MELBOURNE, SELASA – Tiada pebalap Formula 1 yang lebih bingung sekaligus kecewa ketimbang Sebastian Vettel seusai balapan pembuka musim 2019 di Melbourne, Australia, akhir pekan lalu. Digadang-gadang sebagai calon pemenang, pebalap andalan tim Scuderia Ferrari itu absen di podium juara dan tertinggal jauh dari rival-rivalnya.
Kekecewaan Vettel itu digambarkan mantan pebalap yang kini menjadi analis di F1, Martin Brundle. Pebalap asal Jerman itu finis keempat dan tertinggal nyaris satu menit dari Velttari Bottas, pebalap Mercedes yang menjuarai balapan itu. Vettel yang memenangi seri Australia di 2017 dan 2018, bahkan dengan mudah disalip Max Versteppen, andalan tim Red Bull yang finis ketiga.
“Saat berbincang dengan Sebastian di bandara (Melbourne), ia merasa bingung dan kaget seperti halnya kita semua. Apa yang sesungguhnya terjadi dengan Ferrari?” ungkap Brundle dalam kolomnya di Sky Sports, Senin (18/3/3019).
Kegagalan tim “Kuda Jingkrak” di Australia memang menjadi salah satu misteri yang sulit dijawab. Mobil baru Ferrari, SF90, disebut-sebut sebagai yang tercepat dan terkuat pada musim ini. Itu setidaknya terlihat dari performa mobil itu sepanjang tes pramusim di Spanyol, Februari lalu. Kecepatan SF90 jauh melewati mobil-mobil lainnya, termasuk F1 W10 milik Mercedes.
Media-media asal Italia pun tidak kalah kecewa dengan kegagalan Ferrari di balapan pembuka F1 musim 2019 itu. Koran La Gazetta dello Sport misalnya, menyalahkan Vettel dan menyebutnya “lambat”. Adapun jurnalis F1.com, Lawrence Barretto, memilih menimpakan kegagalan itu ke Ferrari. Ia menyebut tim Italia itu sebagai pecundang terbesar di Australia.
Ekspetasi publik Italia dan fans Ferrari memang sangat tinggi pada musim baru ini. SF90 serta perubahan radikal di komposisi pebalap dan tataran manajemen tim diyakini bisa membawa Ferrari ke era baru kejayaan sekaligus mengakhiri 11 tahun puasa gelar juara dunia pebalap dan konstruktor. Dalam satu dekade terakhir, Ferrari berada di bawah bayang-bayang Mercedes dan Red Bull.
Namun, kurang tepat menyalahkan Vettel, pebalap yang sempat disebut-sebut sebagai penerus Michael Schumacher, legenda hidup Ferrari dan F1. Sejak sesi latihan di Australia, Vettel kurang nyaman dengan mobilnya, terutama dalam hal cengkeraman ke permukaan trek. “Mengapa kita sangat lambat?” tanyanya ke tim lewat komunikasi radio di balapan itu.
Vettel bahkan bisa melorot ke peringkat kelima jika Ferrari tidak melakukan team order dengan meminta pebalap keduanya, Charles Leclerc, tidak menyalipnya di akhir balapan itu. “Kami tidak nyaman di trek ini. Meskipun kami telah bekerja keras menemukan setelan yang tepat, kami tidak bisa menemukan keseimbangan (di mobil). Saat ini kami belum tahu masalahnya,” tutur Mattia Binotto, kepala tim Ferrari.
Musim lalu, Ferrari dan Vettel menjuarai seri balapan itu setelah hanya start ketiga. Namun, kemenangan itu dibantu oleh turunnya safety car menyusul sejumlah kecelakaan di lintasan. Pada balapan Minggu kemarin, safety car tidak turun sama sekali sehingga Bottas bisa nyaman dan tidak tersentuh di depan.
Meskipun gagal total di balapan awal, Binotto menolak panik. Bos baru tim Ferrari itu berjanji timnya akan bekerja lebih keras dan tampil lebih baik di balapan berikutnya, yaitu di seri Bahrain pada 31 Maret mendatang. “Kami akan menganalisa data balapan di Australia dan menggunakannya agar kami bisa ke level sesungguhnya pada seri Bahrain dua pekan ke depan,” tuturnya kepada Autosport.
Menatap Bahrain
Berbeda dengan Australia, sirkuit di Bahrain cocok dengan karakteristik mobil kuda jingkrak. Sirkuit bertipe cepat itu memiliki tiga bagian trek lurus yang dapat memaksimalkan performa mesin Ferrari. Dalam dua edisi balapan terakhir di sirkuit itu, Vettel selalu finis tercepat di sirkuit itu. Ferrari juga menjadi “raja” di Bahrain, yaitu enam kali kemenangan. Adapun Mercedes hanya tiga kali menang di sana, yaitu terakhir pada 2016 silam.
“saya tidak tahu masalah apa yang terjadi dengan mereka (Ferrari, di seri Australia). Namun, saya yakin mereka bakal kembali dengan lebih kuat. Kami harus waspada karena analisa data menyebutkan, mereka sedikit di depan (punya mobil lebih cepat),” ujar Lewis Hamilton, pebalap Mercedes. (Reuters)