Survei ”Kompas” Tunjukkan Persaingan Sengit Berpeluang Terjadi di Basis Jokowi-Amin
Oleh
Andy Riza Hidayat
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Persaingan Pemilihan Presiden 2019 di kampanye rapat umum diprediksi berjalan sengit di basis calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Strategi menyerang yang dilakukan calon presiden-wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, dinilai efektif menggerogoti suara mereka.
Survei Litbang Kompas terbaru menunjukkan, elektabilitas Jokowi-Amin menurun di basis suara mereka jika dibandingkan survei Oktober 2018. Di Jawa Tengah (Jateng)-DI Yogyakarta, elektabilitas mereka turun 13,8 persen, sedangkan di Jawa Timur (Jatim) 12,5 persen, dan Maluku-Papua 10,6 persen. Meski tipis, hal serupa juga terjadi pada Prabowo-Sandi. Elektabilitas mereka turun 2,5 persen di Banten-Jawa Barat (Jabar).
Survei Litbang Kompas.Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, menilai, pada kampanye rapat umum, kedua kubu cenderung akan menerapkan strategi berbeda. Jokowi-Amin akan lebih fokus mengamankan basis utama mereka karena ada penurunan cukup besar di Jateng dan Jatim. Sementara itu, Prabowo-Sandi tetap akan bergerak ke basis lawan.
”Penurunan Prabowo-Sandi tidak sebesar penurunan Jokowi-Amin di basisnya sehingga Prabowo-Sandi akan terus berekspansi di luar basis,” katanya saat dihubungi di Jakarta, Rabu (20/3/2019).
Arya melihat strategi yang diterapkan kedua kubu untuk menyerang basis lawan sebenarnya sudah berjalan cukup efektif. Hanya saja, muncul anomali bahwa basis mereka juga turut digerogoti, terutama bagi kubu Jokowi-Amin.
”Jokowi-Amin sadar bahwa Jabar-Banten tidak mudah direbut sehingga sumber daya banyak dikerahkan, hal sama dilakukan oleh Prabowo-Sandi di Jateng dan Jatim,” katanya.
Menurut Arya, masyarakat yang belum mengekspos pilihan sebesar 13,4 persen bisa dijadikan peluang bagi kedua kubu. Bisa jadi, mereka adalah kelompok pemilih yang masih menunggu gagasan dan inovasi dari setiap capres dan cawapres.
”Inovasi tersebut yang akan banyak memengaruhi pemilih dari kelompok 13,4 persen tersebut,” kata Arya.
”Swing voters”
Direktur Eksekutif Para Syndicate Ari Nurcahyo memandang, strategi saling masuk ke basis masing-masing semakin memperkuat pemilih loyal di kalangan bawah. Adapun penurunan elektabilitas di basis Jokowi-Amin terjadi karena faktor swing and undecided voters yang cenderung berpindah ke kubu Prabowo-Sandi. Mereka lebih banyak terpengaruh oleh narasi-narasi di media sosial.
”Saya tidak melihat strategi itu mampu menggerus pemilih fanatik masing-masing. Sejauh ini sepertinya hanya menyasar swing voters,” ungkapnya.
Ari juga mengaitkan penurunan tersebut dengan tingkat pendidikan masyarakat. Para swing voters ternyata lebih banyak berasal dari kaum terdidik. Hal ini terjadi karena mereka lebih sering terpapar informasi dari media sosial.
”Dari petahana selalu memainkan narasi keberhasilan kinerja, sedangkan penantang melakukan negasi. Hal ini ditangkap oleh masyarakat yang kritis,” kata Ari.
Menjelang kampanye rapat umum, gaya kampanye dari setiap kubu dinilai Ari cukup menentukan. Situasi kampanye tersebut akan cukup memanas sehingga pesan-pesan simpatik dari kedua kubu cukup menyedot perhatian masyarakat.
”Seperti debat ketiga, suasananya sejuk dan damai. Gaya simpatik tersebut malah justru bisa menarik perhatian pemilih daripada yang profokatif,” ujar Ari. (FAJAR RAMADHAN)