MADRID, SABTU – Sekitar tiga tahun lalu, pemain-pemain Real Madrid kehilangan api semangat setelah memenangkan “La Decima”, gelar kesepuluh Liga Champions. Dalam kondisi kritis itu, Zinedine Zidane datang sebagai pelatih dan membangkitkan gairah penggawa El Real. Hasilnya mereka merajai Eropa dalam tiga musim beruntun.
Kala itu Januari 2016, Zizou, sapaan Zidane, menggantikan Rafael Benitez yang dipecat setelah baru melatih setengah musim. Benitez gagal memimpin Cristiano Ronaldo dan rekan-rekan. Penampilan Madrid kurang menjanjikan setelah pada 2013/2014 menjuarai Liga Champions bersama Carlo Ancelotti.
Zizou sebagai mantan pemain, asisten pelatih Ancelotti, dan pelatih tim kedua Madrid, Castilla, mengambil peran itu. Ketika datang, dia merevolusi mentalitas tim. Dia tidak segan berbicara tegas dan mencadangkan para pemain terbaik dunia di Madrid.
“Jika Anda lembut kepada para pemain, hal itu tidak akan bekerja. Saya telah menemukan. Demi kebaikan, Anda harus memberi tahu sesuatu yang tidak ingin didengar pemain,” kata Zizou saat menjelaskan rahasinya mengatur pemain kepada Four Four Two.
Hasilnya, dalam kurun dua setengah musim, Madrid meraih tiga gelar Liga Champions beruntun pada 2016 - 2018. Sementara itu, "Los Blancos" juga berhasil menjuarai La Liga pada 2016/2017. Gelar liga itu merupakan pertama kali sejak terakhir pada 2011/2012.
Sekarang, krisis kembali mendatangi Madrid. Setelah Zizou memutuskan pergi awal musim ini, Madrid ditangani dua pelatih, Santiago Solari dan Julen Lopetegui. Namun, keduanya dipecat dalam tujuh bulan terakhir. Zizou kembali ditugaskan menjadi penyelamat. Padahal dia baru berhenti dari kursi kepelatihan selama 284 hari.
Ujian pertama
Dalam pertandingan pertamanya, Zizou langsung merevolusi tim saat melawan Celta Vigo, pada Sabtu (16/3/2019), di Stadion Santiago Bernabeu. Pemain yang jarang bermain di era Solari, seperti Francisco "Isco" Román Alarcón, Marcelo, Gareth Bale, dan Keylor Navas, menjadi pemain mula pada laga kemarin malam.
Hasilnya sangat positif. Mantan pemain tim nasional Perancis itu mengembalikan magis Stadion Santiago Bernabeu. Setelah empat kekalahan beruntung di kandang, Madrid akhirnya menang di depan publik sendiri, 2-0 atas Celta Vigo.
Empat pemain itu menjadi kunci kemenangan “Los Blancos”. Isco mencetak gol pertama Madrid memanfaatkan umpan silang Karim Benzema. Pria Spanyol yang hanya bermain lima kali sebagai pemain mula sebelumnya, menjadi nyawa di lini serang dengan catatan empat tendangan dan tiga umpan kunci.
Bale menunjukkan penampilan dominan dari sisi kiri. Dia tiga kali mengancam gawang Celta Vigo, satu tertepis kiper, satu terkena tiang, dan satunya lagi berbuah gol. Gol itu berasal dari kerja sama dengan Marcelo yang menyisir dari sayap kiri.
Sementara itu, Navas membuat penyelamatan kunci menahan sundulan striker Celta Vigo Maxi Gomes. Penyelematan itu amat penting karena terjadi saat skor 0-0. Kiper yang membawa Madrid tiga kali juara Liga Champions itu akhirnya mendapat kesempatan bermain setelah menit bermainnya menipis sejak kehadiran Thibaut Courtois pada awal musim.
Navas mengaku sangat gembira dengan kedatangan Zizou. Menurut pria asal Kosta Rika itu, sang pelatih membawa kenyamanan di ruang ganti. "Saya bekerja keras setiap minggu untuk masuk tim inti, tetapi bersama pelatih sebelumnya saya tidak dihargai. Padahal saya selalu ingin berkontribusi kepada tim," ucapnya.
Kemenangan ini menandakan awal manis dari kembalinya Zizou. Dia berhasil membangkitkan tim yang sedang terluka karena tertutupnya peluang juara di Liga Champions, Copa Del Rey, dan La Liga.
"Saya memberikan kesempatan untuk semua pemain memperebutkan tempat di tim utama. Sejauh ini mereka bekerja sangat baik. Terlihat kegembiraan di ruang ganti. Itu adalah yang terpenting," kata Zidane.
Sebelum laga, Zidane melakukan ritualnya saat memegang sebuah tim. Dia berbicara kepada semua pemain satu per satu untuk mengetahui kondisi mereka. (AP/AFP)