Bentara Budaya Jakarta bekerjasama dengan Penerbit Buku Kompas menggelar Diskusi Buku “Obrolan Sukab” karya Seno Gumira Ajidarma, Kamis (21/3/2019) pukul 14.00 di Bentara budaya Jakarta. Diskusi ini menghadirkan Seno selalu penulis buku, sejarawan JJ Rizal, dan sastrawan Zen Hae dengan moderator Yahya Andi Saputra.
Buku “Obrolan Sukab” memuat sepilihan esai-esai populer Seno yang sebagian telah dipublikasikan di kolom Udar Rasa Harian Kompas serta laman media daring PanaJournal.com.
“Isinya tidak lain adalah obrolan Sukab bersama konco-konconya sesama warga negara kelas bawah: manusia-manusia merdeka yang merasa nyaman dalam keseharian mereka sebab mereka lebih baik memiliki diri sendiri daripada memiliki semuanya, kecuali diri sendiri,” ucap Direktur Program Bentara Budaya Frans Sartono, dalam siaran pers, Senin (18/3/2019) di Jakarta.
Seno dan tokoh rekaannya, Sukab ibarat dua sosok yang sulit dipisahkan. Karakter Sukab juga telah muncul dalam beberapa seri buku Seno sebelumnya, seperti Sukab Intel Melayu: Misteri Harta Centini (2002) serta Dunia Sukab: Sejumlah Cerita (2001). Dalam buku Obrolan Sukab (Penerbit Buku Kompas, 2018), Seno menarasikan keseharian warga kelas bawah yang acap mengobrol di warung pinggir jalan milik Mang Ayat.
Di sela wangi kopi, jagung rebus, sajian tempe mendoan, sayur bening, sayur asem, cumi asin, sambel korek, sayur toge, pepes jamur, Sukab dan konco-konconya sesama kuli dan buruh biasa mengobrol topik-topik kelas atas tentang korupsi, tahun baru, politik, nasionalisme, pulang kampung, teroris, intoleransi, HAM, dan sebagainya.
Dalam diskusi, para narasumber akan membincangkan bukan hanya seputar buku, tetapi juga berbagai hal yang menyinggung situasi sosial budaya kontemporer di Indonesia, dan Jakarta khususnya, yang memang menjadi bahan obrolan Sukab serta kawan-kawannya itu.
Seno Gumira Ajidarma dilahirkan tahun 1958. Bekerja sebagai wartawan sejak tahun 1977. Kolom-kolomnya tentang kehidupan urban dan dunia politik terkumpul dalam Surat dari Palmerah (2002), Affair (2004), Kentut Kosmopolitan (2008), Tidak Ada Ojek di Paris (2015), Jokowi, Sangkuni, Machiavelli (2016), dan Obrolan Sukab (2018).
Menulis secara regular untuk Koran Tempo dan PanaJournal.com, sambil tetap menulis fiksi. Cerpen yang dimuat sepanjang 1978-2013 di Harian Kompas terbit sebagai Senja dan Cinta yang Berdarah (2014). Seno pernah menerima sejumlah penghargaan sastra, mengajar kajian budaya kontemporer di berbagai perguruan tinggi dan masih menyambung cerita silat Nagabumi. (ALOYSIUS B KURNIAWAN)