Jutaan Warga Afrika Selatan Terkena Dampak Topan Idai
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
HARARE, SENIN — Angin topan Idai melanda Mozambik, Zimbabwe, dan Malawi sejak pekan lalu. Berdasarkan laporan sementara pemerintah setempat pada Minggu (17/3/2019), badai tersebut menyebabkan 120 orang meninggal dan ratusan orang menghilang.
Pemerintah setempat menyebutkan, topan Idai yang mulai terjadi pada Kamis, 14 Maret, telah memotong akses listrik dan logistik puluhan ribu warga, terutama di daerah pedesaan. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), topan tersebut berdampak pada lebih dari 1,5 juta orang di tiga negara di Afrika Selatan.
Badai itu merupakan topan terburuk yang melanda wilayah tersebut sejak angin topan Eline. Pada Februari 2000, topan Eline menghancurkan Zimbabwe timur dan selatan. Bencana alam itu menimbulkan 350 korban jiwa dan menyebabkan 650.000 orang kehilangan tempat tinggal.
Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan, topan Idai itu berdampak pada lebih dari 1,5 juta orang di tiga negara di Afrika Selatan.
Menteri Lingkungan Mozambik Celso Correia menyebutkan, jumlah korban jiwa di negaranya mencapai 62 orang. Jumlah korban itu, lanjutnya, masih akan meningkat lagi.
”Saya pikir, ini adalah bencana alam terbesar yang pernah dihadapi Mozambik. Semuanya dihancurkan. Prioritas kami sekarang adalah untuk menyelamatkan nyawa manusia,” kata Correia, Minggu.
Kota pelabuhan Beira di Mozambik merupakan wilayah yang terkena dampak paling besar. Badai menerjang Beira pada Kamis malam. Kemudian, badai itu pindah ke arah barat, hingga Zimbabwe dan Malawi.
Rumah, sekolah, kantor, dan rumah sakit di Beira hancur akibat topan tersebut. Bandara juga ditutup dan diperkirakan 80 persen jaringan listrik rusak. Badan PBB dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) telah menyalurkan bantuan penyelamatan, termasuk mengirim pasokan makanan dan obat-obatan melalui helikopter.
Ada pula sejumlah wilayah yang terkena banjir besar. Penduduk harus meninggalkan rumah mereka dan pergi ke tempat yang lebih tinggi dan aman.
Presiden Mozambik Filipe Nyusi mengatakan, kerusakan yang diakibatkan bencana alam itu ”sangat mengkhawatirkan”. Apalagi, kondisi banjir menyulitkan pesawat untuk mendarat dan mengirim bantuan penyelamatan.
Zimbabwe
Di Zimbabwe, jumlah korban jiwa mencapai 65 orang. Sebagian besar korban itu berada di Chimanimani, wilayah pegunungan dekat perbatasan dengan Mozambik yang cukup populer di kalangan turis. Pemerintah telah menetapkan status darurat bencana sehingga dapat mencairkan dana untuk membantu korban bencana.
Sekretaris Tetap Kementerian Informasi dan Publisitas Zimbabwe Nick Mangwana mengatakan, tidak ada korban jiwa turis yang dilaporkan. Ia menambahkan, pengiriman bantuan ke Zimbabwe juga terkendala akibat jalan dan jembatan yang rusak.
Minggu, cuaca dilaporkan membaik dan helikopter mulai membawa korban luka ke rumah sakit. ”Kami menerima laporan tragis adanya beberapa orang yang hanyut (akibat banjir). Kami meminta para korban untuk bersabar selama proses penyelamatan diupayakan,” ujar Mangwana.
Joshua Sacco, anggota Parlemen Chimanimani, mengatakan belum pernah melihat bencana dengan dampak kehancuran sebesar itu. Tim penyelamat juga kesulitan menjangkau korban bencana.
Badan PBB di Zimbabwe memperkirakan sekitar 10.000 orang terkena dampak bencana.
Malawi
Di Malawi, Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) melaporkan, sejumlah wilayah hingga Minggu waktu setempat menghadapi ancaman banjir bandang kedua.
Program Pangan Dunia (WFP) melaporkan, sebanyak 920.000 orang di Malawi terdampak bencana tersebut. Selain itu, di Mozambik, ada setidaknya 1,7 juta orang yang terkena dampak topan.
Di Malawi, pendataan korban dan warga terdampak masih berlangsung. Jumlah warga yang diperkirakan terkena dampak bencana mencapai ribuan. (AP/AFP/REUTERS)