ABU DHABI, KOMPAS - Tiga pemain tim nasional basket Indonesia yang tampil pada ajang Olimpiade Khusus 2019 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, yaitu Fadillah Ashari (20), Fernando Rasmana (20), dan M Teguh Prayogo (20), mengemban tugas mulia saat berlaga melawan Burkina Faso, Sabtu (16/3/2019). Di atas lapangan, mereka tidak boleh tampil menonjol dan wajib menjadi pembimbing.
Ketiga pemain itu tampil di ajang pesta olahraga para penyandang disabilitas intelektual ini sebagai partner unified atau pemain non-disabilitas intelektual. Peran mereka dibutuhkan dalam nomor-nomor berstatus unified. Di cabang basket, Indonesia tampil dalam nomor unified putra/campuran.
Sesuai istilahnya, unified atau bersatu, nomor-nomor itu bertujuan untuk menyatukan para atlet dengan pemain non-disabilitas intelektual. Melalui nomor unified ini Olimpiade Khusus berusaha menunjukkan bahwa para penyandang disabilitas intelektual bisa menyatu dan bekerja sama dengan non-disabilitas intelektual. Ini menjadi simbol kesetaraan yang diciptakan melalui ajang olahraga.
Namun, atlet disabilitas intelektual harus tetap menjadi bintang utama di Olimpiade Khusus. Oleh karena itu, komposisi tim ketika bermain adalah empat atlet disabilitas intelektual dan satu partner unified. Komposisi ini berbeda di cabang olahraga unified lainnya.
Selain itu, para partner unified punya tugas dan aturan khusus ketika bermain. “Kami di lapangan lebih banyak memberi semangat kepada atlet dan mengingatkan instruksi dari pelatih,” kata Fernando Rasmana.
Sebagai partner unified, Fernando berusaha untuk tidak terlalu dominan seperti terlalu sering memegang bola apalagi mencetak angka. Ia berusaha untuk mencari ruang dan membagi bola kepada atlet. Jika berada dalam posisi sangat bebas, ia baru berani mencetak angka.
Penampilan para partner unified ini dipantau terus oleh juri. Apabila mereka terlalu menonjol, tim bisa mendapat sanksi. Indonesia sempat mendapat sanksi berupa tembakan bebas untuk lawan karena Ashari dianggap terlalu dominan.
“Kalau pelanggaran itu diulangi lagi, maka pelatih akan dikeluarkan. Apabila diulang untuk ketiga kalinya, maka tim akan dianggap kalah,” kata Pelatih timnas basket Indonesia Feri Andriana. Pelanggaran keempat dapat mengakibatkan tim didiskualifikasi dan ditempatkan di peringkat bawah.
Oleh karena itu, para partner unified perlu berhati-hati. Saat menghadapi Burkina Faso, Ashari, Fernando, atau Teguh berusaha menahan diri untuk tidak mendominasi. Begitu mereka mendapat bola, mereka berusaha untuk mencari Sandy yang diminta untuk langsung berlari ke depan. Indonesia akhirnya menang 36-27.
Tinggal bersama
Partner unified lainnya dari cabang bola voli, Ryan Nugraha, mengatakan baru mengenal para atlet dan bergabung dengan tim saat pemusatan latihan awal Februari lalu. “Saya tinggal di asrama bersama mereka selama satu bulan, latihan dan mengerjakan banyak hal bersama. Proses ini penting untuk membangun kepercayaan,” kata Ryan.
Rata-rata partner unified merupakan mahasiwa Universitas Negeri Jakarta. Mereka sebelumnya memiliki latar belakang sebagai pemain di sekolah maupun universitas yang diajak oleh Special Olympic Indonesia. Adapun Ryan merupakan atlet DKI Jakarta.
“Bisa membantu para atlet untuk tampil di sini membuat saya sangat bangga,” kata Ryan. Namun, ia merasa waktu persiapan selama satu bulan masih sangat kurang. Meski demikian, timnas voli Indonesia pada Sabtu kemarin bisa mengalahkan Uganda 2-0.