Survei "Kompas", Pergeseran Suara "Wong Cilik" Jadi Sinyalemen
Oleh
Hamzirwan Hamid
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Hasil survei Litbang Kompas memperlihatkan pergeseran dukungan kepada Joko Widodo-Ma\'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno dari sisi latar belakang sosial ekonomi pemilih, khususnya pemilih wong cilik. Hal ini menjadi sinyalemen bagi kedua calon untuk mengerahkan seluruh upaya di sisa masa kampanye yang kurang dari sebulan.
Survei Litbang Kompas yang dirilis, Rabu (20/3/2019), menunjukkan, dukungan untuk Jokowi-Amin dari kalangan kelas bawah sebesar 51,9 persen, menengah 47,3 persen, dan atas 47,3 persen. Adapun untuk Prabowo-Sandi, kalangan bawah 32,5 persen, menengah 40,5 persen, dan atas 41,9 persen.
Hasil itu memperlihatkan terjadinya pergeseran dukungan jika dibandingkan dengan hasil survei Litbang Kompas pada Oktober 2018. Saat itu, dukungan dari masyarakat kelas bawah untuk Jokowi-Amin masih sebesar 56,8 persen, menengah 51,3 persen, dan atas 48,1 persen. Sementara untuk Prabowo-Sandi, dukungan dari kelas bawah 28,9 persen, menengah 34,5 persen, dan atas 32,6 persen.
Penurunan dukungan dari masyarakat kelas bawah terhadap Jokowi-Amin menjadi perhatian tersendiri. Pasalnya, selama ini, Jokowi digadang-gadang sebagai representasi keberadaan wong cilik.
Pergeseran ini pun mempersempit ruang persaingan di antara kedua calon. Berdasarkan survei, elektabilitas Jokowi-Amin berada di kisara 49,2 persen, selisih 11,8 persen dari Prabowo-Sandi yang berada di angka 37,4 persen.
Survei Litbang Kompas terbaru ini dilakukan pada akhir Februari hingga awal Maret 2019. Survei melibatkan 2.000 responden yang tersebar secara acak di 34 provinsi Indonesia. Menggunakan teknik pencuplikan sistematis bertingkat dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error penelitian 2,2 persen.
Profesor riset bidang politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro, mengatakan, pergeseran dukungan dalam kontestasi politik lumrah terjadi. Mengingat politik itu selalu bersifat dinamis dan dapat berubah setiap saat.
Zuhro menilai, pergeseran itu terjadi karena ada pergerakan dari mesin partai pendukung yang menunjukkan keberpihakannya kepada kelompok masyarakat bawah.
Di sisi lain, lanjut Zuhro, kehadiran Sandiaga yang intens menemui masyarakat di lapangan dinilai memengaruhi pergeseran dukungan tersebut. "Dengan kunjungan itu, masyarakat merasa disapa. Itu juga yang dilakukan Pak Jokowi pada Pilpres 2014," katanya.
Zuhro menjelaskan, masyarakat kelas bawah cenderung ingin disapa serta ditemui secara langsung oleh calon pemimpinnya. Masyarakat kelas bawah juga merasa terwakili dengan hadirnya calon pemimpin di tengah-tengah masyarakat sehingga menumbuhkan harapan di kalangan pemilih tersebut.
Tanggapan
Sementara Herman Khaeron, Wakil Ketua Komisi II DPR dari Fraksi Partai Demokrat, mengklaim, bergesernya dukungan masyarakat kelas bawah tidak terlepas dari masifnya dukungan masyarakat berlatar belakang pendidikan tinggi.
"Jika masyarakat yang berpendidikan sudah menentukan pilihan kepada calon pemimpin tertentu, hal ini bisa menarik suara dari pemilih lainnya," kata Herman.
Herman melanjutkan, kecenderungan itu terjadi karena pemilih berpendidikan tinggi tidak hanya sebatas menerima informasi. Kalangan tersebut juga mampu memberikan pandangan atas kinerja pemerintahan sehingga turut tersampaikan ke akar rumput melalui beragam saluran, salah satunya media sosial.
Berdasarkan catatan Kompas, kurang dari sebulan pemungutan suara, muncul pandangan-pandangan kritis terhadap hasil kinerja pemerintahan. Oleh karena itu, tingkat kepuasan masyarakat pun turun menjadi 58,8 persen dari 72,2 persen pada tahun lalu.
Oleh karena itu, kata Herman, Partai Demokrat selaku partai pendukung Prabowo-Sandi akan terus memangkas jarak elektabilitas itu melalui agenda kampanye rapat umum pada 24 Maret hingga 13 April mendatang. Pihaknya akan memfokuskan pemenangan pemilihan legislatif dan pemilihan presiden guna mempekuat parlemen.
Sementara di kubu nomor urut 01, Ma\'ruf Amin dalam rilis yang diterima Kompas, meminta tim simpul relawan bekerja lebih efektif menjelang pemilihan yang dihelat 17 April 2019. Hal itu, katanya, perlu dilakukan sebagai bentuk evaluasi dari hasil survei Litbang Kompas.
"Tim Kampanye Nasional dan Tim Kampanye Daerah tentu kami dorong. Tentu juga sayap-sayap itu, di bawah (lapangan) banyak sayap. Relawan sayap ini juga diefektifkan," kata Ma\'ruf. (DIONISIO DAMARA)