JAKARTA, KOMPAS — Selain daya tahan ekonomi, pemerintah harus tetap konsisten menjaga stabilitas sosial dan politik jelang pemilihan umum serentak. Stabilitas dalam negeri penting untuk menarik investasi langsung dan portofolio.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, investasi diperlukan untuk mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi. Daya tarik berupaya dipertahankan dengan menjaga iklim investasi dan ketahanan ekonomi dari tekanan eksternal.
“Kendati mengutamakan stabilitas bukan berarti momentum pertumbuhan ekonomi dikesampingkan,” kata Sri Mulyani saat menjadi pembicara kunci dalam acara Fitch on Indonesia 2019 di Jakarta, Rabu (20/3/2019).
Lembaga pemeringkat Fitch Ratings mempertahankan prospek Indonesia positif pada level BBB. Indonesia dianggap memiliki fundamental ekonomi makro yang cukup kuat menghadapi gejolak ekonomi global sepanjang tahun 2018.
Sri Mulyani mengatakan, upaya meningkatkan daya tahan ekonomi tetap jadi fokus di tahun politik ini. Investor diimbau tidak terlalu khawatir karena pemerintah berkomitmen menjaga stabilitas politik dan sosial.
Pelaksanaan pemilu serentak dijamin berlangsung aman dan pengambilan kebijakan tetap independen.
“Dalam situasi politik, kebijakan makro yang diambil tetap independen. Kebijakan didesain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” kata Sri Mulyani.
Dalam situasi politik, kebijakan makro yang diambil tetap independen. Kebijakan didesain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Director Asia-Pasific Sovereigns Fitch Ratings Thomas Rookmaaker mengatakan, pemerintah Indonesia tetap harus memperbaiki struktur perekonomian kendati dinilai cukup kuat. Saat ini kelemahan Indonesia pada pembiayaan eksternal (external financing) dan perbaikan struktural (structural issues).
Pembiayaan eksternal berkaitan dengan investasi langsung dan portofolio. "Ketidakpastian ekonomi global mengakibatkan arus modal keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal serupa berpotensi kembali terjadi tahun ini sehingga perlu diantisipasi," kata dia.
Saat ini kelemahan Indonesia pada pembiayaan eksternal (external financing) dan perbaikan struktural (structural issues).
Defisit ganda
Menurut Thomas, Indonesia mengalami defisit ganda dari defisit APBN dan defisit transaksi berjalan. Oleh karena itu, kebutuhan valuta asing semakin besar untuk membiayai defisit dan menabung cadangan devisa.
Kebutuhan valas ini sebagian besar diperoleh dari investasi portofolio dan langsung.
“Investasi portofolio mulai masuk ke Indonesia dalam tiga bulan terakhir, tetapi investasi asing langsung masih stagnan,” kata dia.
Bank Indoneesia mencatat, neraca pembayaran Indonesia pada Januari-Desember 2018 defisit 7,1 miliar dollar AS dan merupakan yang terdalam sejak tahun 2014. Defisit neraca pembayaran disebabkan surplus transaksi modal dan finansial yang sebesar 25,2 miliar dollar AS tidak mampu membiayai defisit transaksi berjalan sebesar 31,1 miliar dollar AS.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Anton Gunawan berpendapat, pemerintah tetap harus berhati-hati dengan persoalan defisit transaksi berjalan. Kendati fundamen ekonomi baik, investor tetap berhati-hati pada negara negara yang memiliki defisit transaksi berjalan karena rentan terjadi fluktuasi nilai tukar.
Ekonom Bank Mandiri memproyeksikan defisit transaksi berjalan pada kisaran 2,8 persen produk domestik bruto (PDB) lebih lebar dari target Bank Indonesia 2,5 persen PDB.
“Pemerintah sudah melakukan penyesuaian kebijakan, tetapi belum cukup. Kelihatannya agak berat menuju 2,5 persen PDB karena investasi asing langsung sulit,” kata Anton.