Wisata jalan-jalan di Kota Malang, Jawa Timur, bisa tetap seru meski tak berdana besar. Ada bus wisata tingkat beratap terbuka siap mengantar wisatawan tanpa biaya. Bernama Macyto alias Malang City Tour, sensasi menikmati kota pionir wisata di Hindia Belanda ini, bakal tetap menyenangkan.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·4 menit baca
Wisata jalan-jalan di Kota Malang, Jawa Timur, bisa tetap seru meski tak berdana besar. Ada bus wisata tingkat beratap terbuka siap mengantar wisatawan tanpa biaya. Bernama Macyto alias Malang City Tour, sensasi menikmati kota pionir wisata di Hindia Belanda ini, bakal tetap menyenangkan.
Perjalanan berkeliling Kota Malang dengan Macyto, berawal dan berakhir di Taman Rekreasi Kota (Tarekot) Malang. Lokasinya tak jauh dari Alun-Alun Tugu Kota Malang, tepat di belakang Balai Kota Malang.
Untuk wisatawan umum, Macyto berkelir hijau ini beroperasi untuk umum hanya pada hari Minggu. Sementara pada Senin-Sabtu, hanya wisatawan rombongan yang telah mengajukan izin atau permohonan, yang bakal dilayani. Ada perubahan dari rencana awal tahun 2015 saat Macyto pertama digulirkan. Saat itu, masyarakat awam bisa bergantian menikmatinya setiap hari.
Minggu (24/2/2019), Kompas menjajal layanan itu. Tiba di Tarekot pukul 07.40, puluhan orang sudah lebih dulu mengular menunggu tiketnya. Ternyata peminatnya sangat tinggi.
Akan tetapi, antrean panjang tak membuat loketnya lekas dibuka. Baru sekitar pukul 08.45, seorang petugas berdiri di samping loket. Dia mulai membagikan tiket pada warga yang sudah lama mengantre.
Tiketnya sangat sederhana. Kertasnya tipis berukuran kecil. Warnanya merah muda. Ada cap bergambar Macyto dan tanggal jadwal hari itu. Nomor urut dibubuhkan disamping tulisan GRATIS.
Kendati gratis, tiket hanya diberikan pada warga yang mengantre. Satu orang satu tiket. Tidak boleh ada yang titip. "Kasihan yang sudah antre,” ujar petugas tersebut.
Saat pembagian tiket dilakukan, dua unit Macyto mulai memasuki halaman Tarekot. Sopir memarkirnya. Ia bahkan sempat mencuci bus agar tampak bersih tak berdebu.
Wulandari, petugas layanan Macyto, mengungkapkan, setiap Minggu, bus berkeliling Kota Malang hingga tiga kali. “Jadwal keberangkatannya, pukul 09.00, 10.00, dan 11.00. Sekali berkeliling butuh waktu sekitar 45 menit,” ujarnya.
Kompas mendapat nomor urut 149 mendapat jatah berkeliling di putaran kedua. Itu artinya ada waktu sekitar sejam menunggu kesempatan berkeliling kota. Jangan khawatir, jeda waktu itu bisa digunakan untuk beragam aktivitas lainnya.
Salah satunya mencicipi beragam kuliner asal Malang yang ada di sekitar Tarekot. Ada bakwan malang hingga orem-orem yang bakal memanjakan perut. Di sana, juga ada kandang unggas raksasa dan wahana permainan anak. Pilihan lain bagi wisatawan adalah mengunjungi Alun-Alun Tugu atau berkeliling ke pasar hewan Splindid.
Saat waktunya tiba, puluhan orang sontak berebut masuk ke dalam Macyto. Mereka berlomba duduk di lantai dua tanpa atap. Dengan sabar, petugas mengingatkan, agar warga tidak berebut. Di tengah perjalanan, wisatawan tetap diminta bertukar tempat.
Saat berkeliling menggunakan Macyto, wisatawan diajak melintasi beragam gedung dan kawasan bersejarah. Beberapa diantaranya, seperti Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Kayutangan, Monumen Chairil Anwar, Pusat Perbelanjaan Sarinah dan Ramayana serta Alun-Alun Malang. Perjalanan dilanjutkan menyusuri Jalan Kawi dan Jalan Raya Ijen, kawasan protokol Kota Malang.
Di jalan Ijen, wisatawan bisa melihat rumah-rumah besar yang merupakan bangunan tua menyimpan sejarah. Macyto juga melintasi rindangnya Jalan Ijen yang ditumbuhi pepohonan besar di kiri-kanannya. Di Ijen juga, Macyto berhenti memberi kesempatan wisatawan bertukar posisi duduk.
Duduk di lantai satu ternyata tak mengurangi sensasinya. Selain full AC, anda juga bisa menikmati musik-musik tradisional atau tembang kenangan yang diputar. Tak perlu khawatir tidak bisa melihat pemandangan dengan leluasa. Kaca bus yang lebar tetap membuat anda melihat pemandangan kota Malang.
Perjalanan lantas dilanjutkan ke bundaran Simpang Balapan lalu berputar kembali di Jalan Raya Ijen kemudian berbelok di depan Perpustakaan Umum Kota Malang. Macyto lantas melanjutkan perjalanannya melintasi depan Stadion Gajayana, berputar di Alun-Alun Tugu, hingga akhirnya kembali ke Tarekot. Di Tarekot, puluhan warga yang masuk dalam kelompok selanjutnya sudah menunggu berkeliling kota bersama Macyto.
Akan tetapi, bagi sebagian pengunjung, layanan wisatawan ini butuh diperbaiki. Paulina Hartati wisatawan asal Surabaya menyayangkan minimnya informasi tentang Macyto.
“Saya pernah datang hari Rabu, ternyata tidak untuk umum lagi. Waktu datang Minggu, giliran tidak tahu antre di mana dan cara mendapatkan tiketnya. Saya datang bersama anak dan cucu. Karena tidak bisa mengantrekan tiket untuk mereka. Akhirnya, harus antre lagi,” tuturnya.
Ia juga tidak mendapat informasi tentang jalan atau bangunan yang dilewati selama perjalanan. Paulina hanya menikmati pemandangan selama perjalanan. Sesekali ia memfoto dan bertanya kepada wisatawan lain yang kebetulan warga Malang.
“Ya hanya senang saja jalan-jalan menambah pengalaman naik bus tingkat dengan atap terbuka. Sayangnya, tidak ada informasi tambahan yang saya dapat. Seharusnya bisa lebih informatif,” keluhnya.
Selain itu, wisatawan juga harus menjaga keselamatannya sendiri saat berada di lantai dua tanpa atap. Kepala harus dijaga dari kabel listrik dan rindang pohon. Jangan sampai, asyik menikmati sajian pemandangan alam, keselamatan terlewatkan dan membahayakan diri.