika dan Spanyol.
“Jadi kami suplai bahan baku kepada pengusaha yang bergerak dalam desain interior. Jadi konsumen seperti yang sudah ada, yaitu Dekoruma, Calixto Project ataupun perusahaan desain Genius Loci,” terang Satria.
Adapun, ekspansi yang dilakukan saat ini berfokus pada distribusi dan mengedukasi para kaum milenial juga UMKM di Indonesia. Mulai dari usaha untuk membuat properti hingga pemasaran karena hal tersebut belun banyak ditangkap padahal bisnis mebel bisa bernilai miliaran.
Dengan demikian, industri desain interior atau pun properti tersebut menarik bagi milenial yang ingin berwirausaha. Melihat bahwa mereka suka bereksplorasi, suka keunikan, kreatif, dan inovatif sehingga konsep custom berkembang.
“Tantangan, menemukan sesuatu yang selalu baru. Vinil salah satu solusi ketika kayu mahal, atau bahan keramik mahal,” kata desainer interior dan Pendiri Genius Loci, Alex Bayu, dalam kesempatan yang sama.
Mendorong e-dagang
Lebih dari 1.000 toko konvensional Taco di seluruh Indonesia, beberapa di antaranya sudah menyasar penjualan lewat e-dagang seperti Tokopedia. Kendati demikian. Satria mengungkapkan dari sisi penjualan bahan bangunan kebanyakan masih secara konvensional.
“Memang untuk penjualan melalui e-dagang masih sangat kecil, di bawah 1 persen tahun ini. Namun, kami sudah mulai ke industri 4.0 yang basisnya e-dagang,” ujar Satria.
Berdasarkan laporan Bekraf tahun 2017, Ekonomi Kreatif memberikan kontribusi sebesar 7,38 persen terhadap total perekonomian nasional. Sementara, berdasarkan data dari datareportal.com, pembelian mebel tahun 2018 secara keseluruhan meningkat sebesar 23 persen dibanding tahun sebelumnya. Oleh karena itu, dengan e-dagang harapannya pedagang akan mendapat bahan baku dengan cepat di seluruh Indonesia.
“Meski penjualan daring meningkat, masih banyak pengusaha yang belum memanfaatkan saluran berjualan daring dengan maksimal. Makanya, kami akan mendukung melalui saluran pemasaran yang menampung informasi visual produk dari pengusaha, dan memberi ruang bagi para desainer untuk bergabung berbagi rancangan desain,” kata Co-Founder Dekoruma, Dimas harry Priawan. (FRANSISCA NATALIA ANGGRAENI)