Selandia Baru Puji Indonesia dalam Menyikapi Teror di Christchurch
Oleh
KRIS MADA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters memuji Indonesia dalam menyikapi insiden teror penembakan massal di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru. Indonesia dinilai memanfaatkan posisi sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia untuk menjernihkan masalah.
"Kami sangat terbantu dengan dukungan Indonesia,” ujarnya.
Pilihan sikap Indonesia yang meneduhkan dianggap sangat membantu pada situasi sekarang. Dengan adanya teror di Christchurch, menurut Peters, kita seharusnya semakin mempromosikan pentingnya toleransi. "Penting dipahami hanya dengan toleransi dan pengertian, kita bisa membangun dunia,” kata Peters.
Pesan itu juga yang akan disampaikannya dalam pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, Turki, nanti. Peters menyatakan, negaranya diundang dalam pertemuan itu.
Tidak lama setelah insiden penembakan massal di dua masjid di Christchurch, Jumat lalu, Pemerintah Indonesia langsung mengeluarkan pernyataan tegas. Presiden Joko Widodo menyatakan mengecam serangan itu dan menyampaikan duka mendalam untuk korban penembakan.
Kami sangat terbantu dengan dukungan Indonesia.
Selain melontarkan kecaman atas insiden tersebut, beberapa tokoh dan organisasi keagamaan di Indonesia juga mengeluarkan imbauan pada umat Islam di Indonesia untuk menahan diri. Muhammadiyah, misalnya, dalam pernyataan persnya "mengimbau umat Islam Indonesia untuk bersikap tenang, tidak membuat pernyataan yang memperkeruh suasana dan melakukan langkah-langkah yang kontra-produktif".
Hal senada juga dikatakan Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia dan President of Asian Conference on Religions for Peace Din Syamsuddin, yang juga mengimbau umat Islam di dunia, khususnya di Indonesia, tidak terhasut melakukan reaksi negatif.
Peters menjanjikan, penyelidikan terhadap pelaku teror di Christchurch akan transparan. Wellington akan memaparkan hasilnya kepada dunia. "Namun, sekarang kami akan fokus menangani keluarga yang sedang berduka. Mereka lebih prioritas,” jelas Peters.
Ia juga menyatakan duka cita karena tiga WNI ikut jadi korban dalam serangan teror itu. Salah satunya, yakni Lilik Abdul Hamid, tewas dalam peristiwa itu. Sementara seorang korban lain, Zulfirman, sampai sekarang masih dirawat di rumah sakit setempat. Adapun anak Zulfirman sudah keluar dari rumah sakit karena cederanya tidak separah ayahnya.
Peters kembali mengulangi pernyataan Wellington soal pemakaman korban. Dari 50 korban, banyak yang belum selesai diidentifikasi. Akibatnya, jenazah mereka belum bisa diserahkan ke keluarga untuk dimakamkam. "Kami menggunakan semua yang ada untuk mempercepat proses ini,” ujarnya.